Day 20

1.1K 103 58
                                    

Zayn punya janji untuk membawa Agatha ke salah satu toko yang menyediakan eskrim dengan berbagai rasa.

Setelah sang mentari pergi digantikan dengan bulan, Zayn langsung menjemput Agatha yang masih berada di toko bunga. Entahlah, dia selalu merasa excited jika itu berhubungan dengan Agatha.

Senyum tipis Zayn terlihat kala Agatha dengan wajah lugunya menyambut Zayn yang baru saja datang. Di samping gadis itu ada wanita paruh baya yang tak lain dan tak bukan adalah Ibu dari Agatha.

"Malam," sapa Zayn sembari menganggukkan kepala untuk terlihat sopan.

"Malam juga, Zayn. Senang bertemu sama kamu lagi."

Mendengarnya membuat kekehan Zayn terdengar. Ibu Agatha sangatlah baik, setipe dengan Ibunya.

Ah, Zayn jadi merindukan Artyn yang sedang berada di Belgia.

"Ayo kita pergi sekarang!" ajak Agatha. Rupanya dia semangat karena akan ditraktir eskrim oleh Zayn.

Ibu Agatha tersenyum penuh arti sembari menatap sang anak juga Zayn dengan bergantian. Dia merasa bahwa Zayn perhatian kepada Agatha.

"Tante, saya izin bawa Agatha main."

Kepala wanita itu mengangguk. "Pulangnya jangan terlalu larut, ya. Jaga Agatha, Zayn."

"Pasti."

Setelah berpamitan dengan segera Zayn pun mengendarai motornya. Dia ingin tertawa ketika Agatha memegang ujung jaket yang dikenakan Zayn, alih-alih memegang bahu atau pinggang cowok itu.

Selama diperjalanan mereka terus mengobrol padahal pendengaran masing-masing tidak begitu jelas akibat suara deru mesin dari kendaraan di jalan yang tengah mereka lalui.

Tanpa keduanya sadari, Kaia menyaksikan interaksi mereka sewaktu di depan toko bunga Ibu Agatha.

Gadis itu mendengkus pelan karena merasa kalah lagi. Agatha selalu menang dalam segala hal, dan dia selalu kalah.

"Apa gue mundur aja, ya?" gumamnya pada angin.

Sudah beberapa minggu, tetapi Zayn tidak luluh juga. Setiap hari cowok itu malah seperti alergi terhadapnya.

Di saat tengah murung tiba-tiba ponsel Kaia bergetar, pertanda ada panggilan masuk.

Pandu, cowok itu yang meneleponnya. Dengan senyum yang kembali mengembang, Kaia menyapa Pandu dengan nada ceria.

"Hai, Pandu! Mau ngajak kencan, ya?"

Di sana, Pandu terkekeh pelan. "Ge'er banget."

"Terus mau apa dong?"

"Mau pinjem laptop buat tugas."

Kedua alis Kaia naik. Kemarin sewaktu masuk kuliah dia bisa melihat bahwa Pandu membawa laptop, dan laptop cowok itu baik-baik saja.

"Laptop lo kenapa?" tanya Kaia, dia mulai berjalan untuk kembali ke kedai.

"Bercanda, Kaia. Laptop gue gak kenapa-napa, tadi cuma bohong."

Mata Kaia mendelik. "Serius, lo mau ngapain telepon gue?"

"Pengen ketemu."

Sambil menahan senyum, Kaia menjawab ucapan Pandu. "Pasti kangen sama gue, iya kan?"

Di sana Pandu tertawa pelan, padahal memang benar bahwa dia merindukan gadis ini.

"Kangen gak, ya?"

"Alah, ngaku aja sih. Kangen kan lo?"

"Iya, iya. Gue kangen."

Kini malah giliran Kaia yang tertawa. Ternyata mengobrol dengan Pandu dapat membuat rasa kesalnya akibat Agatha dan Zayn jadi hilang.

30 DAYS WITH ZAYN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang