Day 16

871 85 2
                                    

Azella menatap kesal ke arah Zayn yang kini malah tersenyum puas karena berhasil membuat wajah wanita itu cemong.

Saat Azella lelap tidur, Zayn dengan nekat datang ke apartment Kafka hanya untuk menjahili Kocheng Garongnya.

"Lo tuh bisa gak sih, berhenti jail?" Azella bertanya dengan nada kesal yang sangat kentara.

"Jailin lo itu salah satu hobi gue."

Mata Azella melotot. "Dasar bangsat! Gara-gara lo muka gue jadi cemong gini."

Zayn tersenyum geli saat melihat kedua pipi Aletta merah karena lipstik. Wanita itu nampak jadi menggemaskan karena Zayn menggambarkan kumis kucing di kedua pipinya.

"Tinggal cuci lah, goblok."

Azella mendengus. Dia mengambil tissue untuk menghapus noda lipstik di kedua pipi juga hidungnya, tetapi susah.

"Bajingan! Semua yang jelek-jelek pokoknya ada di lo!"

Zayn langsung tersentak dan spontan terbangun dari tidurnya. Cowok itu duduk di ranjang sementara matanya menyapu kamar yang ia tempati di villa ini.

Tidak ada Azella. Tidak ada ocehan wanita itu.

Kocheng Garongnya tidak ada di sini.

"Fuck," bisiknya sembari menghapus keringat yang ada di dahi.

Yang tadi hanyalah mimpi. Perdebatannya dengan Azella tidak nyata.

"Zayn, are you okay?" Itu suara Navali. Suaranya terdengar cemas.

Zayn bisa merasakan saat tangan Navali memegang kedua lengan Zayn yang disimpan untuk menutupi wajahnya.

"Gue mimpi Azella, Li. Gue mimpi Azella," katanya dengan suara menahan tangis.

Navali terpaku mendengar penuturan Zayn. Tanpa banyak bicara, wanita itu membawa Zayn ke pelukannya.

Matanya terpejam dan pelukannya semakin erat kala mendengar Zayn menangis.

Rasa rindu cowok itu kepada Azella sangatlah besar, dan ketika Azella hadir di mimpinya-- pertahanan yang sudah Zayn bangun untuk terlihat baik-baik saja hancur.

"Gue ketemu dia lagi, Li. Gue debat lagi sama dia di mimpi."

Kepala Navali mengangguk. Tangannya mengelus kepala Zayn untuk membuat cowok itu tenang.

Sebelum memutuskan untuk masuk ke kamar Zayn, Navali sempat mendengar cowok ini mengigaukan nama Azella dengan suara yang cukup keras.

"Gue kangen dia. Gue pengen ketemu dia," ucap Zayn yang membuat Navali melepaskan pelukannya.

Mata Navali bisa melihat bahwa cowok dihadapannya sedang gusar. Cowok itu pasti shock karena mimpi tadi.

"Hei, dengerin gue. Azella juga pasti kangen lo, buktinya dia datangin lo lewat mimpi. Tapi Zayn, lo gak bisa ketemu dia."

"Gue pasti bisa!"

Kepala Navali menggeleng. "No, you can't."

"Gue pasti bisa ketemu dia, Navali! Gue bisa!!"

"DIA UDAH MATI, ZAYN!"

Zayn mematung meski matanya menatap Navali dengan penuh luka.

Teriakan wanita itu membuat Zayn sadar bahwa wanita yang dicintainya tidak bisa ditemui lagi.

"Lo harus bisa ikhlas, lo harus bisa bener-bener relain Azella. Gue gak mau liat lo kacau terus karena belum relain semuanya," bisik Navali. Nadanya juga bergetar karena menahan tangis.

Navali membingkai wajah Zayn dengan penuh kelembutan. Wanita itu berusaha membuat Zayn mendengarkan kata-katanya.

"Let yourself be happy, let it be."

Kepala Zayn menggeleng. Matanya berkaca-kaca lagi. "Gue gak bisa ngerasa seneng kalo gak ada Azella."

"Lo bisa cuma belum dicoba. Zayn, gue yakin kalau di atas sana, Azella juga pengen lo seneng. Dia pengen lo bahagia tanpa dia. Cukup lo kenang Azella di hati lo tanpa harus terus terpuruk karena dia udah pergi," ucapnya yang membuat Zayn terisak.

Keduanya kembali berpelukan dengan Zayn yang menangis di bahu Navali.

Entah Zayn akan menuruti setiap kata-katanya tadi atau malah mengabaikannya. Tetapi yang pasti, Navali tidak ingin melihat cowok itu terus terpuruk dibalik wajah sinisnya.

••••

Kaia menyengir kuda ketika melihat sosok Zayn. Cowok itu sedang duduk di pasir pantai, membelakangi Kaia.

Dengan riang kakinya melangkah untuk menghampiri Zayn.

Waktunya untuk pendekatan lagi.

"Nih, gue bawain es krim rasa cokelat buat orang yang lagi duduk sendirian ditepi pantai."

Senyum manis Kaia dia perlihatkan saat Zayn dengan kacamata hitam yang bertengger di hidung mancung cowok itu, mendongak untuk bisa melihatnya. Alis Zayn naik sebelah saat melihat es krim yang disodorkan Kaia ke arahnya.

"No." Zayn menolak.

Kaia tidak mundur begitu saja. Gadis itu sekarang sudah duduk di sisi Zayn sembari menjilati es krim rasa vanilla kesukaannya.

"Terima aja es krim dari gue. Enak loh siang-siang gini makan es," ujarnya berusaha membujuk.

"Gak."

"Kenapa, sih?"

Zayn mendengus sembari fokus menatap ke depan. "Es krim itu pasti dicampurin guna-guna supaya gue klepek-klepek sama lo."

Uhuk!

Kaia langsung terbatuk mendengar itu.

Matanya melotot ketika ia menatap wajah tampan Zayn dari samping.

"Pikiran lo jauh amat. Gue masih bisa kali buat lo suka sama gue tanpa pakek guna-guna," katanya dengan bibir yang mengerucut.

Tetapi kalau Zayn memang susah ditaklukan olehnya, Kaia akan mengambil jalur pakai guna-guna.

Tanpa berkata apa-apa, cowok itu pun mengambil es krim cokelat di tangan kiri Kaia. Dia membuka bungkusnya lalu mulai menikmati rasa dari es krim tersebut.

"Kenapa lo bisa tau gue di sini?" tanya Zayn tanpa menatap Kaia.

"Dari Navali gue taunya."

OMG! Dengan segera, Kaia menutup mulutnya yang keceplosan menggunakan tangan kiri. Gadis itu membulatkan mata saat Zayn menatapnya.

"Em, ta-tadi gue salah ngomong." Kaia bertingkah seperti ia salah bicara.

"Lo kenal Navali?"

"Hah? Enggak kok, enggak. Siapa itu Navali?"

Kening Zayn mengernyit dalam. Jelas sekali bahwa Kaia tengah berbohong kepadanya.

"Jangan-jangan lo tau nomor WhatsApp gue karena Navali, ya?" Zayn semakin menyudutkan Kaia yang kelabakan sendiri jadinya.

Mati. Sepertinya Kaia akan membuat Zayn sangat kesal hingga tidak mau bertemu dengannya lagi.












||||

see u-!














30 DAYS WITH ZAYN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang