Day 4

1.3K 123 58
                                        

JANGAN LUPA DI VOTE & KOMEN!

||||

Salah satu kebahagiaan Zayn adalah ia memiliki Athena sekarang. Sejak Azella pergi hidup terasa menjadi hambar bagi Zayn, tetapi ketika Kafka membawa Athena ke rumah, hidup Zayn terasa lebih berwarna lagi.

Senyum Athena, bisa membuat wajahnya yang selalu terlihat sinis di mata orang lain menjadi hangat.  Sifat kasar juga brutalnya selalu hilang ketika sudah berada didekat Athena.

"Papi udah makan?"

Zayn yang semula tengah melamun jadi tersadar karena mendengar pertanyaan dari Athena. Dia sedang melakukan video call.

"Udah, Papi udah makan. Gimana hari kamu di Bandung?"

Bocah kecil yang sudah mulai masuk Sekolah Dasar itu tersenyum. "Syukurlah kalau udah makan. Thena suka ada di sini, orang-orangnya ramah."

Senyum Zayn langsung terlihat. Dia tidak sabar untuk menyusul Athena ke Bandung.

"Kalau ada yang nakal sama kamu cepet lapor sama Papi, biar Papi pites palanya."

Athena kebingungan. "Pites?"

"Intinya pites, Papi bingung jelasinnya gimana."

Ketika Athena akan berbicara, tiba-tiba layar ponsel yang semula menampilkan wajah menggemaskan Athena berubah menjadi menyeramkan di mata Zayn karena wajah datar Kafka kini memenuhi layar ponselnya.

"Gak usah bilang yang aneh-aneh," ucap Kafka.

Zayn langsung mendelikkan matanya. "Apaan, sih, ini duda satu? Rempong banget."

Mendengar kata 'duda' yang dilontarkan oleh adik kesayangannya, senyum Kafka pun terlihat kecut. Kafka paling tidak suka disebut duda.

"Bacot lo kelamaan ngejomblo."

"Heh, katanya gak boleh bilang yang aneh-aneh ke Athena. Gak baik kata baco–"

"Athena lagi keluar kamar," selanya yang membuat Zayn langsung menampilkan wajah kecut.

Padahal dia masih ingin mengobrol bersama anaknya, meski lewat ponsel. Dia rindu Athena dan ingin mendengar suara anak itu agar malam ini bisa tidur nyenyak.

"Lo kenapa sih, hobinya ganggu kesenengan gue mulu? Gue lagi enjoy ngobrol sama Thena."

"Lo sesat, Zayn. Gak baik anak gue kelamaan ngobrol sama lo."

Tak terima disebut bahwa dia sesat, Zayn langsung mengacungkan jari tengahnya.

"Fuck you, lo tuh yang sesat. Lagian Thena anak gue!" katanya dengan nada yang ditegaskan.

"Anak gue."

"Gue!"

Kafka yang sedang tidak ingin berdebat pun langsung menghela napasnya. Dia heran kenapa tidak bisa akur dengan Zayn. Lagian Zayn diam saja sudah bikin ia emosi.

"Biar adil, Athena anak kita."

Alis Zayn langsung naik, dia seperti sedang jijik. "Dih, ambigu banget setan. Lo diem-diem jadi gay, ya? Cepet cari janda deh–"

Tut...tut...tut

"Sialan," gumamnya ketika Kafka mematikan sambungan.

Melihat wajah kesal Kafka atau membuat Kafka kesal, itu adalah hobi Zayn sedari dulu. Tidak ada yang lebih menyenangkan selain membuat Kafka kesal juga ketar-ketir karena ulahnya.

30 DAYS WITH ZAYN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang