Day 23

971 97 3
                                        

Di malam hari yang dingin, Kaia dan Agatha berjalan bersamaan untuk menuju ke kedai Meme. Di sana ada satu pegawai yang sedang berulang tahun, pegawai itu mengundang mereka berdua untuk datang ke acara kecil-kecilannya.

Beberapa kali Agatha melirik ke arah Kaia yang sedari tadi diam dengan wajah dinginnya. Kaia yang dikenalnya dulu cerewet, periang dan terus mengajaknya berbicara.

Kadang Agatha tidak menyangka kalau pertemanannya dengan Kaia akan jadi serenggang ini. Dulu mereka seperti surat dan perangko, tetapi sekarang malah seperti minyak dan air.

"Kaia," panggil Agatha dengan suara ragu-ragu.

Hening. Kaia tidak menjawab panggilan Agatha.

"Hm, aku cuma mau bilang kalau novel yang aku pinjem sama kamu masih ada di–"

"Buang aja, gue gak mau nerima barang yang udah dipinjem sama lo."

Bukannya sakit hati, Agatha malah menampilkan senyumannya. Gadis berambut panjang itu menatap ke depan dan mengerjakan matanya beberapa kali agar tidak menangis.

"Sebenernya aku tuh salah apa sama kamu? Kenapa kamu sampai benci banget sama aku?" tanya Agatha, nadanya sangat lirih.

Tidak enak juga tiba-tiba dibenci padahal dia tidak melakukan kesalahan apapun.

"Diem deh kalau gak mau gue bentak."

Agatha melirik Kaia lagi. Ancaman Kaia tidak mempan. Dia tidak masalah jika harus dibentak Kaia.

"Setiap malam tuh aku mikir apa kesalahan aku sampai kamu kayak gini. Apa dari dulu kamu udah benci sama aku?"

Kaia menghela napas. "Mau tau apa alesannya, kan?"

Mereka berhenti berjalan untuk saling berdiri berhadapan. Keduanya saling tatap dengan pancaran mata yang berbeda. Kalau Agatha menatap Kaia dengan tatapan ingin menangis, beda lagi dengan Kaia yang menatap Agatha dengan tatapan seolah ingin menerkam.

"Apa? Apa yang bikin kamu benci sama aku?" tanya Agatha.

"Gue benci lo karena ya lo itu Agatha! Gue muak temenan sama orang kayak lo, bahkan gue nyesel karena harus kenal sama lo! PUAS, KAN?"

Agatha dibuat mematung, dadanya terasa sakit setiap mendengar ucapan menyakitkan yang keluar dari mulut Kaia.

"Kalau aku buat kesalahan yang gak aku sadarin, aku minta maaf. Please, jangan kayak gini. Kaia yang aku kenal gak kayak–"

"Lo maunya gue kayak gimana, hah?!" Kaia berteriak sembari mendorong bahu Agatha sampai gadis itu mundur beberapa langkah. "Lo maunya gue bersikap lembut sama lo padahal aslinya gue benci, gitu? Lo maunya gue baik-baikin lo yang lemah itu? JANGAN HARAP YA!"

Agatha mulai menangis, dia terkejut dengan sikap Kaia saat ini. Matanya yang berair menatap Kaia yang berdiri tegak di hadapannya dengan wajah merah padam karena amarah.

"Lo ... lo selalu jadi nomor satu, lo selalu menang dalam segala hal, lo selalu ngalahin gue. Bahkan lo selalu rebut orang-orang yang gue mau! Gimana gue gak benci coba sama cewek modelan jalang kayak lo?"

Ternyata sebenci itu Kaia kepada dirinya.

"Aku gak pernah merasa kayak gitu. Aku gak pernah rebut orang-orang yang kamu mau," ucap Agatha sembari menahan dirinya agar tidak terisak.

Kaia maju beberapa langkah, dia menatap Agatha dengan matanya yang merah. Rasanya mencaci maki Agatha tidak bisa membuatnya puas.

"Dan alasan terkuatnya kenapa gue bisa benci sama lo adalah ... karena keluarga sialan lo itu yang udah bikin bokap gue meninggal!"

30 DAYS WITH ZAYN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang