Day 21

994 89 46
                                    

Jika kalian bertanya apakah Zayn suatu hari nanti akan menikah, jawabannya adalah tidak. Mendengar kata pernikahan saja sudah cukup membuat Zayn muak.

Dia percaya cinta, tapi tidak minat untuk tenggelam di dalam sana.

Zayn ingin hidup sendiri tanpa pendamping sampai tua nanti. C'mon, tidak menikah tidak akan membuatnya mati.

Mungkin dulu ia memang pernah menginginkan berada di keluarga kecil yang bahagia bersama Azella. Tetapi saat wanita itu pergi, Zayn sudah tidak tertarik lagi dengan semuanya.

Mengingat Azella, Zayn jadi sedikit merindukan Navali.

"Ck, gue kayaknya udah gila." Cowok itu mengacak-acak rambutnya. "Inget Azella, kangennya malah sama Navali."

Sejak Navali pergi, Zayn juga jadi jarang ada di villa. Cowok itu akan menghabiskan waktunya dari siang sampai malam di luar.

Mata tajamnya menatap kosong layar ponsel. WhatsApp Navali terakhir dilihat minggu lalu, tanpa foto profil, Instagram pun sudah seperti tidak aktif lagi.

"Ni orang biasanya suka spam snapgram," gumam Zayn.

Setelah menghela napas, cowok itu menyimpan ponsel barunya ke atas meja dengan sedikit dibanting. Dia meminum kopi pahitnya sembari menatap jalanan Bali dari dalam kafe.

Zayn sempat kepikiran untuk pulang saja ke Jakarta, toh juga di Bali sudah tidak ada hal yang menarik lagi. Tetapi ketika ingat Agatha, Zayn memilih untuk tetap di sini untuk beberapa hari lagi.

Agatha bilang, dia akan mengajaknya ke suatu tempat sebelum Zayn pulang nanti.

Saat tengah melamun, Zayn mengerutkan kening ketika melihat sosok Kaia tengah berjalan diseberang sana dengan Pandu. Gadis itu berhasil membuat Zayn tersenyum lega.

"Cewek itu udah gak ngejar gue lagi, syukurlah. Beban gue jadi ilang satu."

••••

Mobil Zayn terparkir sempurna di halaman villa. Cowok itu keluar dari kursi penumpang dan dia dibuat terkejut karena melihat Kaia tengah melambaikan tangan ke arahnya dari teras rumah.

"Ini gue lagi mimpi gak?" tanya Zayn pada supirnya yang langsung kebingungan.

"Enggak, Mas. Gak mimpi kok," jawabnya.

Dengan hela napas yang terdengar kasar, langkah kaki Zayn mulai bergerak untuk menghampiri Kaia.

"Ngapain lo di sini?"

"Gue di sini karena mau ajak lo buat makan bareng." Setelahnya Kaia menunjuk rantang tupperware yang berada di atas meja.

"Gue gak laper."

"Tapi gue laper, Zayn."

Mata Zayn menatap Kaia dengan tajam. Sepertinya cowok itu mendadak kesal hanya karena melihat Kaia berada di villa, padahal sebelumnya Zayn sudah berspekulasi kalau Kaia tidak akan mengganggunya lagi.

"Terus urusannya sama gue apaan? Lagian ngapain lo ke sini? Gak punya rumah kah, sampai harus makan di sini?" Nah kan, omongannya sudah mulai pedas.

Dengan polosnya Kaia menggeleng. "Lo kan rumah gue."

"Apasih, bocah prik."

Ini sudah jam 10 malam, yang benar saja.

Badan Zayn lelah karena seharian ada di luar, dia pengin istirahat tetapi Kaia malah mengganggunya.

"Dari pagi gue belum makan nasi–"

"Siapa?" Zayn menyela ucapan Kaia sampai membuat gadis itu menampilkan wajah melasnya dan menunjuk dirinya sendiri.

"Gue."

"... Yang nanya."

Kaia berdecak kesal, dia menunduk lalu tak lama tubuhnya ambruk ke lantai.

1 detik Zayn masih diam.

5 detik berlalu Zayn mulai menunduk dan menatap kesal tubuh Kaia.

10 detik dan tubuh Kaia tetap diposisi semula. Dia tidak bergerak sama sekali.

"Gue paling benci sama orang yang suka drama," ucap Zayn yang bermaksud untuk menggertak Kaia.

Dua menit berlalu dan Kaia masih seperti itu. Akibat penasaran, Zayn langsung berjongkok. Dia menggoyangkan pundak Kaia, namun gadis itu sama sekali tidak bergerak.

"Gak lucu ya anjir. Kalau mau tidur ditempat lain, dikolong jembatan aja sana daripada di sini!"

Hanya suara jangkrik yang merespon ucapan Zayn.

Dengan pelan dia pun mulai mengecek denyut nadi Kaia. Masih hidup.

"Lo pingsan, ya?" tanya cowok tersebut sambil menyingkirkan anak rambut yang menghalangi wajah Kaia.

Karena tahu bahwa gadis ini benar-benar pingsan, akhirnya Zayn menggendong Kaia ala bridal style. Dia membawa Kaia masuk ke dalam villa untuk direbahkan di sofa.

Tadinya Zayn akan membiarkan Kaia pingsan di teras, tetapi Zayn tidak mau masuk berita dengan judul 'Anak Konglomerat Membiarkan Seorang Gadis Pingsan Di Teras Villa'.

Bisa-bisa ia diomeli Zero.

"Berat juga ni cewek, kebanyakan dosa kayaknya."

Setelahnya Zayn memilih untuk masuk ke kamar untuk mandi. Setelah mandi dia pun mengambil rantang berisikan makanan yang tadi tertinggal di teras.

"Sialan, gue malah laper."

Mata Zayn menatap Kaia, sepertinya gadis itu masih pingsan. Setelahnya Zayn pun mulai membuka rantang makanannya.

"Ada rolade!" gumamnya yang langsung antusias.

Mumpung Kaia masih pingsan, Zayn pun memakan rolade yang tersedia. Dia bahkan pergi ke dapur untuk mengambil nasi dan menghabiskan beberapa lauk yang ada dirantang tersebut.

Nanti kalau Kaia bangun, Zayn akan bilang kalau makanannya diambil kucing sebagian.

Sementara Kaia, mata gadis itu terbuka satu. Sekuat tenaga dia menahan tawanya ketika melihat Zayn sangat lahap memakan rolade yang dipasak oleh Meme.

Tidak sia-sia dia memilih untuk pura-pura pingsan.

Sambil merintih pelan, Kaia mulai bangun. Senyumnya tertahan kala Zayn tersentak kaget dan melotot ke arahnya.

"Duh, pusing banget pala gue." Kaia pura-pura mengeluh sembari memijat pelipisnya.

"Ekhem."

Kaia melihat Zayn, alisnya naik sebelah. "Lo makan makanan gue?"

Sontak Zayn langsung menyimpan piringnya ke atas meja. Isi piring itu sudah habis setengah.

"Enggak. Tadi itu ... bekas kucing!"

"Masa, sih?"

Kepala Zayn mengangguk. "Berhubung si kucing gak abisin makanannya, jadi buat gue aja. Daripada dimakan setan."

Kaia mengulum senyumnya sembari mengangguk, dia pura-pura percaya.

"Aaa perut gue keroncongan!" keluhnya lagi, namun kali ini sembari memegang perutnya.

Karena tidak mau Kaia pingsan lagi– dan kembali membuatnya repot, akhirnya Zayn menyodorkan satu piring berisikan nasi juga lauk ke hadapan Kaia.

"Makan, abis itu pergi dari sini." Zayn menyuruh sembari mulai makan lagi.

Tidak mau menyia-nyiakan kesempatan, Kaia langsung mengambil piringnya dan mulai makan. Senyumnya mengembang karena sadar bahwa dia tengah makan bersama Zayn.

"Roladenya enak?" Kaia berusaha mencari topik.

"Enak."

"Masakan Meme gue tuh."

"Oh. Makasih buat Meme lo."

"Ke gue gak makasih?"

Zayn menatap Kaia. "Ogah."

Setelah makanan mereka habis, tanpa basa-basi Zayn langsung mengusir Kaia.

Memang ya, Zayn itu mau enaknya saja.












30 DAYS WITH ZAYN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang