Day 12

927 85 3
                                    

Kejadian kemarin di dapur membuat Zayn juga Navali jadi merasa aneh satu sama lain, bahkan mereka tidak bisa saling bertatapan lagi dengan waktu yang lama.

Jika berpapasan saja dengan cepat mereka langsung menghindar.

"Lo lagi marahan sama Navali?" tanya Damon sambil memperhatikan Zayn yang sedang memakai jaketnya.

Rencananya siang ini Zayn akan pergi ke sebuah kedai, Kaia memberi pesan lewat DM kalau Zayn harus ke sana. Katanya ada urusan penting yang harus mereka bicarakan.

"Gue sama dia gak lagi marahan."

"Oh."

Zayn menatap Damon. "Kenapa emang?"

"Gak tau sih, tapi kalian kayak yang lagi ngehindar satu sama lain.

Kening Zayn sontak mengernyit. Dia menatap Damon dengan sinis sebelum berjalan keluar kamar di ikuti Damon tentu saja.

Zayn tidak merasa bahwa dia sedang menghindari Navali. Mungkin wanita itu saja yang sedang menghindarinya.

"Gue lagi gak ngehindar," katanya untuk membuat Damon yakin.

Keduanya masuk ke dalam mobil, seperti biasa Damon yang menyetir.

"Lo ke kedai mau apa?"

Zayn mendelik. "Mau nyari janda, Njing!"

Tawa Damon terdengar renyah. Cowok itu menyetir dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanannya memainkan rambut.

"Gue serius nanyanya ya bangsat."

"Lagian pertanyaan lo bego banget, goblok. Orang ke kedai ya mau makan!" celoteh Zayn sambil menatap kesal Damon.

Entahlah kenapa Damon jadi sebodoh ini. Apa karena cowok tak laku itu ketularan Kafka, ya?

"Santai dong, Bre. Orang Indo bukan lo?" Damon malah semakin gencar membuat Zayn kesal.

"SSG, lah!"

"SSG apaan?"

"Orang tua kayak lo gak akan tau," ketus Zayn sambil menatap jalanan didepan dengan mata sinisnya.

"Bangke lo! Umur kita gak jauh beda."

"Halah menolak tua. Najis."

Bukannya marah, Damon malah semakin terbahak-bahak. Mendengar celotehan Zayn seperti mendengar sebuah candaan, itu yang Damon rasakan.

"Serius SSG apaan?" Damon bertanya karena rupanya ia penasaran.

"Sableng, sinting, gelo kayak lo."

Damon tertawa lagi sambil melirik Zayn. "Gak yakin gue jawabannya itu."

"Suka-suka gue, itu jawabannya. Udah jangan bacot lagi lo."

Kedua alis Damon naik. Dia baru mendengar singkatan itu.

"Lo nyiptain sendiri?" tanyanya.

"Iya, kenapa? Gak suka lo, hah?"

Sepertinya Zayn sedang kedatangan bulan, jadi Damon memilih untuk bersenandung kecil saja daripada nyari ribut lagi dengan cowok disampingnya.

"Udah sampai tujuan, Tuan."

Zayn menatap kedai yang dulu ia kunjungi, lalu melirik sinis ke arah Damon yang menampilkan senyuman manisnya untuk Zayn.

Cowok itu turun dan mobil berlalu pergi bersamaan dengan kaki Zayn yang melangkah untuk masuk ke dalam kedai.

Keadaan kedai siang ini sedikit sepi dan Zayn bersyukur karena hal itu.

"Halo calon imam!" sapa Kaia saat melihat Zayn.

30 DAYS WITH ZAYN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang