Day 22

976 87 43
                                    

Zayn: gue pengen rolade dong.

Mata Kaia langsung melotot saat membaca SMS dari Zayn. Gadis itu ingin membalasnya tapi ia tidak punya pulsa.

"Sekalinya ngechat malah di SMS. Ini orang gak punya WA apa gimana, dah?" Kaia berceloteh sambil cengar-cengir karena senang.

Rolade ternyata bisa membuatnya ada didekat Zayn lagi.

Setelah larut dalam rasa senangnya, akhirnya Kaia keluar dari kamar untuk menghampiri Meme yang jika sore-sore begini pastinya sedang menyirami tanaman.

"Meme!"

"MEME YUHUU!"

Meme sontak terkejut mendengar teriakan Kaia. Wanita itu masuk ke dalam rumah dengan kening mengernyit. Dia keheranan apalagi saat Kaia melompat-lompat di atas sofa sembari tertawa girang.

"Kenapa, Kaia? Ada apa?" tanyanya, jelas sekali ia panik.

Gadis itu turun dari sofa untuk memeluk Meme.

"Kaia tu lagi seneng, Me. Aaa... Kaia berasa menang togel!"

"Aduh, bilangnya pelan-pelan dong. Telinga Meme sakit nih."

Sambil cengengesan karena merasa bersalah, gadis itu pun melepaskan pelukannya. Dia tidak sadar kalau suaranya tadi sebesar suara toa.

"Kaia seneng karena apa, hm?" tanya Meme.

"Karena di SMS sama Zayn, Me."

Mata Meme mengerjap dengan cepat. "Karena itu?"

Kepala Kaia mengangguk dengan cengiran yang masih terlihat di bibirnya. Gadis itu tidak peduli kalau giginya terasa kering akibat terlalu lama nyengir.

"Katanya Zayn pengen rolade buatan Meme. Dia suka sama pasakan yang Meme buat," ujarnya yang tanpa sadar membuat Meme senyum.

"Oh ya? Meme seneng dengernya."

Gadis itu memegang tangan kanan Memenya. Raut wajahnya dibuat semanis mungkin sampai Meme tertawa geli.

"Meme mau ya masakin rolade buat Zayn? Please, Me, mau ya? Ini tuh peluang supaya Kaia bisa deket sama Zayn," ucapnya sembari berusaha untuk membujuk Meme.

Mata Meme menyipit. "Meme lagi males masak."

"Aaa... Meme! Ayo dong, Me. Kaia bantuin deh masaknya supaya Meme gak capek."

"Meme mau nonton TV."

Langkah kaki Kaia mengikuti Meme yang mulai berjalan. Gadis itu terus merengek seperti anak kecil.

Jika Meme tidak memasak rolade itu maka ia tidak bisa bertemu Zayn.

"Meme ayo, dong! Kaia nangis nih kalau gak diturutin maunya," ancam Kaia yang membuat Meme menggeleng tak habis pikir.

Dengan gregetan wanita itu mencubit pipi anak satu-satunya.

"Iya, iya. Meme mau masak nih buat Zayn."

Seketika muka murung yang tadi Kaia tunjukkan berubah menjadi sumringah. Gadis itu memeluk Meme lagi sambil mencium pipinya beberapa kali.

"Meme emang the best!" Kaia memuji.

"Kamu mau bantu Meme, kan?"

Seketika kekehan Kaia terdengar. Gadis itu mundur beberapa langkah sebelum berlari untuk keluar rumah.

"Kaia mau beli pulsa dulu, Me. Mau bales SMS dari Zayn!"

••••

Kaia tadi berimajinasi bahwa akan makan berdua bersama Zayn di villa. Dia bahkan sampai senyam-senyum sendiri berkhayal seperti itu.

Tetapi ternyata khayalannya sirna ketika melihat ada Agatha yang ikut menyambutnya saat datang ke sini.

Mantan sahabatnya itu tersenyum manis sembari melambaikan tangannya sampai membuat Kaia mendengus. Kaia anggap bahwa senyuman manis itu bermaksud untuk meledeknya.

"Ta, orang ketiga itu setan loh." Kaia sengaja berbicara seperti itu saat mereka belum masuk ke dalam.

"Maksudnya?"

Mata Kaia mendelik. "Lo setan ngerti gak sih?"

Dengan polosnya Agatha menggeleng, karena tidak mau emosi apalagi sampai menjambak Agatha– akhirnya Kaia lebih dulu masuk ke dalam villa untuk menyusul Zayn.

"Kenapa ada Agatha di sini, sih?'" tanya Kaia yang ditujukkan untuk Zayn.

"Gue undang dia."

Kaia mendengus, wajahnya tambah cemberut dan dia tidak berhenti untuk melirik sinis ke arah Agatha.

Mereka mulai makan sembari berbicara satu sama lain. Zayn jadi kelihatan punya dua istri yang tidak akur sekarang.

"Masakan Meme kamu gak pernah gagal ya. Enak banget," ucap Agatha sembari tersenyum tulus.

"Enak lah, orang gratis!" Kaia membalasnya dengan sangat amat sinis.

Dia tidak suka melihat cara Zayn saat menatap Agatha, dia tidak suka melihat cara Zayn memperlakukan Agatha. Cowok itu jadi soft boy kepada mantan sahabatnya, sedangkan ke Kaia ya begitulah.

"Oh iya, aku udah beli baju renang buat nanti."

Zayn menaikkan kedua alisnya. "Nah bagus, jadi nanti kita tinggal pergi langsung ke sana."

Oke, gue jadi kacang di sini! Batin Kaia menjerit.

"Mau ke mana, nih? Sampai beli baju renang segala." Kaia menimbrung.

"Kepo amat kayak Dora," cibir Zayn.

Agatha menatap Kaia dengan pandangan ragu. "Em... sebenernya lusa nanti aku sama Zayn mau renang ke yang ada air terjunnya."

"OH, KALAU GITU GUE HARUS IKUT!"

Zayn mendelikkan matanya. Dia sedikit kesal karena Agatha malah menjawab pertanyaan Kaia.

"Gak, lo ribet."

Kaia menatap Zayn. "Gue bakal jadi kalem, tenang aja. Gue juga gak bakal nyusahin."

"Gak."

"Please, gue juga pengen renang sama liburan! Otak gue tu berasa ngebul banget karena tugas kuliah."

Zayn menggelengkan kepalanya tanpa menatap Kaia. Dia hanya ingin pergi bersama Agatha.

"Tapi kamu kan gak bisa re–"

"Diem! Gue gak ngajak lo ngobrol."

Seketika Agatha langsung diam dan kembali anteng memakan nasinya.

Sementara Zayn, cowok itu menatap Kaia dengan sinis. "Kalau mau ikut, lo jangan semena-mena sama Agatha!"

Mulut Kaia terbuka sedikit. Seberarti itu ya Agatha untuk Zayn?

"Fine! Gue bakal gak banyak tingkah nanti. Gue juga ogah kok buat kontekan sama Agatha."

Merasa tak enak pada Kaia, Agatha langsung mengusap bahu Zayn. Hal itu sontak membuat rasa panas di hati Kaia jadi semakin merajalela.

Kenapa kalau Agatha yang sentuh, Zayn sama sekali tidak menepisnya?

"Gak usah gitu banget, Kaia baik kok sama aku."

Zayn tertawa sinis. "Baik darimana? Dia suka bentak lo. Sadar."

Kaia berdiri. Dia melirik Agatha dengan sinis. Sepertinya jika terus di sini, Kaia malah akan gosong karena kepanasan.

"Lusa gue ikut, awas aja kalau ditinggal!" ancamnya sembari menunjuk Zayn dan Agatha secara bergantian.

"Gue tinggal."

Mata Kaia melotot saat mendengar ucapan Zayn.

"Gak boleh renang berduaan doang, bahaya!"

Mata Zayn mendelik. Belum apa-apa tapi Kaia sudah ribet.





30 DAYS WITH ZAYN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang