Niat Zayn ingin ke Bali untuk menghibur dirinya sendiri juga menghilangkan rasa stressnya hancur begitu saja, hanya karena seorang gadis yang terkena pelet Zayn sejak pertama kali melihat matanya.
Gadis itu selalu mengganggu juga mengikuti Zayn kem...
Kaia berdiam diri memandangi Agatha yang kini juga menatapnya dengan raut wajah takut. Dia sengaja menunggu kehadiran Agatha di depan rumah untuk bisa mengobrol dengannya.
"Gue gak akan nyakitin lo," ucap Kaia tiba-tiba.
Agatha jelas mundur beberapa langkah meski Kaia bilang tidak akan menyakitinya. Tangannya meremas sisi baju karena merasa terancam oleh kehadiran Kaia.
Biasanya dia akan menampilkan wajah ramah kepada gadis berambut sebahu itu, tetapi sejak kejadian yang lalu dia jadi takut.
"Lo ada hubungan apa sama Zayn?"
Agatha mengerutkan kening. "A–aku ... aku gak ada hubungan apapun sama Zayn. Cuma teman, gak lebih."
Senyum tipis Kaia hadir kala mendengar jawaban Agatha. Gadis itu menyandarkan punggungnya ke pagar rumah sementara matanya menatap lekat Agatha, yang justru tidak berani menatapnya.
"Gue gak suka cewek tempramental, gue gak suka cewek yang gak bisa hargain orang lain, gue gak suka cewek kasar."
Kata-kata yang keluar dari mulut Zayn tempo hari terdengar lagi di telinga Kaia. Hal itu membuatnya sakit.
Malam kemarin Kaia merenungi tingkah lakunya kepada semua orang, dan ucapan Zayn memang benar. Dia terlalu kasar untuk mempunyai sahabat lemah lembut seperti Agatha. Dia tidak bisa menghargai orang lain, bahkan menghargai Memenya sendiri saja tidak bisa. Dan Kaia tempramental.
Mungkin telat untuk menyadari semuanya, tetapi Kaia akui dia ... menyesal.
"Sakit banget, Ta. Gue ngerasa gak pantes buat siapapun," bisiknya sampai pelan-pelan bisa membuat Agatha berani untuk menatap Kaia.
Mata Agatha bertabrakan dengan mata milik Kaia, saat itu juga Agatha bisa melihat kehancuran hanya dari bola mata Kaia.
"Gue bingung sama diri gue sendiri, gue gak ngenalin diri gue ini kayak gimana sebenarnya. Lo tau? Gue udah merasa paling benar di sini, padahal orang lain banyak yang ngerasain sakit karena gue."
"..."
"Gue gak bisa ngertiin orang lain, gue selalu mengutamakan amarah." Kaia tersenyum tipis sebelum melanjutkan ucapannya. "Gue harusnya udah ikhlas soal kepergian bokap gue dan gak dendam sama siapapun. Gue harusnya gak mainin semua cowok demi kesenangan semata."
"Kaia..."
Kepala Kaia mendongak, dia menatap miris langit di atas sana yang seperti tengah mengejeknya saat ini.
"Gue kena karma, Ta. Gue dijauhin sama orang-orang baik yang gue sakitin," katanya dengan nada lirih.
Tanpa berkata apapun Agatha langsung maju dan membawa Kaia ke pelukannya. Dia menangis sementara Kaia malah tersenyum tipis.
Agatha seperti bisa merasakan keadaan Kaia sekarang. Kehilangan dan tidak kenal jatidiri memang semenyakitkan itu.
Dulu saat Papa Kaia masih hidup, Kaia merupakan gadis periang yang selalu menyapa semua orang dengan cengiran manisnya. Dia penurut dan baik kepada siapapun, tidak pernah julid pula. Tetapi semuanya berubah saat Papa meninggal. Kepribadian manis Kaia hilang digantikan dengan sikap arogannya yang membuat semua orang jengkel hingga tidak betah berdekatan dengan Kaia.
"It's okay, it's fine."
Mendengar bisikan Agatha, Kaia langsung membalas pelukan gadis itu. Dia memejamkan mata sembari mulai mengingat-ngingat kapan ia begini bersama Agatha.
Rasanya sudah lama, terakhir ia pelukan begini saat kelas 9 SMP. Setelahnya yang dilakukan Kaia adalah terus memusuhi Agatha dan membentak-bentak gadis itu karena iri.
"Meme bilang gue bakal nyesel kalau terus sinis sama lo, dan Meme bener. Apalagi ucapan Zayn waktu itu nampar gue banget, Ta."
Agatha mempererat pelukannya. Ia memang sempat takut dan hampir lelah menghadapi Kaia, tetapi saat melihat gadis itu rapuh entah kemana hilangnya rasa takut dan lelah itu.
Kaia butuh pelukan, bukannya malah dijauhi.
"Aku di sini, aku gak akan ninggalin kamu meski kamu terus sinis sama aku."
Kaia melepas pelukannya. Dia memperhatikan raut wajah Agatha dengan mata menyipit. "Bohong! Lo pasti gedeg juga kan, sama gue?"
Cengiran yang Agatha tunjukkan membuat Kaia mendengkus, tetapi senyum kecil terlihat di bibirnya.
"Iya, aku sempet gedeg dan capek sama kamu. Apalagi waktu kejadian kamu dorong aku waktu itu, aku takut banget tau! Tapi sekarang udah enggak kok, aku gak takut sama kamu."
Kaia langsung senyam-senyum sendiri seraya menggenggam tangan Agatha. "Maafin kelakuan gue ya, Ta. Gue janji gue bakal jadi Kaia yang lo kenal lagi. Makasih ya udah mau jadi sahabat gue."
Agatha menatap mata Kaia, ada rasa senang di hati karena akhirnya Kaia sadar.
Mata Kaia langsung melotot, tangannya memegang bahu yang tadi baru saja dipukul pelan oleh Agatha. Si pelaku hanya cengengesan saja sampai matanya membentuk bulan sabit.
"Tabok kayak gitu, kan?" tanyanya dengan tak berdosa.
Kaia tersenyum manis yang dipaksakan. "Iya kayak gitu, tapi gak sekarang juga di taboknya! Sini gue tabok balik– EH JANGAN KABUR!"
Akhirnya mereka malah kejar-kejaran di jalan seputaran kompleks perumahan Agatha yang sepi karena hari sudah malam. Keduanya tertawa sembari berteriak satu sama lain.
Meminta maaf pada Agatha sudah, tinggal meminta maaf kepada Zayn.
••••
kenapa Kaia sama Agatha cepet baikan? karena bentar lagi tamat
konflik di story ini tu ringan yaa, kalo berat kasian ntar pala aku + kalian depresot
Kaia & Agatha (nyolong pinterest)
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.