Day 26

1.1K 98 2
                                    

Sudah Zayn bilang, hidupnya ingin damai tanpa ada kata cinta di dalamnya. Cowok urakan itu tidak mau orang seperti Kaia– yang jelas ingin mempermainkannya, masuk ke dalam hidup Zayn.

Awalnya Zayn memang ingin mencoba dekat dengan Kaia karena gadis itu anaknya asik juga, tidak gampang menangis dan terlihat kuat. Tetapi saat seseorang memberitahukan rencana Kaia dan menceritakan tentang gadis itu kepadanya, tiba-tiba Zayn marah.

"Kaia itu hobinya mainin perasaan cowok, termasuk mainin gue. Dia manfaatin mereka dan setelah puas dia bakal ninggalin mainannya gitu aja."

Zayn menatap Pandu dengan kening mengerut tipis. Dia setia mendengarkan keluhan cowok itu yang terlihat patah hati karena diabaikan Kaia.

"Mainin kayak gimana emang?" Zayn bertanya.

"Kaia deketin gue, terus setelahnya bikin gue baper. Oke, gue gak baperan tapi ... Kaia berhasil bikin gue baper sama dia karena kelakuannya. Di saat gue udah suka sama dia, bahkan dia pun udah gue kenalin ke orang tua, dia malah ghosting gue. Dia hubungin gue cuma waktu butuh doang," jawab Pandu.

"Terus maksud lo datang ke gue buat apa?"

Pandu menatap Zayn, mata sendunya bertabrakan dengan mata tajam milik Zayn. "Gue mau peringatin lo supaya jangan kemakan sama semua rayuan Kaia. Cewek itu hobinya mainin perasaan cowok yang tulus sama dia."

Kira-kira begitulah percakapannya dengan Pandu di kafe sebelum Kaia datang.

Sudah Zayn duga kalau Kaia itu adalah playgirl, dia tipe yang menyakiti dan bukan disakiti.

"Zayn."

Kepala Zayn mendongak dan dia tersenyum tipis saat melihat Agatha tengah berjalan ke arahnya.

Dia dan Agatha janjian untuk bertemu di salah satu store tatto. Zayn akan menambahkan sedikit tatto di dadanya dan Agatha bertugas untuk menemani Zayn.

"Hai," sapa Zayn.

Agatha duduk disebelah Zayn, dia menatap ngeri pada salah satu orang yang sedang menatto tangan kanannya.

"Kamu deg-degan gak?"

Mendengar pertanyaan Agatha, Zayn pun menggeleng. "Sebelumnya gue udah pernah di tatto, waktu baru lulus sekolah."

Merasa antusias, Agatha merubah posisi duduknya menjadi lebih serong ke arah Zayn.

"Terus gak dimarahin sama orang tua?"

Lagi-lagi Zayn menggeleng. "Orang tua gue bilang ini badan gue, jadi ya terserah gue. Tapi kalau sampai gue rusak badan gue sendiri, ya jelas mereka marah. Fyi, Ibu sama Ayah gue bilang tatto gue bagus."

Mulut Agatha terbuka karena merasa cerita Zayn ini menarik. Keluarga Zayn sepertinya asik dan pemikirannya luas. Orang tua yang lain belum tentu mau menerima anaknya yang tattoan.

"Orang tua kamu keren," pujinya untuk kedua orang tua Zayn.

"Thanks, gue beruntung dapet orang tua kayak mereka."

Agatha langsung mengangguk setuju.

Beberapa menit hanya mengobrol dan duduk, kini giliran Zayn akan mendapatkan tatto barunya.

Cowok itu berdiri dan membuka kaos yang melekat ditubuhnya sampai dadanya terpampang jelas. Agatha sempat terpana karena melihat tubuh Zayn yang tegap, bisepnya pas.

Gadis itu beberapa kali melihat para bule wanita yang sempat mencuri pandang untuk melihat tubuh Zayn, dan hal itu membuatnya tersenyum geli.

"Mata ini harus sama persis di dada gue. Lo bisa, kan?" Zayn berbicara pada salah satu pegawai sembari memperlihatkan foto mata kucing milik seseorang.

30 DAYS WITH ZAYN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang