Day 9

962 91 14
                                    

Sore ini hujan, Kaia dan Pandu langsung menepi mencari tempat untuk berteduh. Rambut juga pakaian yang mereka kenakan sedikit basah.

"Motor diparkirin di sini gapapa emang?" Pandu bertanya sembari menunjuk motornya dengan dagu.

"Santai aja, elah. Gapapa kok, orang tokonya udah terbengkalai."

Kepala Pandu mengangguk, cowok itu melirik ke sekitar dan pandangannya berhenti saat mengamati Kaia. Gadis berambut sebahu itu nampak sedikit kedinginan, apalagi Kaia hanya memakai kaos berlengan pendek, jadinya dengan sangat peka dia membuka jaketnya dan menyampirkan jaket itu dipundak Kaia.

Kaia yang dipakaikan jaket jelas sedikit menjadi kikuk, gadis itu menatap Pandu yang hanya menampilkan senyuman manisnya saja.

"Kenapa pakein gue jaket?"

"Karena lo kedinginan."

Kening Kaia mengerut. "Emang lo gak kedinginan?"

Pandu diam, namun sedetik kemudian cowok itu menggeleng pelan. Jujur saja sebenarnya Pandu kedinginan, tetapi dia tidak mau kalau sampai Kaia melepas jaketnya dan membiarkan tubuhnya kedinginan.

"Masih bisa tahan dinginnya," kata Pandu yang membuat senyum tipis Kaia terlihat.

Kaia jadi berpikir kalau dia akan menjadi wanita paling jahat jika mencampakkan cowok seperti Pandu. Dia terlalu baik untuk disakiti.

"Lo kenapa soft banget, sih?" Kaia bertanya seperti itu.

Kekehan Pandu terdengar. "Gue soft, kah?"

"Banget."

Pandu menatap Kaia, tatapannya sangat tulus dan Kaia bisa merasakan itu.

"Lo selalu bisa bikin gue senyum, Kaia."

••••

D

i dapur villa yang ditempati oleh Zayn terlihat sepasang manusia tengah asik membuat adonan kue. Mereka adalah Zayn juga Navali.

Navali mengajak cowok urakan itu untuk membuat kue karena katanya Navali mengidam, padahal dia tidak hamil. Karena tidak mau ribet, akhirnya Zayn menuruti Navali.

"Cocok nih kalau jadi suami istri." Damon menyeletuk setibanya di dapur.

Sepertinya Damon berniat untuk menjodohkan dirinya dengan Navali, memikirkan itu membuat Zayn tersenyum kecut. Meski dia kasihan kepada Navali karena masalah yang wanita itu alami, tetap saja dia akan menolak jika dijodohkan seperti itu.

"Lo aja jadi suaminya Navali," ketus Zayn yang sedang mencetak adonan menjadi bulat– padahal Navali sudah menyediakan cetakan berbagai bentuk seperti bintang, bulan dan lain-lain.

"Kalian berdua aja jadi suami gue."

Mendengar itu Damon pun terkekeh, sementara Zayn hanya diam.

"Nanti malem temenin gue jalan-jalan mau gak?" Navali bertanya sembari menatap kedua cowok dihadapannya.

"Kagak."

"Mau."

Zayn mendengus, dia menatap Damon dengan pandangan tajamnya. "Sekali aja lo kompak sama gue, bisa gak?"

"Nggak," jawab Damon yang membuat Navali tergelak.

"Giliran sama Kafka aja lo kompak banget, mentang-mentang digaji!"

"Dia Bos gue soalnya, jadi harus kompak."

Zayn tersenyum sinis. "Tai."

Mendengar kata gaji, Navali langsung menatap Zayn. Dia sedang memikirkan sesuatu terkait cowok itu.

30 DAYS WITH ZAYN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang