8. Berhenti atau Lanjut?

60 28 5
                                    

Sudah dua bulan berlalu sejak pertama kali Zian menginjakkan kaki ditempat ia bekerja. Tidak ada yang istimewa, hari-harinya masih tetap sama dan semakin lama langkahnya semakin berat dan melelahkan. Meski sesekali gadis itu mengingat perkataan Pak Syaiful untuk sekedar istirahat kala lelah namun tetap saja semua akan semakin terasa melelahkan jika Zian mengulur-ulur waktu hanya untuk beristirahat.

Sama seperti sore ini, tumpukan tugas yang belum ia selesaikan juga beberapa kerjaan yang harus segera diserahkan pada atasan. Tidak ada waktu untuk sekedar menikmati senja bersama teh hangat dan biskuit, ada waktu untuk merenggangkan otot dan mengisi asupan makanan saja dia sudah merasa cukup.

Zian tidak tau mengapa hari-harinya semakin berantakan setelah ia pindah tempat kerja. Segala tugas dan tanggungjawabnya numpuk membuatnya semakin keteteran. Bahkan sejak dua bulan terakhir beberapa tugas ia mendapatkan dari Fira, sesekali ia titip absen pada kawannya itu. Sudah dua bulan juga gadis itu jarang menemui Dipta. Laki-laki itu mengerti ketika gadisnya berkata dia sibuk, sekedar datang untuk mengantarkan beberapa kue kering yang dibuat sang mama sesekali akan Dipta lakukan. Dipta sedikit merasa nelangsa, menatap Zian yang jauh lebih berantakan akhir-akhir ini. Urusan rumahpun sudah jarang Zian kerjakan, alhasil Fira yang sering menginap disana terpaksa untuk sekedar menyapu atau mencucikan piring kotor. Bahkan Tante Kinasih pun turut ambil adil.

Berfikir untuk berhenti dari pekerjaan ini sempat terlintas dibenaknya beberapa minggu yang lalu. Fisiknya sekarat batinnya tertekan. Banyak alasan yang sejujurnya membuat gadis itu merasa semakin tersiksa. Salah satunya adalah ocehan orang-orang ditempat ia bekerja. Tentang bagaimana cara Zian mendapat pekerjaan ini atau tentang cara Zian menyikapi atasan.

"Dimana-mana lulusan SMP pun juga bisa dapat kerjaan orang pake jalur orang dalam."

"Kita kerja udah bertahun-tahun telat dikit diomelin, potong gaji, enak banget dia telat hampir satu jam dilumrahin."

"Caper banget sama bos. Biar apa coba?"

"Biar dapet posisi lebih tinggi, gaji tinggi juga."

Gadis itu sudah cukup sering mendengar berbagai gosip miring tentang dirinya ditempat kerja. Batinnya nelangsa, bukan hanya tentang bagaimana gosip itu beredar tentang dirinya tapi juga tentang bagaimana cara semesta mendewasakan gadis itu sungguh diluar dugaan Zian.

Dia masih bertahan, karena ia sadar keinginannya untuk kerja dipenerbitan buku jauh lebih besar dari lelahnya. Namun, mau sampai kapan dia bertahan?

Zian mengendurkan pandangannya. Menatap seisi rumah yang sungguh kacau balau. Piring kotor masih tertumpuk kokoh diatas meja makan, wajan dan panci kotor diatas kompor, beberapa pakaian kotor dikursi dan lantai, sandal, sepatu yang tergeletak disembarang tempat dan beberapa kertas yang terjatuh diatas meja.

Tanpa ia sadari, air matanya menetes. Menatap pantulan tubuhnya dikaca lemari, sungguh menyedihkan. Ia menarik nafas dalam-dalam mengeluarkannya perlahan, lalu menghapus jejak air mata dipipinya.

"Semangat Zian pasti bisa!!" ucap gadis itu untuk dirinya sendiri.

Ia mulai memungut pakaian kotor memasukkannya kedalam bak dikamar mandi, menata ulang kertas-kertas dan buku yang berserakan dimeja, lalu mencuci piring kotor. Tubuhnya rasanya remuk, dia tidak ingat kapan terakhir kali Zian bisa tertidur dengan nyenyak.

Kedua tangannya meraih sapu yang ia letakkan dibalik pintu, menyapu seisi rumah yang ia sendiri lupa kapan terakhir dia menyapunya. Untungnya tidak ada tamu yang datang, kalaupun ada dan itu pasti Fira dan Dipta, mereka berdua hanya akan melumrahi semua itu, kecuali Dipta yang mungkin akan sesekali mengomeli gadis itu.

Dipta adalah manusia yang suka kebersihan, bukan hanya suka mungkin dia sudah menjadikan bersih-bersih sebagai suatu kewajiban. Laki-laki itu akan dibuat gila kebersihan ketika dilanda stress yang berlebih. Katanya, dengan membersihkan sesuatu yang kotor disekitar kita, kita juga akan membersihkan segala hal kotor dipikiran kita. Salah satu bentuk healing, katanya.

Zian [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang