31. Timeless

38 8 3
                                    

"Nangis aja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"
Nangis aja. Nggak papa
"

Song Recommended
My Everything - NCT U

_________

"Keluarga Dipta!!" teriak suster yang baru keluar dari sebuah ruangan.

Bunda dan keempat laki-laki itu segera mendekati suster yang tengah berdiri di depan
ruangan ICU. Langkah kaki mereka sama beratnya membawa kekhwatiran yang berbaur menjadi satu dengan ketakutan. Terutama Bunda.

"Gimana anak saya sus?" tanya bunda panik. Tangannya yang memegang tangan Dika bergetar hebat. Membayangkan putranya kesakitan membuat dadanya merasa sesak.

"Silahkan tunggu sebentar, saya panggilkan dokternya," sahut suster itu lalu melangkah masuk ke dalam.

"Bun ... abang baik-baik aja kan?" tanya Dika parau.

Bunda menguatkan genggaman tangannya, "Abang anak yang kuat sayang ... abang pasti baik-baik aja."

"Terus kenapa kita nggak langsung dibolehin masuk?" Dika

"Keluarga saudara Dipta?" ucap dua orang polisi berseragam lengkap.

"Iya," jawab Mumun.

"Bisa ikut saya sebentar?"

Tanpa berpikir panjang, Mumun dan Very melangkah mengikuti polisi itu untuk keluar dari rumah sakit. Membiarkan Bunda dan Dika berada disana menunggu Dipta.

"Keluarga saudara Dipta?" tanya dokter dengan pakaian warna hijau itu.

"Iya Dok."

"Mari bicara sebentar," ucapnya ramah menggiring Bunda, Dika dan Wendy untuk menuju ruangannya yang tak jauh dari tempatnya saat ini.

Jujur saja langkah kaki Bunda kian melemah karena khawatir dan rasa takutnya benar-benar memenuhi batinnya. Wanita itu menguatkan genggaman tangannya pada Dika menjelaskan bahwa rasa takutnya sungguh besar tapi mereka juga harus siap menerima semua kemungkinan yang terjadi.

"Silahkan."

Bunda dan Dika duduk dengan canggung. Sementara Wendy berdiri dengan tangan memegang bahu Bunda dan Dika.

"Akibat benturan yang cukup keras dibagian belakang kepala saudara Dipta mengalami cidera kepala terbuka yang mengakibatkan darah banyak keluar," jelas dokter itu dengan tenang.

Bunda membekap mulutnya sendiri dengan kedua tangannya. Tubuhnya bergetar, soalah ada sengatan listrik yang dengan sengaja menyambar ulu hatinya. Rasanya sesak dan sakit mendengar vonis dokter yang kini duduk di depannya. Kedua tangan Dika yang turut bergetar sama seperti hati dan jiwanya merangkul tubuh Bunda. Sedangkan laki-laki yang berdiri di belakang mereka masih tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

Zian [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang