Chapter 29

67 5 0
                                    

Derryl's POV

tw // homophobic

Sahabatku itu sudah beberapa bulan menjalin hubungan dengan Joey. Semakin hari orangtua murid semakin parah julidnya. Semua kata-kata julid itu juga telah sampai di telinga Trevin.

Trevin juga sering curhat ke aku bagaimana sedihnya dia mendengar hujatan dan semua kalimat julid yang terus berdengung. Dia juga cerita beberapa kali mendapat paket yang isinya berupa ancaman dari fans-fans fanatik Joey.

Aku tidak pernah tahu bahwa menjadi kekasih seorang idol akan sebegitu sulit dan menyedihkan karena harus berurusan dengan para fansnya. Aku pun tidak pernah membayangkan reaksi orang-orang yang tidak menyukai kaum gay akan semenyeramkan ini.

Sekarang, Trevin sedang ada di kantor kepala sekolah kami. Entah apa yang dibicarakan, tetapi aku sangat khawatir. Soalnya, sejak tadi pagi para ibu-ibu rumpi itu semakin gencar mengangkat kabar tentang Trevin berpacaran dengan Joey. Takutnya mereka melakukan sesuatu yang parah kepada sahabatku itu.

"Kenapa, Trev?" Tanyaku langsung, saat ia baru keluar ruangan itu.

"Balik dulu aja yuk? Ntar gue ceritain." Jawabnya lesu.

Sekarang ini, aku sudah berada di apartmentnya dan sebentar lagi Joey dan Johnny juga datang. Saat perjalanan pulang, aku sengaja mengabarkan mereka berdua untuk datang karena aku tau Trevin lagi butuh kita semua untuk menjadi sandaran.

"Lo mandi dulu aja, Trev. Abis itu baru lo ceritain semuanya ya?" Trevin hanya menjawab kalimatku dengan anggukan kecil.

Saat Trevin keluar kamar mandi, Joey dan Johnny sudah duduk manis bersamaku. Muka dan mata Trevin merah, aku yakin ia menangis di dalam kamar mandi tadi.

"Kok ada kalian?" Tanyanya.

"Tadi Derryl ngabarin kalo lo lagi sedih, jadi kita langsung cabut lah kesini." Jawab Johnny.

"Sini Trev." Ujar Joey, dan langsung memposisikan kepala Trevin pada bahunya sambil terus mengelus rambut basah Trevin.

"Udah mau cerita?" Tanyaku pelan, takut dia belum mau membuka suara.

"Yeah, I got fired." Jawab Trevin singkat dengan air mata yang menetes.

Johnny mendekatkan diri pada Trevin, aku pun pindah posisi menjadi duduk di bawahnya sambil mengelus lembut tangannya.

Hening. Kami memberi waktu sejenak untuk Trevin menumpahkan air matanya. Joey yang dengan telaten menghapus air mata Trevin dan sesekali mengelus pipinya, aku yang terus menggenggam erat tangannya, dan Johnny yang tidak lelah mengelus punggung Trevin.

"Ibu-ibu rumpi yang selalu julidin gue, ngadu ke kepsek. Pake segala ngancem bakal gede-gedein berita gue gay biar ga ada yang mau daftarin anaknya sekolah di sana. Kepsek takut popularitas sekolahnya turun, jadi ya udah gue dipecat haha." Jelas Trevin, dengan tawa di akhir kalimatnya.

"Ga usah sok ketawa." Ujar Johnny.

Joey tidak banyak ngomong, ia langsung membawa sahabatku itu pada dekapannya, erat. Trevin menahan isakannya di dalam dekapan Joey.

"Keluarin aja, Trev. Kita semua di sini kok untuk lo." Ujarku dan benar saja, tangis Trevin langsung pecah.

Trevin melepaskan pelukannya, "Gue cape tau. Kenapa sih orang sentimen banget sama gay? Bokap, orang tua murid, fans-fansnya Joey, kenapa semua jahat banget? Gue cuma mau hidup tenang sebentar aja, ga bisa banget ya?"

"Fans aku?" Tanya Joey heran dan tentunya mengundang kerutan di dahi Johnny juga.

Aku berjalan ke arah kamar Trevin, dan mengambil kotak berisi surat-surat ancaman dari fans Joey kepada Trevin beberapa saat ini.

"Nih, lo baca deh. Trevin ga mau cerita ke kalian karena dia takut lo berdua jadi gimana-gimana gitu ke fans." Ucapku sambil memberi kotak itu.

Malam sudah datang dan Trevin masih terus menangis, kadang hanya melamun tanpa bersuara sedikit pun. Melihat keadaan Trevin yang sangat kacau membuat aku, Joey, dan Johnny memutuskan untuk menginap di apartment Trevin.

Joey memutuskan untuk tidak tidur sampai Trevin tidur duluan. Katanya, ia ingin menemani Trevin terus agar Trevin tidak merasa sendiri.

–tbc

The Shadow [jaeyong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang