Chapter 30

138 9 2
                                        

Author's POV

tw // death & blood

Tiga hari setelah momen itu, Joey masih setia menemani di apartment Trevin. Ia tau kekasihnya itu mengalami tekanan yang sangat besar.

Ayah Trevin kemarin menelpon saat mengetahui kabar itu. Seperti tidak mengenal situasi, Tuan Leo seenaknya mencaci maki Trevin dan mengeluarkan kata-kata yang menurutku tidak pantas.

Mulai dari ayahnya, para fans fanatik Joey, dan akhirnya pekerjaan yang diberhentikan. Semuanya semakin menjadi tekanan untuk Trevin yang memang sudah lemah.

The shadow–semua hal itu terus menjadi bayangan Trevin selama menjalani hidupnya. Bayangan yang kian lama menjadi lebih gelap dan tebal.

"Trev, luapin aja ke aku. Aku siap denger dan jadi sandaran untuk kamu kok."

"Aku mau pergi." Jawab Trevin tanpa memandang wajah Joey.

"Ke mana? Ayo aku temenin." Joey berinisiatif menghampiri Trevin yang terduduk di kasur, "Somewhere far away from here."

"Where? Makan aja yuk? Kamu baru makan sekali loh hari ini."

Trevin menggelengkan kepalanya, air matanya mulai mengalir lagi. "Aku mau ketemu mama."

Joey mulai mengerti arah bicaranya, namun ia berusaha mengalihkan. "Aku anter ya ke makam mama?"

"Joey–"

"Ayo sayang, keburu hujan ini udah mendung."

"JOEY!" Teriak Trevin.

Tentu Joey kaget mendengar reaksi Trevin, "Why?" Joey terus mengelus Trevin, mencoba untuk menenangkan.

"I know you understand what I mean."

"Kenapa? Kamu punya Derryl si sahabat kamu yang selalu nemenin kamu dari dulu, ada juga aku dan Johnny yang selalu sanggup jadi sandaran kamu."

"Aku nyerah, Trev. Aku cape." Jawabnya susah payah karena tangisnya sudah pecah.

"Hey, bertahan sebentar lagi ya? Aku yakin ini ga akan lama, kamu akan bisa hidup bahagia nantinya."

"Joey, aku mohon..aku udah cape banget, aku ga sanggup." Trevin sudah bersimpuh pada lututnya di depan Joey, memohon agar ia dapat mengakhiri semua ini sekarang juga.

"Aku akan selalu sama kamu, Trev. Kita jalanin bareng ya? Aku juga lagi berusaha untuk jadi penyembuh kamu, kasih rasa cinta sebesar mungkin untuk kamu."

Kali ini Joey juga mengeluarkan air matanya. Ia tidak pernah berpikir pacarnya akan seperti ini di depannya. Bahkan memohon untuk mengakhiri hidupnya.

Tanpa sepengetahuan Trevin, Joey menelpon Johnny dengan harapan Johnny mendengar percakapan mereka dan paham akan situasinya lalu mengajak Derryl untuk ke sana.

"Hallo–" Ucapan Johnny di seberang sana terputus oleh suara pilu Trevin.

"Dari dulu aku selalu dapet tekanan ini, bahkan dari papaku sendiri. Sekarang tekanan makin banyak, bayangan yang terus ada di sampingku makin kuat, lebih baik aku selesai sekarang kan daripada kamu harus ngerawat orang gila kayak aku?"

"Aku janji akan temenin kamu ke mana aja, Trev. Ayo please jangan gini."

"Jangan gini gimana sih, Joey? Aku beneran cape."

Johnny dan Derryl yang kebetulan memang dari awal niat mau ke apartment Trevin, sudah di dalam perjalanan. Sambil mendengar percakapan dua orang di seberang sana tentunya.

"Trevin.."

"Please, Joey. I beg you."

"Aku udah janji dari dulu untuk selalu nemenin kamu. Sekarang kita selesain bareng aja." Ujar Joey.

"NO!"

"Sekarang kenapa lagi?"

"Kamu ga boleh pergi dulu, kamu punya Jesslyn, Johnny, Derryl, dan orangtua kamu. Kamu harus tetep di sini!" Jawab Trevin sambil mendekati mejanya.

"YA APA BEDANYA SAMA KAMU? KAMU PUNYA AKU, JOHNNY, DERRYL, JESSLYN. KAMU MASIH PUNYA KITA SEMUA, TREVIN!" Emosi Joey mulai terpancing, ia tidak sanggup melihat pacarnya sebegitu pilu.

Ruang itu sudah penuh dengan suara tangis mereka berdua, hari pun sudah berganti malam dan AC terasa semakin dingin.

Trevin membuka laci mejanya dan mengeluarkan sebuah pistol yang entah dari mana ia dapatkan.

"TREVIN, YOU MUST BE KIDDING. TARO PISTOLNYA, TREV!"

Johnny dan Derryl yang mendengar itu dari sambungan telpon langsung mempercepat perjalanannya.

"You need to know that I'll always love you, Joey. Semoga di kehidupan selanjutnya, kita bisa ketemu lagi ya?"

Tanpa menunggu jawaban dari Joey, Trevin menarik pelatuk pistol yang telah ia arahkan pada kepalanya.

"TREVIN–"

Joey menangis terisak di samping tubuh pacarnya yang terbujur tak berdaya dengan darah yang terus mengalir.

Ia kehilangan akal sehatnya, Joey mengambil pistol yang ada di samping tubuh Trevin.

"Do you remember? Aku selalu janji untuk ada untuk kamu dan selalu nemenin kamu, sekarang aku ikut ya? Biar tetep bisa jadi sandaran untuk kamu–" Joey menggengam tangan Trevin yang mulai mendingin.

"–kisah kita akan lebih indah di kehidupan selanjutnya. I love you too, my precious, and I'll always do." Lanjut Joey sambil menarik pelatuk pistolnya.

Kurang dari semenit dari Joey menyusul Trevin, dua sahabatnya itu–Derryl dan Johnny, sampai di apartmentnya.

Johnny dan Derryl membuka pintu apartmrnt dan langsung masuk ke kamar Trevin. Kehadiran mereka langsung disuguhi oleh tubuh kedua sahabatnya yang sudah terbaring  bersimbah darah dengan tangan Joey di atas tangan Trevin, bekas genggaman tadi.

Tentu pemandangan di depan mereka adalah suatu hal yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya. Ini mimpi buruk, pikir mereka.

Johnny dengan sigap langsung menelpon ambulance untuk datang menjemput sahabatnya agar dapat dibersihkan dan dibaringkan dengan layak di tempatnya.

Derryl lantas memeluk erat tubuh besar Johnny. Menumpahkan segala kesedihan dan rasa kehilangannya. Mereka masih tidak menyangka, bahwa sambungan telpon yang dari tadi mereka dengar untuk mengetahui keadaan Joey dan Trevin akan menjadi penutup dari ini semua.

"Mereka kenapa nyerah? Kenapa kita ditinggal,  John?" Tanya Derryl terisak, sedangkan Johnny dari tadi menahan isakannya walau air mata terus mengalir di pipi. Ia tidak mau Derryl merasa semakin sedih dengan keadaan ini. Lagi-lagi Johnny masih berpikir untuk orang lain.

"Biarin mereka hidup bahagia di kehidupan selanjutnya, Der. Trevin terlalu lelah dengan semua yang udah dia laluin, Joey pun begitu. Dunia yang sekarang terlalu jahat untuk manusia spesial kayak mereka berdua. Ikhlasin ya? Biar mereka juga bisa bahagia."

–FIN

hai, gimana nih kalian bacanya? yuk leave vote and comment for my first story. oh iya, tunggu dulu ya! masih akan ada epilog setelah ini.

The Shadow [jaeyong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang