Chapter 27

62 6 0
                                    

Author's POV

Kurang lebih ini sudah sebulan mereka lewatkan sejak banyak hujatan yang dilontarkan oleh fans Joey. Beruntungnya, rating dari acara HelloWeekend ini tidak turun. Bisa dilihat kan? Yang menghujat justru orang-orang yang sepertinya tidak menikmati acara siaran itu.

Namun berbeda dengan Joey, di sisi lain Trevin berusaha kuat untuk memendam sendiri masalah yang dihadapi. Trevin beberapa kali mendapat paket dari orang tak dikenal, isinya berupa pesan singkat tentang ancaman agar ia meninggalkan Joey. "Cuma surat sampah doang, santai, Trev. Ga berarti apa-apa kok ini." Ujar Trevin guna menenangkan dirinya sendiri.

Tadi malam, Trevin menghubungi Joey dan mengajaknya jalan-jalan entah ke mana, yang penting keluar aja intinya. Sekarang, Joey sudah duduk di kasur Trevin sambil menunggu Trevin selesai bersiap diri.

"Mau ke mana, Trev?" Tanya Joey sambil terus menontoni gerak gerik Trevin yang sedang bercermin.

"Terserah kamu aja, yang penting keluar deh. Aku penat banget."

Joey diam sejenak memikirkan harus ke mana mereka sekarang, "Ya udah, yuk nanti di mobil aja mikirinnya ya, sambil jalan." Ujar Joey final.

Di dalam mobil, tangan kiri Joey tidak lepas dari genggaman Trevin. Joey terus mengelus lembut punggung tangan Trevin agar pacarnya itu merasa nyaman. "Kenapa, hm?"

"Kenapa apanya?" Tanya Trevin. Berhubung lampu sedang merah, Joey menggeser tubuhnya agar bisa menghadap Trevin. "Clingy banget hari ini?"

"Kangen hehe." Jawab Trevin lucu. Joey langsung menarik Trevin ke dalam dekapannya dan menciumi puncak kepala si manis, Trevin.

Pelukan dilepas saat lampu sudah berganti hijau, dan lagi-lagi Trevin langsung mengambil alih tangan kiri Joey untuk digenggam. "Maaf ya aku kerja mulu. Aku lagi sibuk take over siaran lain di WaveRadio, sama Johnny juga."

Trevin menengok, "Ih gapapa, aku kan cuma bilang kangen. Bukan bilang kalo kamu harus selalu sama aku. Lagian itu kan kerjaan, untuk kamu nabung juga kan hasilnya. Gapapa, tekunin aja."

Joey langsung mencium punggung tangan Trevin dengan penuh sayang, "Thanks for understanding me, babe."

Akhirnya mereka memutuskan untuk berkeliling di Kota Tua memasuki museum demi museum, membeli kerak telur, hingga menyewa sepeda untuk dinaiki bersama.

Joey senang, Trevin bukan tipe orang yang harus menghabiskan waktu dengan sesuatu yang mewah dan justru malah menghabiskan uang. Trevin lebih suka kencan yang seperti ini, seru-seruan bareng di tempat liburan keluarga seperti ini.

"Trev, kan di sini katanya horror. Banyak yang sering liat tentara berdarah-darah." Ujar Joey menakut-nakuti.

"Biarin lah, aku ga takut. Lagian kan aku ga macem-macem."

"Ya udah kalo ga takut, yuk ke penjara bawah tanah."

"Ah gamau kalo itu."

"Tadi katanya ga takut."

"Bukannya aku takut, tapi penjara bawah tanah tuh engap tau!" Joey tertawa ngakak mendengar penuturan dari pacarnya itu.

"Iya iya ga takut. Mau ke Ancol ga abis ini? Cari makan di Ancol terus malemnya mantai." Tawar Joey sambil merangkul Trevin. Joey benar-benar selalu membawa Trevin berada di dekatnya, padahal mah Trevin ga akan ilang.

"AYO BANGET! Kita makan AW aja ya, aku pengen waffle nya deh kangen." Jawab Trevin girang dan langsung menarik Joey menuju parkiran mobil.

–tbc

The Shadow [jaeyong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang