Pesta sudah selesai beberapa jam lalu, Johnny dan Derryl sudah mabuk entah sejak jam berapa dan sekarang tergeletak di sofa ruang TV.
"Ni orang ya, dia yang punya acara, eh dia yang tumbang." Ujar Joey sambil menarik tangan Johnny untuk memindahkan tubuh besar itu ke dalam kamar, dibantu oleh Trevin.
Setelah memindahkan Johnny, sekarang Trevin menuntun Derryl ke kamar Johnny juga. Kali ini lebih mudah karena Derryl masih setengah sadar, hanya cara jalannya saja yang sedikit sempoyongan.
Biarkan saja lah sekali-sekali guru itu mabuk, biar dia merasakan sedikit kebebasan dan pelepasan penatnya selama ini.
"Johnny lagi ada masalah? Sampe mabok segitunya." Tanya Trevin kepada Joey, sambil keduanya tetap membersihkan ruangan itu.
"Iya, papanya nyuruh dia cabut ke Amerika, megang perusahaan yang ada di sana. Cuma udah clear kok kemaren, aku udah bantu ngomong ke papanya."
Trevin hanya menanggapi dengan gumaman kecil dan terus mengumpulkan gelas-gelas kotor dan botol minuman beralkohol yang berserakan di mana-mana. Joey juga melakukan hal yang sama.
Jam sudah menunjukkan pukul 2 dini hari dan pasangan baru itu sudah terduduk lelah di sofa TV, "Masuk kamar yuk, bersih-bersihnya lanjut besok pagi aja." Joey langsung berdiri dan mengulurkan tangannya untuk diraih oleh Trevin.
Joey langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur dan merentangkan tangannya, Trevin pun ikut merebahkan tubuh mungilnya di sebelah Joey dan dipeluk hangat oleh Joey.
"Trev.." Yang dipanggil mengangkat kepalanya dan menatap mata Joey, "Maaf ya."
Lantas Trevin mengerutkan dahinya bingung, "For what?"
"For being rude a few months ago, I'm sorry." Trevin memasang senyum tulusnya dan mengusap lembut pipi kekasihnya itu, "It's ok, Joey. Lagian sekarang kan kamu udah ada di samping aku, udah selalu ada untuk aku juga. Ga usah dipikirin lagi yang dulu-dulu."
"Tapi aku jahat banget dulu, buang bunga dari kamu bahkan di depan muka kamu. Belom lagi jutek-jutek aku tiap lagi ketemu kamu."
Mata Joey sudah melelehkan airnya dengan wajah mulai memerah, ia merasa sangat bersalah karena menurutnya, Trevin yang sangat baik dan tulus itu tidak pantas mendapatkan perilaku seperti yang pernah ia lakukan. Hati Trevin pasti hancur saat itu, ditambah dengan masalahnya dengan sang ayah yang tidak kunjung selesai.
Trevin dengan lembut menghapus air mata itu dan terus mengusap lembut pipi Joey, agar Joey merasa lebih nyaman.
"Hati aku sakit banget, Trev, pas tau masalah kamu seberat itu. Sejak hari itu aku selalu ngerasa bersalah sama diriku sendiri." Lanjut Joey dengan suara tertahan akibat menangis.
Mendengar itu, Trevin ikut merasakan kesedihan Joey tapi dia menahan air matanya agar Joey tidak semakin merasa bersalah. "Hey, udah ah jangan nangis lagi ya? Aku gapapa kok, sekarang juga aku bisa liat kok tulusnya kamu ke aku. Udah jangan ngerasa bersalah lagi ya–"
"–tidur yuk, besok kita masih harus bersih-bersih sama ngurusin dua orang mabok itu." Lanjut Trevin dan dibalas dengan anggukan tipis.
Joey langsung mengeratkan pelukannya pada Trevin dan mengelus lembut rambut Trevin sampai mereka berdua tertidur dengan napas teratur.
–tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
The Shadow [jaeyong]
Fanfiction[END] Seorang guru TK yang menjadi fans berat dari salah satu channel radio bernama WaveRadio, mendapatkan kesempatan untuk menelfon penyiarnya saat siaran favoritenya berlangsung. Sejak saat itu ia mulai menunjukkan rasa sukanya secara jelas kepada...