Derryl's POV
tw // mental & physical abuse
Aku tahu masalah yang sedang dihapai Trevin. Masalah yang sama sejak bertahun-tahun yang lalu. Seorang manusia yang bahkan aneh untuk dipanggil manusia, dengan sikapnya yang sangat arogan dan kasar.
Tuan Leo, ayah dari sahabatku. Seorang ayah yang selalu memberi siksaan kepada Trevin, mau itu fisik atau pun mental. Aku beneran tidak paham apa yang ada di pikirannya. Dengan santai memaki bahkan memukul anak kandungnya sendiri.
Pernah saat aku main di rumahnya sewaktu kuliah, tiba-tiba ayahnya masuk ke kamar Trevin dan mulutnya dengan enteng mencaci maki bahkan nyari memberi tamparan hanya karena Trevin lupa menutup tirai saat waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore.
Aku tahu, Trevin sudah sangat lelah dengan semuanya. Tetapi dia selalu memasang senyum di wajahnya saat bertemu dengan orang lain, bahkan di depan diriku yang notabennya adalah sahabat sejak lama sekali. Seperti sekarang, dia berlagak sok kuat di depan muridnya yang entah mengapa hadir di depannya sambil memeluknya.
"Masalah Trevin berat banget ya, Der?" Tanya Johnny. Iya, dia tiba-tiba datang ke sekolah ini. Katanya sih untuk menjemput kami berdua untuk nongkrong sebentar sebelum dia harus siaran malam nanti.
Bahkan aku kaget kalau hari ini adalah Jumat. Mengapa dari Jumat ke Jumat berasa sangat cepat?
"Dari jaman SMA, John. Sejak dia came out ke orangtuanya kalo dia gay."
"Uh it's too sensitive, I would not to ask you again. Sorry." Keren, menurutku Johnny keren. Tidak homophobic dan dapat berpikir terbuka tentang hal ini.
"It's ok, I'm glad lo ga sekepoan itu hahaha."
Saat kelas sudah selesai, kami langsung mengajak Trevin nongkrong untuk melupakan sejenak masalahnya. Untungnya Trevin menyetujui dan langsung menggandeng lengan kami berdua menuju parkiran.
"Jangan lama-lama ya, gue mau ke Wave Tower, mau kasih bunga ke Joey." Sambil menyunggingkan senyuman manisnya.
"YE LO LUPA INI YANG LO GANDENG PARTNER SIARAN COWO LO?" Aku hanya bisa terkekeh mendengar pertanyaan dua orang ini, mulai bersyukur Tuhan sudah menghadirkan Johnny di tengah-tengah kita, walaupun baru sebentar kita kenal.
"HAH? COWO? GUE? ANJIR DERRYL GUE DAPET RESTU DARI JOHNNY!" Tubuhku terhuyung saat Trevin dengan hebohnya langsung memelukku. Oke seperti yang tadi aku bilang, ini masih di parkiran menuju mobil. Untung sudah tidak ada orangtua murid di lingkungan sekolah.
Tadinya Johnny ingin kita makan di UNION, namun sepertinya ia ingin berusaha menyenangkan teman barunya ini. Tiba-tiba ia meminta Trevin untuk memilih resto apa yang diinginkan.
"Eh, John. Serius ga sih gue dapet restu dari lo?" Tanya Trevin lagi, setelah kita selesai memesan makanan.
Aku hanya bisa tertawa geli, melihat guru yang ada banget wibawanya saat di sekolah, namun saat sudah ngebucin langsung seperti ini.
"Jangan simpen semua masalah lo sendiri, cerita-cerita ke kita. Baru gue kasih lo restu, bahkan ntar gue bantuin." Ujar Johnny.
Gregetan sekali melihat Trevin hanya terdiam sembari sesekali meneguk minumannya, "Mungkin kita emang ga bisa selesaiin masalah lo, tapi dengan lo cerita tuh seengganya lo ga stress sendirian, Trev. Coba deh sekali-sekali, biar hati lo lebih lega." Ujarku.
"I'm okay, guys, chill."
"You're not okay, Trev. Your eyes cannot lie to us and we can see the scars on your lips." Jujur, sekarang Johnny terlihat sangat serius dan matanya tidak lepas pada Trevin.
"Tuan Leon yang paling terhormat itu?" Sindirku dan ternyata benar. Sudah kubilang, orang itu tidak pantas sebagai sosok ayah.
-tbc
boleh bantu comment atau vote yaa! hehe -agnes

KAMU SEDANG MEMBACA
The Shadow [jaeyong]
Fanfiction[END] Seorang guru TK yang menjadi fans berat dari salah satu channel radio bernama WaveRadio, mendapatkan kesempatan untuk menelfon penyiarnya saat siaran favoritenya berlangsung. Sejak saat itu ia mulai menunjukkan rasa sukanya secara jelas kepada...