Derryl's POV
Sejak hari itu, di mana kami pergi ke Aquarium Center atas ide Johnny, aku bisa melihat senyum tulus dari Trevin lagi. Sejak terakhir kali akhir tahun kemarin.
Sebenarnya aku tahu apa masalah yang ada di pundaknya, namun aku tidak pernah memaksa ia untuk bercerita. Ya setidaknya, kehadiran Joey dan Johnny perlahan mengubah Trevin menjadi lebih terbuka dan lebih mudah menyunggingkan senyum manisnya.
Sejak saat itu juga, kami berempat semakin sering bertemu untuk menghabiskan waktu bersama. Mulai dari berbagi cerita tentang hari-hari kami, atau untuk sekedar melempar canda dan tawa.
Akhir-akhir ini Joey sering menjemput Jesslyn, sembari mengantarkan Trevin pulang ke apartment juga. Lama-lama itu menjadi rutinitas untuk mereka.
Mereka terlalu bahagia dengan keadaan yang ada, sampai mereka tidak sadar ada sekelompok orang tua murid yang membicarakan mereka.
Jujur aku ingin sekali membicarakan ini pada Trevin, namun aku belum menemukan waktu yang tepat karena memang kami berdua sama-sama sibuk dengan laporan pembelajaran akhir tahun yang harus kami pertanggung jawabkan ke kepala sekolah beberapa hari lagi.
Takutnya jika aku membicarakan sekarang, fokus dia jadi terpecah atau hubungan dia dan Joey yang sebenarnya belum pacaran itu menjadi rusak. Omongan orangtua murid, terlebih ibu-ibunya kalau sudah bergosip sangat tajam bahasanya. Aku takut itu menjadi masalah baru untuknya.
"Der, ngelamun aja lo!" Kurang ajar memang Johnny, mengejutkan.
Iya, aku sekarang sedang bersama Johnny di cafe langganan kami untuk mengerjakan kerjaan kami masing-masing sambil mengobrol tipis dan menikmati secangkir kopi.
"There is something wrong?" Johnny ini jagonya membaca mimik wajah seseorang, jadi jangan coba-coba untuk membohonginya dengan berkata "gapapa".
"Yeah" jawabku singkat, sambil langsung berpura-pura fokus pada laptopku lagi.
Johnny melepaskan pandangannya pada layar laptop, "Then, tell me."
"Ga sekarang kayaknya, John. Some day I'll tell you about it." Jawabku final.
Aku bisa mendengar helaan napas dari Johnny di seberangku, "Oke gapapa, tapi inget ya, Der. Gue di sini itu siap banget dengerin cerita dari lo, Trevin, dan Joey."
Johnny selalu seperti ini, hatinya yang sangat baik untuk kita semua. Aku sempat curiga, masalah sebesar apa yang pernah ia hadapi sampai ia bisa sedewasa sekarang dan sekuat ini untuk menampung semua keluh kesah dari kita bertiga.
"John, makasih banget ya udah selalu ada untuk kita, udah selalu siap sedia pasang telinga dengerin keluh kesah gue, Trevin, dan Joey. Tapi, gue juga mau lo bisa cerita tiap lo punya masalah, jangan cuma jadi pendengar, John, gue tau lo juga butuh untuk didengar. Gue siap sedia juga kok dengerin keluh kesah lo, jangan dipendem sendiri ya kalo ada masalah?"
Aku bisa melihat perubahan wajah Johnny saat mendengar kalimatku barusan. Dengan itu aku bisa melihat juga bahwa selama ini dia juga menyimpan keluh kesahnya dan berusaha mengatasinya sendiri. Dia terlalu fokus dengan orang lain dan menjadikan dirinya sebagai tempat curhat, sampai dia lupa bahwa dirinya juga butuh seorang pendengar.
–tbc
![](https://img.wattpad.com/cover/290807432-288-k402772.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Shadow [jaeyong]
Fanfiction[END] Seorang guru TK yang menjadi fans berat dari salah satu channel radio bernama WaveRadio, mendapatkan kesempatan untuk menelfon penyiarnya saat siaran favoritenya berlangsung. Sejak saat itu ia mulai menunjukkan rasa sukanya secara jelas kepada...