Johnny's POV
Sekarang aku sudah kembali ke kamar apartmentku, tapi kata-kata yang diucapkan oleh Derryl masih terngiang di kepalaku.
"...jangan cuma jadi pendengar, John, gue tau lo juga butuh untuk didengar. Gue siap sedia juga kok dengerin keluh kesah lo, jangan dipendem sendiri ya kalo ada masalah?"
Wow, Derryl. Kata-kata itu benar-benar telak menekan hatiku. Untung aku masih bisa mengendalikan air mata untuk tidak melesak keluar di depan Derryl, yang kulihat sedang ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.
Oh iya kenalin, aku Johnny Sunny seorang anak tunggal dari keluarga yang kata orang kaya raya. Seorang anak yang dari dulu tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk memilih. Seorang anak yang tidak bisa mengekspresikan emosinya.
Dan aku, yang ternyata sudah rapuh ini bertemu dengan Derryl yang nyatanya paham kalau selama ini aku hanya berusaha untuk menjadi pendengar dan melupakan fakta bahwa aku tetap butuh untuk didengar.
Jujur saja aku menyimpan berbagai keluh kesahku sendiri karena aku berpikir, masalah mereka jauh lebih berat dariku sehingga mereka lebih pantas didengar daripada aku. Masalahku hanya sebatas adu argumen dengan papa saat aku ingin berkarir menjadi penyiar radio atau adu argumen dengan diriku sendiri yang sangat susah untuk mengutarakan apa yang aku rasakan di depan orang tuaku.
Hal itu sudah aku alami sejak kecil, bahkan saat SMA pun setiap malam aku meneteskan air mataku di dalam kamar karena aku tidak dapat berkuliah di jurusan yang aku minati, yaitu seni.
Tekanan dari orang tua dan diriku yang tidak bisa memberontak ini membuat aku terbiasa dengan hal-hal itu yang tanpa kusadari malah membuat diriku semakin tertekan setiap harinya.
Tapi begitu aku bertemu dengan Joey, Trevin, dan Derryl aku merasa bahwa aku harus menjadi penghibur untuk mereka. Aku tidak boleh menunjukkan bagaimana beratnya hidupku di bawah tekanan dan tuntutan orang tua.
Kata-kata penyemangat dan penenang yang sering aku tujukan untuk mereka sebenarnya adalah kata-kata yang selalu aku tujukan untuk diriku sendiri. Beberapa dari itu juga bisa keluar dari mulutku karena aku merasakan pahitnya tidak bisa menceritakan masalah berat ke orang lain. Makanya aku selalu bilang ke mereka untuk cerita apa yang sedang mereka rasakan kepadaku dan yang lainnya, karena aku tau itu sangat berat jika dipendam sendiri.
Sebenarnya harusnya aku tidak pantas mengatakan itu karena nyatanya, aku pun selalu memendam perasaan sesak ini sendirian. Tapi gapapa, seluruh pengalaman pahit yang aku alami sejak dulu setidaknya bisa membuatku lebih dewasa dan akhirnya bisa menjadi sandaran untuk sahabat-sahabatku ini.
–tbc
haii reader, how's your day? semoga kamu bisa melewati hari ini dengan baik ya
KAMU SEDANG MEMBACA
The Shadow [jaeyong]
Fiksi Penggemar[END] Seorang guru TK yang menjadi fans berat dari salah satu channel radio bernama WaveRadio, mendapatkan kesempatan untuk menelfon penyiarnya saat siaran favoritenya berlangsung. Sejak saat itu ia mulai menunjukkan rasa sukanya secara jelas kepada...