NEGARA || 46

12K 1.4K 128
                                    

Hai love-! Gimana kabar kalian? Semoga baik yah.

Sebelum kamu baca Negara part kali ini, ada yang mau aku sampein. Makasih, ya. Makasih sudah menjadi bagian dari perjalanan cerita Negara. Komentar-komentar kalian yang sungguh memotivasi aku untuk lanjutin cerita ini. Walau cerita Negara belum dikenal banyak orang, terima kasih kepada kalian yang sudah mau baca.

Jangan lupa selalu memberi vote dan komentar kalian yah. Karena, satu vote dan komen kalian itu berharga. Bantu aku buat kenalin cerita Negara agar dibaca banyak orang yuk! Karena, bakal ada hal yang gak kalian sangka dari cerita Negara nantinya.

Happy Reading love-!

Happy Reading love-!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari berganti malam. Cahaya matahari senja yang terang kini sudah tenggelam. Angin bertiup dengan suasana yang sangat sepi. Seluruh orang yang masih menunggu kabar tentang keadaan Negara di luar ruangan itu masih duduk dikursi sambil menanti dokter Rafdy keluar setelah melakukan tindakan pada Negara.

Tak lama, pintu ruangan itu terbuka. Seorang lelaki dengan jas putih khas dokter itu keluar dengan menghela nafas berat. Dengan cepat semuanya berdiri dan menghampiri Dokter Rafdy. Apalagi Sania, ia menatap nanar lelaki itu. "Dok, A-anak saya gimana, dok?" Tanya Sania menatap sang dokter penuh harap dengan air mata yang berhenti diujung kelopak matanya.

Dokter Rafdy masih diam. Ia melihat semua orang yang sedang menunggunya untuk mengunggapkan jawaban dengan tatapan penuh harap. Lelaki itu menarik nafasnya, merunduk lalu menghembuskan nafas berat. Sania menggenggam lengan lelaki itu dengan detak jantung yang berpacu cepat.

"Dok.. Negara gimana.."

Dokter Rafdy menaikkan tatapannya menatap Sania. Ia mengalihkan tatapannya pada yang lainnya. "Silahkan, ikut saya masuk dahulu." Ucapnya lalu masuk ke dalam ruangan itu di ikuti dengan Sania dan yang lainnya.

Raya terhenyak saat melihat tubuh Negara yang penuh dengan alat medis ntah apa itu yang tertempel pada tubuhnya dan alat bantu pernafasan. Tangan Raya bergetar, ia menggenggam pergelangan tangan Chita yang berada disampingnya membuat gadis itu menoleh menatap Raya yang melihat Negara di depan sana dengan mata berlinang air mata. Chita memejamkan matanya sejenak lalu mengenggam lengan Raya di sela-sela jarinya. 

"Ray.. Jangan nangis, ya? Nanti Negara ikutan sedih juga.." Chita tersenyum tipis pada Raya. Hati Chita mencelos terasa pecah berkeping-keping dengan kenyataan yang Raya terima saat ini. Ia bingung. Kecewa. Takut. Mengapa semua harus terjadi seperti ini? Mengapa hal yang ia inginkan malah berakhir seperti ini?

Apa menyatukan Raya dan Negara secara paksa seperti ini malah membawa luka dalam hidup keduanya?

Sania menatap Negara nanar langsung menjumpai sang anak dan memegang wajah Negara. Sebulir air matanya jatuh mengenai pipi Negara lalu ia mengusapnya.

Kila terdiam melihat sang kakak yang tertidur lelap dengan banyak alat medis seperti kabel pada tubuhnya. "Abang.. K-kenapa banyak banget alat ditubuh abang.." Kila berbisik dengan suara sangat kecil sambil menggoyangkan sedikit lengan cowok itu. Gadis kecil itu memiringkan kepalanya sedikit, mengapa sang kakak tidak membuka matanya?

RAYGARA (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang