Hai love! Gimana kabar kalian?
Masih setia nemenin Negara sampai tamat?
Mau ngomong apa ke Negara?
Ke Raya?
Happy Reading!
***
"Gue gak mau orang yang gue sayang tahu jika gue terluka parah. Akan terus ku pastikan jika dia tetap bahagia meski bukan gue penghiburnya saat itu."
-Negara-
Pagi ini, rasanya sangat pusing bagi Negara untuk bangun. Tubuhnya seakan lemas tak mampu berdiri ataupun duduk. Matanya terasa setiap kali ia mengedipkan mata. Nafasnya terasa berat membuat rasa nyeri dibagian kiri jantungnya.
"Shh.."
Negara melirih dengan mata yang terpejam membuat Sania terbangun dari tidurnya saat ia dan Kila tidur disofa kamar inap Negara. Sania mengusap matanya dan melihat Negara. Wanita itu berdiri dan menjumpai sang anak.
"Sayang, kamu kenapa?" Sania merapikan rambut Negara yang menutupi dahi dan matanya.
Detik kemudian Sania mengerutkan dahinya saat merasakan hangat di dahi Negara. Ia memegangi dahi Negara dan benar saja dahinya sangatlah panas. Wajah Negara juga terlihat memucat. Sania seketika panik. Ia memegangi wajah Negara di pipi kiri dan kanan merasakan panas. "Ya ampun, sayang! Badan kamu panas banget!"
Negara membuka matanya perlahan, dan mencekal lengan ibunya saat akan menekan tombol panggilan dokter di atas kasurnya. Negara menatap lemah sang ibu, "M-ma.. jangan bilangin Raya, k-kalo penyakit aku.. semakin parah.."
Hati Sania mencelos bagaikan dihancurkan berkeping-keping. Sesak rasanya mendengar ucapan Negara tadi. Air matanya tak mampu ia tampung. Sebulir air matanya jatuh dengan bibir bergetar menatap Negara yang menatapnya lemah.
Negara menarik nafasnya, "Aku gak mau Raya khawatir. Kasihan dia." Lanjut Negara.
Sania terisak. "Disaat seperti ini, kamu masih memikirkan orang lain, sayang." Batin Sania penuh luka.
Sania mengusap kepala Negara dan mengangguk paham. "Iya, sayang. Kamu harus sembuh dulu, ya?"
Negara mengangguk. "M-ma, b-bisa ambil handphone aku di nakas?"
Sania mengernyit tipis namun ia tetap mengambil ponsel Negara. "Buat apa, sayang? Kamu sebaiknya istirahat.. sebentar lagi dokter Rafdy akan datang ke sini."
"Tolong aku sebentar, ya, ma? Cari nomor Selatan dan hubungi dia." Pinta Negara.
****
Di sisi lain, Selatan terlihat sedang mengemas bajunya dan memasukkannya ke dalam koper berwarna putih di atas kasur miliknya. Selatan melihat baju-baju nya sambil melihat sekeliling kamarnya yang akan ia tinggalkan. Cowok itu menghela nafas lesu karena malam ini adalah jadwal keberangkatan keluarganya ke luar negri karena pekerjaan sang ayah yang dipindahkan ke sana. Sangat berat bagi Selatan meninggalkan semua yang sudah membuat kenagan di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAYGARA (SELESAI)
Fiksi RemajaJudul awal : NEGARA "kamu datang seperti hujan, deras dan dingin, lalu pergi tanpa kata seperti angin" Negara Ganandra Aldebra adalah seorang cowok dengan segudang tingkah absurd dan tawanya yang kadang mengundang kekesalan apalagi kepada guru BK. W...