"Kamu benci? Tapi takut kehilangannya? Itu artinya rasa cinta kamu sangat besar pada dirinya." —Negara.
-🌸-
Brummm!!
Motor besar Negara dan Raya berhenti bersamaan di parkiran apartemen. Raya membuka helm full face nya dan menghela nafas lega karena sudah bisa bernafas dengan nyaman. Cewek itu turun dari motornya dan mulai berjalan masuk ke dalam apartemen. Sekilas, Raya menoleh melihat Negara yang masih duduk diatas motor besarnya tampaknya sedang mengatur nafas. Raya sempat bingung sebentar namun ia memilih mengabaikan cowok itu saja dan melanjutkan jalannya. Bukan urusan Raya untuk ikut campur dengan hidup Negara.
Disisi lain, Negara yang masih duduk di atas motornya masih belum turun dari sana. Sejak pulang dari taman tadi, dadanya terasa sakit. Sangat sakit. Negara menutup matanya sejenak, cowok itu menggigit bibir bawahnya saat lagi-lagi terasa sesak. Rasanya seperti ada pisau yang menggores dadanya. Ini baru pertama kalinya Negara tidak bertemu dengan om Rafdy setiap dua minggu sekali. Tapi, apa seperti ini rasa sakitnya jika tidak menerima obat baru? Sungguh, rasanya Negara tidak tahan.
Drettt Drettt
Atensi Negara beralih saat ponselnya berbunyi tanda ada panggilan masuk. Negara mengambil ponselnya dari dalam saku celananya lalu melihat siapa yang menelfonnya. Ya, benar saja. Itu om Rafdy. Negara mengatur nafasnya sejenak mencoba untuk bisa bernafas normal kembali lalu mengangkat panggilan itu.
"Halo, om,"
'Negara, kamu kenapa gak temuin om pagi ini? Bukannya hari ini kamu libur sekolah?'
Negara jadi gugup. "M-maaf, om. Tadi pagi Negara ada urusan di sekolah makanya Negara gak ke sana." Alih Negara berbohong. Cowok itu mengulum bibirnya sebelum Om Rafdy berbicara.
'Ohh, Ya sudah. Tapi, hari ini jadwal kamu check up sama Om. Dan Om udah siapin obat baru untuk kamu. Kata kamu kemarin obatnya habis, kan? Om takutnya kamu kambuh..'
Negara tertegun mendengarnya. Yang Om Rafdy katakan itu memang benar. Baru sehari saja cowok itu tidak meminum obat, rasanya sangat sakit seperti ini. Namun, Negara tidak mau membuat Om Rafdy khawatir tentangnya. Jika ia pergi sekarang, pasti Sania akan khwatir karena anaknya pasti pulang terlambat dan mencari dirinya. Itu pasti sangat mengganggu.
Negara mendengkus, "Gak papa kok, Om. Insyaallah deh, besok Negara pergi ke sana. Sebelumnya maafin Negara, ya, Om?"
'Ya sudah gak papa. Tapi, kalo kamu merasa ada sakit, segera hubungi Om, ya? Om bakal selalu siaga untuk kamu di sini.'
Negara mengangguk. "Baik, Om. Makasih, ya, Om?"
'Iya, sama-sama.'
KAMU SEDANG MEMBACA
RAYGARA (SELESAI)
Ficção AdolescenteJudul awal : NEGARA "kamu datang seperti hujan, deras dan dingin, lalu pergi tanpa kata seperti angin" Negara Ganandra Aldebra adalah seorang cowok dengan segudang tingkah absurd dan tawanya yang kadang mengundang kekesalan apalagi kepada guru BK. W...