Assalamualaikum, selamat datang di kehaluanku yang ke dua ini. Semoga ada manfaat yang bisa kita petik dari kisah Adhisti dan Raka ini 🤗🤗🤗
❄️❄️❄️
❄️❄️❄️
"Tuhan ... aku ingin melakukan semua hal tanpa batasan, bisakah untuk kali ini berikan aku semangat baru?" gumam seorang gadis yang tengah menikmati embusan angin malam di bawah pohon tabebuya yang ada di belakang rumahnya. Berkali-kali angin menerpa rambut gadis itu sehingga ikut bergerak seolah sedang menari mengikuti irama angin yang berembus kencang, tetapi sang empunya enggan beranjak dari duduknya.Tisyabina Adhisti Rahandika, gadis bertubuh mungil dengan kulit seputih salju yang mulai menampakkan warna kekuningan itu hanya diam dengan pikirannya yang tengah berandai-andai entah kemana. Adhisti menengadahkan wajah, mata yang di hiasi bulu mata lentik itu terpejam seakan sangat menikmati suasana malam ini. Gadis cantik itu berharap rasa lelah yang bertumpuk di tubuhnya bisa lenyap terbang terbawa angin, Adhisti merasa bahwa rasa lelah ini setiap hari semakin menggerogoti semangatnya sedikit demi sedikit.
Menjadi putri tunggal keluarga Rahandika membuat Adhisti tak bisa bebas melakukan semua keinginannya. Pandu Rahandika, Ayah Adhisti selalu membatasi kegiatannya. Hal ini dilakukan karena sang ayah tak ingin anak semata wayangnya merasa kelelahan.
"Sayang, masuk, yuk! Kamu sudah terlalu lama di luar. Nanti masuk angin, apalagi anginnya agak kencang gini." Suara Maya Pramudhita sang ibunda memecahkan angan Adhisti.
Gadis itu membuka matanya dan menoleh ke sumber suara, nampak sang ibu tengah bersandar di kusen pintu belakang dengan senyum manis di wajah yang sudah nampak tak muda lagi. Namun, tak menghilangkan kecantikannya. Tanpa menolak, Adhisti berjalan menghampiri sang bunda yang mengajaknya masuk ke rumah.
Sesampainya di dalam sang ayah tengah menonton acara tv di ruang Keluarga langsung menoleh dan menatapnya, menepuk sofa di sampingnya memberi kode untuk Adhisti duduk di sana. Adhisti menurut, ia langsung duduk di samping sang ayah.
"Hobby banget kamu ngadem di bawah pohon itu, bahkan sampe lupa waktu. Apa gak dingin, Sayang?" tanya Pandu pada anaknya sambil mengelus bahu sang putri yang terasa dingin.
"Mas, sudahlah, biarkan anakmu istirahat ini sudah malam." Maya berbicara sebelum anaknya membuka mulut.
"Kamu pasti capek kan, lebih baik kamu istirahat saja ya, Sayang. Jangan dengarin ucapan ayahmu." Adhisti langsung beranjak dari duduknya menuruti ucapan sang ibu, ia mencium pipi ayah dan ibunya dan berlalu pergi ke kamarnya.
Saat di kamar hanya hening yang Adhisti rasakan, ia buka lemari pakaiannya dan mengambil sepasang piyama tidur berbentuk kartun kesukaannya dan memakainya di kamar mandi. Adhisti mulai merebahkan tubuhnya di atas ranjang, ia mencoba memejamkan matanya. Tak butuh waktu lama ia sudah masuk ke alam mimpi, karena hanya di dalam mimpi ia bisa memiliki kehidupan yang ia inginkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tisyabina Adhisti || Kim Jisoo - Kim Mingyu || TERBIT
Romance"Apa aku bisa menjadi seperti Sayyidah Fatimah untuk seseorang?" "Kamu tidak perlu menjadi Sayyidah Fatimah hanya untuk mendapatkan seseorang, karena di jaman sekarang tidak ada orang yang seperti Sayidina Ali bin Abi Thalib. Cukup menjadi dirimu se...