Luka di pergelangan tangan alvin sudah di balut perban tebal, di punggung tangannya juga tertancap jarum infus. Kondisi alvin lemah, jadi dokter memutuskan memberikan cairan infus.
Bella tengah duduk di ranjang, samping alvin yang sedang terlelap akibat obat yang dia dapatkan.
Beberapa jam kemudian, alvin membuka matanya dan melihat bella yang berada di sampingnya tengah fokus dengan dokumen yang dia tau itu dokumen pekerjaan.
"Bell." panggil alvin pelan dan serak.
"Mas sudah bangun?" bella menutup dokumen tersebut dan menaruh di atas meja kecil samping tempat tidur. "Mau minum mas?"
"Iya."
Bella turun dari tempat tidur dan mengambil air mineral dan membantu alvin minum.
"Kenapa masih di sini bell?" tanya alvin tiba-tiba.
"Emang harus dimana mas? Suami bella sakit, bukankah sewajarnya bella disini menemani dia?"
"Maafin aku bell, gara-gara perjodohan ini, gara-gara kaki ku yang lumpuh. Kamu harus menyerah bersama dengan regan. Aku tidak pernah tau kalo aku pihak ketiga dalam kisah ini."
"Gak ada pihak ketiga mas. Kamu dan regan di cerita yang berbeda. Regan teman ku dulu waktu kecil, sekedar cinta monyet yang kandas begitu saja. Kamu seseorang yang hadir di waktu dia sudah pergi, tiba-tiba hadir sebab perjodohan itu, aku tidak menyesali perjodohan ini. Di samping mu, bukan bentuk iba ku karena kondisi kaki mu. Tapi karena aku berdamai dengan perjodohan ini juga sebab hati ku yang mulai tak biasa tanpa dirimu. Aku juga tak menyangka jika dia sahabat mu."
"Lalu, kenapa kamu tak pernah berkata padaku tentang semua? Jika tidak masa lalu, bagaimana dengan pertemuan mu beberapa waktu lalu? Bahkan jika bukan karena semua foto itu, mungkin sampai nanti mati ku, aku tidak tau semua ini kan bell?"
"Gak sengaja mas, aku kan kemarin pernah bilang mau hadir di pesta teman ku di club kan? Aku ketemu disana. Bukankah aku sudah menawarimu untuk ikut?"
"Club? Dengan kaki seperti ini, kemana aku bisa pergi bell? Bahkan, sekedar berpindah tempat saja, aku perlu kamu atau orang lain untuk menggendong ku. Lalu? Darimana aku begitu percaya diri untuk menjamahkan tubuh cacat ku tempat seperti club?"
"Maafkan aku mas."
"Bell, aku gak pernah ngelarang kamu ke pesta mana pun di tempat apapun, club maupun tempat layak lainnya untuk sebuah pesta. Tapi, aku gak nyangka kamu bisa menutupi semua antara kamu dan regan begitu hebatnya. Aku memang menyedihkan seperti itu kan bell? Duduk di kursi roda dengan tubuh gak berasa. Jangankan kamu, aku sendiri pun malu jika harus pergi ke tempat ramai. Maafan aku yang gagal membuat mu bahagia bell. Sungguh, aku juga tidak berdaya dengan kondisi ini."
"Mas, aku mencintai mu, sungguh, bahkan tubuh mati rasa mu pun aku sangat mencintainya juga. Jangan bicara begitu, aku gak malu dan semua omongan itu, hanya analisa mereka saja. Selama kamu mau, pergi kemana pun bersama kamu, aku pasti setuju. Mendorong kursi roda atau menggendong mu, aku takkan pernah keberatan."
"Sungguh kamu sudah mencintai ku? Bukan iba? Bukan karena rasa tanggung jawab karena kaki ini bell?"
"Sungguh, aku sungguh mencintai mu. Aku sudah jatuh cinta ke kamu tanpa ku sadari. Aku sudah tak lagi terbiasa tanpa kamu di hidup ku."
"Bella, aku sangat mencintai mu. Sungguh. Terima kasih sudah menyisakan ruang di hati mu untuk ku miliki."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lie On Love
Humorkehaluan semata.. sekedar hiburan pribadi.. di luar nalar logika..