Setelah beberapa jam bella menunggu di depan ruang operasi, pintu ruangan pun di buka oleh seorang perawat dan kemudian brangkar alvin di dorong keluar menuju icu.
"Bell keruangan ku yuk." ajak dimas pada bella.
Bella pun mengikuti dimas menuju ruang kerja dimas.
"Duduk bell." ucap dimas dengan wajah lelah.
"Gimana keadaan alvin?" tanya bella to the point.
"Lumpuh."
"Aku serius." ucap bella geram.
"Gue juga serius bell. Gue sahabat alvin kalo lo lupa. Gue juga dokternya alvin. Lo tau kan alvin itu lumpuh, dia juga punya penyakit jantung. Tapi lo biarin dia pergi malem-malem sendirian tanpa sopir."
"Gue gak tau di pergi. Gue lagi di ruang kerja. Dia gak pamit."
"Lo harusnya tau kan selemah apa fisik dan psikis alvin itu. Menurut analisa gue, dia gak bakalan pergi malem-malem jika gak ada hal penting."
"Asistennya bilang alvin minta dia ke perusahaan buat bicarain sesuatu."
"Lo yakin cuma tentang perusahaan? Gak biasanya alvin rela ngurus kerjaan malem gitu daripada berduan sama lo."
"Gue gak tau. Lo bilang deh, gimana keadaan suami gue."
"Ck, lumpuh. Gak cuma kakinya sih, tapi juga kemungkinan besar seluruh tubuhnya dari leher ke bawah. Oh, nanti jika bangun dia mungkin buta. Meski belum di pastiin, menurut hasil pemeriksaan syaraf matanya juga kena sih. Kita lihat pas dia bangun."
"Separah itu?"
"Lo gatau sih separah apa dia tadi di bawa kesini."
"Jadi tubuhnya lumpuh? Dia buta?"
"Untuk kelumpuhan sih udah pasti ya. Tapi tingkat keparahannya gue gak yakin seberapa persen harapan sembuhnya. Sembuh pun gak ada harapan dia bisa jalan sih. Bisa gerakin jari tangannya aja udah okelah, tapi untuk sekarang pasti dia lumpuh total saat bangun."
"Untuk kebutaannya?"
"Gue gak yakin seratus persen keduanya buta, mungkin cuma salah salah satunya, tapi meski buta cuma sementara kok. Peluang sembuh seperti semula sangat besar untuk matanya."
"Selain itu apalagi?"
"Gak ada sih, tapi pasti ada komplikasi menyertainya yaa. Dia bangun pun, lo harus siap mental deh. Dia bakal persis bayi yang gak berdaya. Analisa gue juga dia bakal depresi dengan keadaannya. Pinter-pinter lo bahagiaan dia deh, buat dia jadi prioritas biar dia ngerasa kalo dia masih berharga. Dia bisa jadi bakal lebih sering drop. Lo jangan gampang emosi kalo dia udah sedih, merengek atupun nangis. Dengan kasus seperti dia sih, tubuhnya bakal ngerasain sakit terus menerus. Dia mungkin bakal sering mengeluh kesakitan."
"Dia bisa bicara kan?"
"Bisa, bicara sama pendengarannya normal kok. Sekali lagi dia gini mungkin dia bakal jadi mayat hidup deh."
"Lo nyumpahin suami gue?"
"Bukan, cuma memberi gambaran jika keadaan gini kembali lagi."
"Oke, thanks penjelasannya."
"Ya. Gue saranin sih ya, lo fokus ngerawat dia beberapa bulan ini, ajak jalan atau liburan setelah dia membaik."
"Emang boleh?"
"Boleh, selama lo mau gak malu ngajak dia. Dia itu lumpuh dan buta sementara gak sekarat. Selama keadaan dan situasi lingkungan memungkinkan, ya boleh-boleh aja bepergian."
"Oke, gue paham. Gue pamit dulu deh."
"Ya."
Bella pun keluar ruangan dimas, sedangkan dimas bergegas istirahat. Bohong pun butuh banyak tenaga. Apalagi si alvin totalitas banget, dia sengaja melakukan bedah biar dapat jahitan yang sebenarnya. Gila kan? Tubuh gak papa malah di tato bekas jahitan operasi. Ck, cinta memang bikin orang gak lagi punya kewarasan. Dimas gak bisa bayangin gimana gilanya alvin jika bella beneran ninggalin dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lie On Love
Humorkehaluan semata.. sekedar hiburan pribadi.. di luar nalar logika..