Bella tengah serius membaca wattpad di handphone nya. Akhir-akhir ini, bella memang berada pada fase kecanduan dengan aplikasi novel online itu. Menurut bella, kehaluan jiwa mudanya mulai meronta kembali, di bumbui imajinasi baru tentang pandangan suami idaman tahap kedua, tentu saja harus berbeda dari alvin sang suami pertama dong. Bella suka sekali membaca tentang betapa gagah, keren dan berwibawanya seorang angkatan bersenjata ataupun mempesonanya seorang mafia bahkan sekedar kebucinan mahasiswi pada dosen killer yang selama ini tak pernah ada di bayangan bella. Huh, bella kan jadi pengen punya yang setipe mereka setelah punya yang tipe manja mengemaskan di kursi roda.
"Serius banget sih istri ku." sindir alvin yang baru datang.
"Lagi halu, di larang ganggu." jawab bella dengan sewot tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponsel.
"Sekarang pengen yang gimana?" tanya alvin dengan tak ikhlas.
"Dosen bucin boleh, pesona mafia iyain, yang punya seragam angkatan hayuklah."
"Emang ceritanya cuma gituan aja hem?"
"Banyaklah. Emang mau cari yang gimana?"
"Yang lelakinya cacat ada nggak?"
"Ada."
"Dipoliandri nggak?"
"Nggak. Tapi di siksa." jawab bella yang masih sibuk membaca.
"Di siksa gimana?"
"Cacatnya gimana dulu lah."
"Yang cacat kayak aku lah." jawab alvin dengan enteng.
Mendengar jawaban alvin, bella pun berhenti membaca. "Seperti kamu?" tanya bella memastikan. "Tapi aku gak pernah nyiksa kamu. Kamu kan selalu aku sayang-sayang."
"Dulu, sekarang kan jarang." ucap alvin dengan sendu. "Mungkin kamu udah bosan punya suami cuma nyusahin gini."
Bella menghela nafas, meletakkan ponselnya dan menghampiri alvin. "Kenapa? Karena kaki kecil ini, kamu jadi tidak percaya diri?" bella menatap alvin, bertanya dengan serius.
"Apa kamu menyesali menikah dengan ku yang seumur hidup terikat di kursi ini?" alvin balik bertanya tanpa menjawab pertanyaan bella.
"Bodoh. Bahkan di kondisi terburuk mu selama ini, aku masih sangat mencintai mu, bagaimana mungkin aku meninggalkan mu hanya karena kaki kecil yang bergantung dengan sebuah kursi?"
"Bell.." suara alvin bergetar mendengar perkataan bella.
"Aku mencintai kamu, kaki kecil mu terlebih seluruh tubuh mu. Sungguh, semua hanya karena itu kamu, yang ku cintai kamu dan segala tentang mu. Oke?"
Alvin pun memeluk bella dengan erat. "Kaki kecil mu, aku sangat menyukainya. Kamu sangat indah dengan sepasang kaki kecil itu, sungguh." ucap bella menenangkan alvin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lie On Love
Humorkehaluan semata.. sekedar hiburan pribadi.. di luar nalar logika..