"Jangan pergi." suara mekanik mirip robot terdengar dari alat bantu bicara yang di pasang di alvin beberapa waktu lalu. Meski nada yang keluar dari suara itu datar, bella bisa membayangkan ekspresi apa yang seharusnya di keluarkan alvin dengan kata itu.
"Sebentar, mau lihat dokumen di ruang kerja." jawab bella pada alvin.
"Jangan video call sama dia."
"Heh, dia itu rekan kerja ku. Ini mau bahas beberapa hal tentang proyek."
"Bohong."
"Udah ah, kamu di sini dulu. Lihat pemandangan dari balkon." bujuk bella sebelum meninggalkan alvin sendirian di balkon kamar.
Huh, bodo amat lah tuh suami ngumpatin di hati, toh ini emang proyek penting kok. Dia aja yang cemburuan. Orang rekannya itu baik banget, gak ada tuh pembahasan aneh-aneh.
Bella mengurung diri di ruang kerja dengan tumpukan dokumen, tak lupa juga video call dengan lelaki yang jadi bahan cemburunya sang suami. Meraka perlu membahas proyek secara perlahan. Bella baru keluar saat hampir tengah malam. Oh maafkan, bahkan bella belum sadar jika alvin dari tadi di balkon, kan bella gak kasih tau asisten buat pindahin alvin ke dalam, mana mungkin para asisten berani lancang masuk kamar mereka.
Setelah memasuki kamar, bella yang tak melihat alvin di tempat tidur pun baru menyadari jika alvin dari tadi berada di balkon padahal sekarang telah malam dan lumayan dingin. Melihat alvin yang telah tertidur di kursi roda, bella pun memindahkan alvin ke tempat tidur. Tak lupa setelahnya dia mengganti pakaian juga pampers alvin. Selesai mendandani alvin, bella pun mandi dan berganti piama sebelum ikut tidur di sampingnya.
Pagi hari, sebelum alvin bangun, bella telah pergi. Bella meminta si asisten untuk merawat alvin karena bella mau keluar bertemu dengan si rekan kerja untuk meninjau jalannya proyek secara langsung. Bella sengaja berangkat lebih pagi, karena sedang malas jika harus meladeni dramanya alvin terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lie On Love
Humorkehaluan semata.. sekedar hiburan pribadi.. di luar nalar logika..