Peringatan : jangan baca saat makan atau pun bisa skip aja, bab ini sangat jorok..
***
Alvin telah dipindah ke ruang inap vvip, bella masih dengan setia menemani dan merawatnya. Lupakan saja kesibukannya sebagai pengusaha, bahkan bella tak yang sudah lama absen bekerja sebagai dosen tak lagi berniat menekuni bidang itu, padahal itukan profesi yang dia tekuni sepenuh hati sekaligus sebagai tameng dari identitas aslinya dari dunia luar. Bella begitu semangat merawat alvin di rumah sakit. Ayolah, jangan lupa, penyebab sang suami suka banget jadi orang penyakitan juga dirinya kan? Terima ajalah apa adanya, gak boleh ngeluh. Setidaknya dia juga gak perlu capek buat alvin bergantung padanya kan? Hahaha bahkan jika alvin tak berniat membuat tubuhnya cacat pun suatu waktu bella sendiri yang bakal turun tangan membuat alvin cacat agar bergantung padanya, sayangnya rencana bella belum di sampai jalankan, alvin sudah membuat rencana sendiri. Jangan lupa bella juga orang dengan penyakit mental, yang dia cintai harus menjadi miliknya sepenuhnya, mengurungnya, merawatnya dan buat dia bergantung sepenuhnya tanpa bisa melepaskan diri dari seorang bella. Dan alvin adalah pelaku pembuat penyakit mental bella itu, sebenarnya sebegitu obsesinya bella memiliki alvin. Karena alvin mau cacat, ya udah biarin aja dia cacat begitu, bella dengan senang hati merawatnya. Laboratoriumnya sendiri, biar saja membuat beberapa obat yang bisa membuat keadaan sang suami sesuai imajinasinya. Bella suka jika melihat alvin menangis meminta perhatian saat dia merasa kesakitan, bella yakin laboratoriun miliknya bisa melakukan hal yang membuatnya bahagia itu. Untuk laboratorium alvin, pura-pura aja bella gak tau. Fix, rencana yang sempurna. Bella tuh lebih suka alvin yang sekarang, tubuhnya lunglai di kursi roda, pake pampers ngotorin semua, kapan dan dimana aja daripada dulu saat dia masih bisa berjalan. Meski kata orang, alvin sekarang itu jelek dan menjijikkan tapi menurut bella, alvin tuh makin menggoda. Karena bella sudah tau rahasia alvin, bella pun memilih lebih banyak waktu bareng alvin dong. Kesempatan banget loh ini.
"Sayang, aku seneng banget kamu membaik." ucap bella pada alvin, padahal di hati bella mah, dia berharap alvin semakin cepat melakukan rencananya. Semakin alvin tak berdaya, hasrat bella pada tubuh alvin tuh makin berkobar-kobar.
"Maaf, aku udah ngerepotin kamu." ucap alvin.
"Gapapa, aku seneng kok ngerawat kamu. Sehat sehat ya sayang." bella mencium bibir kering alvin.
"Aku mau pulang. Bosen di rumah sakit." rengek alvin.
"Nanti aku tanya dokter."
"Pulang aja ih, di rumah juga kita punya peralatan ini semua kan?"
"Oke, kita nanti pulang. Tapi nanti kalo perlu apapun panggil aku, jangan berusaha sendiri."
"Oke."
Mendengar jawab alvin, bella pun tak bicara lagi, bella langsung membuka selimut alvin, terpampanlah tubuh bugil alvin tanpa apapun bahkan alvin tak menggunakan pampers.
"Kok aku telanjang?" tanya alvin.
"Ruangannya udah aku kunci. Sengaja ku buka semua, awalnya cuma bagian atas karena masih ada kabel-kabel, tapi bawah juga barusan aku buka buar gak lembab. Toh, kita cuma berdua, biar pantat mu gak terluka karena sering pake pampers." ucap bella beralibi.
"Tapi, kalo aku pup sama ngompol gimana? Jijiklah." ucap alvin.
"Gapapa, yang bersihin juga kan aku, kok malah yang jijik kamu, itu juga kotoran mu sendiri kok."
Belum sempat alvin protes, alvin pun beneran kencing dan pup, semua itu terpampang jelas prosesnya karena tak ada selimut yang menutupi. Bahkan pup alvin yang lembek dan sedikit cair itu pun keluar begitu banyaknya. Bisa terbayangkan betapa menjijikannya keadaan alvin, tapi seribu sayang, bella merasa alvin semakin menggoda dengan keadaan seperti itu. Alvin yang melihat apa yang terjadi pun sudah menangis.
"Selimut bell, mana selimutnya." ucap alvin sambil tangan kirinya melambai-lambai menginginkan selimut untuk menutupi kotoran itu.
"Udah gapapa, gak usah di selimuti, itu kencingnya yang bercampur feses juga udah ngotori sampai tungkai kamu loh gak cuma daerah pantat mu aja. Selesaikan dulu, nanti aku bersihkan." ucap bella tak merasa jijik maupun keberatan dengan apa yang terjadi.
Setelah beberapa saat, saat bella merasa cukup puas melihat keadaan tubuh alvin yang kotor dan menangis begitu menggoda, bella pun membantu alvin berbersih diri juga membersihkan tempat tidur alvin yang begitu kotor itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lie On Love
Humorkehaluan semata.. sekedar hiburan pribadi.. di luar nalar logika..