Viona Narendra, gadis berumur 21 tahun itu kini tengah berkutat dengan novel bersampul biru di taman kampusnya. Matanya tak lepas dari setiap kalimat yang tertulis dalam novel tersebut. Ekspresi wajahnya juga mengikuti setiap alur yang tertulis dalam novel.
"YAYY! AKHIRNYA HAPPY ENDING!" Teriak Vio sambil berdiri karena telah menyelesaikan novel 'Samudra Rindu' dan kebetulan, novel tersebut memiliki happy ending bagi para protagonis kesukaan Vio.
"Pi, gila lo?" Vio tersentak kaget dan langsung duduk kembali, gadis itu memasang wajah polosnya sembari tersenyum lebar. Saking seriusnya, Vio lupa jika sedang berada di area kampus bersama sahabatnya, Nara.
"Ini Nar, novelnya keren gila! Happy ending dong." Jawab Vio dengan senyum lebarnya, namun detik selanjutnya senyum itu luntur saat mengingat kelakuan tokoh antagonis. "Tapi gue benci si antagonis, jahat banget. Keknya sakit jiwa tuh orang." Maki Vio kesal.
"Udahlah, namanya juga novel pasti ada antagonisnya. Kalau mau yang nggak ada antagonisnya, baca tuh buku biografi."
"Ye, itu mah maunya lo!" Nara tersenyum lebar lalu meraih buku dan memukulkan pada lengan Vio pelan.
"Tahu aja Lo markonah."
"Dahlah, kuy pulang! Udah dicariin mama gue nih." Ajak Nara sembari merapikan bukunya. Vio ikut merapikan bukunya lalu berdiri, ikut berjalan di samping Nara.
"Nar, kalo gue jadi pemeran protagonis di novel ini. Gue udah jadiin sate tuh antagonis satu, biar kapal gue berlayar dengan selamat." Ucap Vio sembari menunjuk-nunjuk novel bersampul biru di tangannya.
"Terserah lo Pi, yang penting Lo merdeka." Sahut Nara lelah, menghadapi celotehan tak berfaedah Vio. "Pio, gue udah dijemput Abang. Lo ditinggal nggak apa-apa?" Tanya Nara ragu, Vio tersenyum dan menepuk puncak kepala Nara lembut.
"Nggak apa-apa, Lo duluan aja. Kasihan tuh Abang ganteng gue nungguin." Balas Vio.
"Tapi- perasaan gue nggak enak. Lo bareng gue aja ya!" Vio menggeleng, menolak ajakan Nara.
"Udah nggak usah khawatir, gue udah gede ya. Sono lo, kasihan nanti pasokan cogan berkurang gara-gara Abang lo jamuran di sana!" Vio mendorong Nara agar segera menyusul ke tempat kakaknya berada, dengan anggukan Vio. Akhirnya Nara meninggalkan Vio sendiri. Setelah Nara pulang, tersisa Vio sendiri di halte dekat kampusnya.
Sebenarnya, gadis itu juga bingung pulang dengan apa. Karna HP-nya kehabisan daya dan ia lupa mencharger-nya. Dan sangat disayangkan juga, jarang ada angkot atau ojek di jam-jam seperti ini.
"Jalan kaki aja dah, lumayan bakar lemak di perut." Ucap Vio sembari mengusap perutnya pelan.
Saat hendak beranjak, dari arah berlawanan sebuah mobil putih menuju ke arah Vio dengan kecepatan tinggi. Dan tanpa bisa menghindar, tubuh Vio tertabrak dan terpental sejauh lima meter dengan darah dimana-mana.
"Ya Tuhan, jika kau masih berbaik hati padaku untuk mengurangi dosaku. Tolong aku, selamatkan aku." Batin Vio, lalu kegelapan menghampiri dan merenggut kesadarannya.
🍃
Mata dengan bulu mata lentik itu bergerak pelan, dengan perlahan kedua matanya terbuka. Menampilkan netra biru tua yang sangat indah, bibir merah muda alami yang kini terlihat pucat bergerak pelan.
"Apa aku selamat?" Gumamnya pelan.
Gadis itu Vio, gadis yang tertabrak mobil putih dengan darah dimana-mana. Vio menatap langit-langit kamar inapnya, heran dengan kamar inapnya yang terlihat mewah.
"Apa yang menabrakku seorang juragan ikan lele?"
Suara pintu terbuka, mengambil atensi Vio. Terlihat pria dengan stelan jas abu-abu masuk, menghampirinya.
"Nyonya Violet susah sadar? Saya akan panggilkan dokter."
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Sang Antagonis
FantasyViona tidak tahu harus mengatakan apa setelah membaca novel 'Samudra Rindu', novel yang menceritakan tentang perjuangan cinta sepasang kekasih yang harus melewati banyak rintangan dalam perjalanannya. Apalagi dengan konflik sang antagonis, yang men...