40. Jevan

37K 3.9K 47
                                    

Shaka memperhatikan dua perempuan yang ada di hadapannya dengan lelah. Ia sudah berusaha meminta waktu berdua bersama Vio, tapi Vio selalu menolak. Dan jangan lupakan Nara yang selalu menuruti keinginan Vio.

"Lalu sekarang untuk apa Vio tinggal di sini jika aku tidak bisa berdua dengannya?" Tanya Shaka kesal.

Nara melirik Shaka sinis, merasa terganggu acara menontonnya bersama Vio.
"Ya Lo ngapain kek, ambilin camilan sana!" Perintah Vio, Nara terkikik kecil mendengarnya.

"Apa? Violet aku ini su-

"Iya mas suami, udah tahu. Sekarang dedek bayinya pingin makan diambilin abahnya!" Ujar Vio dengan senyum tanpa dosanya.

Shaka menggeram marah, tapi tidak bisa mengeluarkan semua amarahnya karena akan mengancam usahanya. Pria itu bangkit dari duduknya menuju dapur untuk mengambil makanan untuk sang istri.

Nara mengacungkan dua jempolnya pada Vio. "Hebat Lo Pi, Shaka sekarang tunduk banget sama Lo."

Vio mengibaskan rambutnya. "Gue gitu loh, tapi sayang masih ngeselin."

"Eh Pi, sebenarnya ada rahasia yang belum gue bilang ke Lo."

Vio memusatkan perhatiannya pada Nara. "Apa?"

"Sebenarnya, gue salah satu korban dari orang tua Amelia." Vio mengerjapkan matanya.

"Maksudnya?"

"Gue salah satu korban penculikan mereka dulu buat kerja di sana."

Vio melotot mendengar penjelasan Nara, tangan kanannya sampai menutup mulut yang terbuka akibat terkejut.
"Jadi, Lo udah nggak segel dong?" Ceplos Vio, Nara menatap kesal sahabatnya dan mendorong dahi Vio pelan.

"Masihlah, ngaco! Orang gue diculik baru sehari, belum mulai kerja."

"Terus, kok Lo bisa selamat?" Tanya Vio penasaran.

"Jadi, dulu ada kejadian apa gue nggak tahu. Intinya itu, ada keributan dan rumah yang buat nyekap banyak perempuan itu kebakar. Gue memanfaatkan waktu itu buat kabur, dengan numpang mobil orang. Eh, ternyata gue salah numpang orang. Bukannya di bantuin lebih lanjut, malah gue di marahin."

Vio tertawa keras. "Emang Lo numpang siapa?"

"Nggak tahu, pokoknya orangnya ganteng."

"Anjir, masih aja mikirin orang ganteng di situasi genting!" Cibir Vio, Nara mencubit hidung Vio.

"Lagi bunting tapi omongan Lo nggak layak buat orang hamil Pi."

"Ya lagian, gue kadang lupa kalo lagi hamil. Soalnya bukan gue yang buatkan?"

Nara mengangguk. "Bener juga."

"Nar, tapi kayaknya rahasia gue bentar lagi kebongkar."

"Kenapa?"

"Devan udah curiga."












"Jevan, akhirnya kamu sampai juga di Indonesia." Sapa Devan hangat pada temannya, sekaligus mantan kekasih Violet.

"Ya, akhirnya aku bisa berkunjung kemari lagi. Sudah lama aku tinggal di Jerman ternyata." Ujarnya sembari terkekeh.

"Tapi kamu nggak sampai lupa sama rumah, nggak kaya orang itu!" Devan menusuk pipi dalamnya menggunakan lidah menunjukkan ke arah kanan. Jevan kembali tertawa melihat ekspresi tidak enak pada temannya.

"Devan!" Devan tertawa keras menjahili kakaknya.

Pagi ini, kediaman Requila kedatangan putra pertama mereka. Zevan Requila, beserta sahabatnya Jevan.

Istri Sang Antagonis  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang