Usia kehamilan Vio sudah memasuki delapan bulan, tapi tidak ada raut kebahagiaan di wajah Vio. Keluarga mengira kesedihan Vio dikarenakan Jevan yang menolak anaknya. Tapi bukan itu masalahnya, Vio sedih karena tidak dapat bertemu ataupun berbicara pada Shaka.
Beberapa kali Vio mendatangi rumah ataupun kantor Shaka, namun pria itu selalu saja menghindar darinya.
"Sayang, ayo ke luar!" Gea membuka pintu kamar Vio dan mendapati anaknya yang tengah terduduk di sofa sambil melamun. "Violet!"
Vio menoleh sebentar, lalu kembali melamun. Gea menghela nafasnya pasrah, kondisi Vio semakin memburuk akhir-akhir ini.
"Violet, ayo keluar! Papa sedang membuat kamar untuk bayimu."
Vio menurut, mengikuti langkah Gea yang membawanya ke sebuah ruangan yang sudah di sulap menjadi kamar berwarna biru muda.
Ranjang bayi, mainan serta beberapa pernak-pernik bayi sudah tertata rapih di sana. Vio mendekat ke ranjang bayi berada, menyentuhnya lembut.
Bibirnya bergetar, ia pernah membayangkan untuk mendekorasi kamar bayi bersama suaminya. Namun, saat ini ia tidak memiliki suami di sampingnya.
"Ma, pa, Zev. Bisa keluar? Devan mau bicara sama Violet."
Mereka bertiga mengerti, di antara mereka berempat. Devan lah yang paling dekat dengan Vio, maka dari itu ketiganya keluar dari kamar bayi dan menutup pintu.
"Kenapa?"
"Seharusnya aku sama Shaka yang dekor semua ini." Jawab Vio sedih.
Devan menghela nafasnya pelan. "Aku salah menilai Jevan selama ini, ia tidak sebaik itu."
Vio menggeleng. "Nggak ada yang tahu sifat manusia, Shaka aja kelihatannya jahat tapi ternyata dia malaikat bagi Vio."
"Sudah berhasil menemui Shaka?"
Vio menggeleng kembali. "Tidak, sepertinya Shaka benar-benar menepati janjinya." Jawab Vio sembari tersenyum pedih.
"Anak kalian sebentar lagi akan lahir, aku yakin Shaka akan menemanimu."
"Aku nggak berharap banyak, jika memang Shaka ingin menepati janjinya. Aku nggak bisa menghalanginya lagi."
"Aku akan mencoba menemui Shaka." Vio menatap Devan penuh harapan. "Semoga dia mau menemui ku."
Shaka melihat Vio dari jauh, itulah kesehariannya kini. Ia tidak ingin melanggar janjinya sendiri, mungkin saja jika Vio jauh darinya. Ia akan selamat dan aman.
"Maafkan aku."
Saat Shaka hendak beranjak dari tempatnya, seseorang menabrak bahunya.
"Maaf pak." Shaka diam dan langsung menjauh.
Sedangkan orang yang menabraknya tadi tersenyum miring, dan mengeluarkan sebuah ponsel dari balik badannya.
"Dia akan mati!"
Vio menatap langit-langit kamarnya, hatinya merasa sangat resah sekarang. Ponselnya berbunyi, membuat Vio harus beranjak dari posisinya.
Mata yang semula tanpa binar itu kini terbuka lebar.
Shaka
"Temui aku di kantor!"
Pesan dari Shaka, membuat Vio sangat bersemangat. Wanita itu segera bergegas bersiap untuk pergi ke kantor Shaka.
Sedangkan kini, Shaka tengah mencari keberadaan ponselnya.
"Dani, cepat cari ponselku!"
"Anda terakhir kali memegang ponsel dimana tuan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Sang Antagonis
خيال (فانتازيا)Viona tidak tahu harus mengatakan apa setelah membaca novel 'Samudra Rindu', novel yang menceritakan tentang perjuangan cinta sepasang kekasih yang harus melewati banyak rintangan dalam perjalanannya. Apalagi dengan konflik sang antagonis, yang men...