17. Taring

59.4K 6.3K 335
                                    

Shaka tersadar keesokan harinya, wajahnya penuh dengan lebam. Punggungnya terasa panas dan juga nyeri, karena cambukan seratus lima puluh kali itu.

"Sialan pak tua itu!" Geram Shaka, ia tidak bisa banyak bergerak karena luka-luka itu.

"Dani!" Teriak Shaka keras, tidak peduli jika sekarang ia berada di rumah sakit. Dani datang dengan cepat, ia sedari tadi berjaga di depan pintu, menghindari umpatan-umpatan dari sang tuan.

"Ya tuan?"

"Aku ingin Vio segera ditemukan, tidak perduli dalam keadaan hidup atau mati!" Shaka meringis pelan. "Gara-gara wanita itu, hidupku menjadi seperti ini."

Dani menghela nafasnya pasrah, tadi malam doanya tidak di kabulkan. Maka dari itu Shaka masih gila.

"Baik tuan."

"Dalam tiga bulan." Dani menghentikan langkahnya.

"Bagaimana tuan?"

"Dalam tiga bulan, cari Vio sampai keujung dunia sekalipun. Aku ingin segera menghabisi nyawanya!"

"Tapi tuan, Nyonya Vio saja tidak ada jejak sama sekali. Bagaimana akan mencarinya dalam waktu tiga bulan?" Protes Dani, ia sudah pusing mencari Vio yang pergi tanpa jejak. Satu jejak yaitu saat berada di bandara, setelah itu tidak ada sama sekali.

"Aku tidak perduli, jika Vio tidak di temukan. Siap-siap kau yang akan menghilang!" Ancam Shaka, Dani meneguk ludahnya susah payah. Kenapa dia yang menjadi korbannya.

"Baik tuan." Dani berlalu dari ruangan Shaka, menutup pintu dengan pelan. "Sepertinya aku harus meminta perlindungan dari tuan besar."

🌹🌹🌹

Pagi ini Vio sudah siap ikut ke pasar desa bersama Bu Burhan. Dengan mengenakan kaos oversize dipadukan dengan celana jeans panjang. Vio mematut penampilannya yang terlihat sangat lucu baginya, selama ini ia menggunakan dress mengikuti gaya Violet. Namun kali ini, Vio ingin tampil beda.

"Biar jadi ibu hamil gaul." Kata Vio.

Vio mendapatkan celana jeans dan kaos oversize itu dari Bu Burhan, beliau menyimpan beberapa pakaian untuk anaknya. Untuk berjaga-jaga jika anaknya pulang dan kekurangan baju. Bukannya anak dari Bu Burhan laki-laki, kenapa menyimpan pakaian perempuan. Bu Burhan sengaja menyiapkan pakaian perempuan, untuk berjaga-jaga juga siapa tahu anaknya pulang membawa calon mantu.

"Nduk, udah siap?"

"Udah Bu." Vio menyambar tasnya, lalu menyusul Bu Burhan yang sudah siap di samping mobil.

"Ayo berangkat." Ajak Pak Burhan yang sudah masuk kedalam mobil terlebih dahulu. Diikuti Bu Burhan, lalu Vio yang menyusul di belakangnya.
"Jaga rumah ya!" Perintah pak Burhan pada para bodyguard.

"Siap tuan!"

"Dadah om, sampai jumpa lagi!" Pamit Vio sembari melambaikan tangannya, keempat bodyguard membalas lambaian tangan Vio. Namun tidak untuk bodyguard yang terkena ulah jahil Vio kemarin, pria berbadan besar itu hanya diam dan menatap takut Vio.

"Pak, jendela buka ya!" Vio membuka jendela mobil, mempersilahkan angin pagi yang segar masuk.

"Nanti masuk angin loh." Ujar Bu Burhan.

"Nggak akan, Vio kuat kok kan badan baja!"

Vio tak melepaskan pandangannya dari pemandangan luar, rumah disini sangat jarang. Bahkan Vio baru melihat tiga rumah selama perjalanan.

"Pak ada monyet!" Terika Vio histeris, melihat monyet yang sedang bergelantungan di pohon.

"Disini emang banyak monyet nak, mau melihara?" Tawar Pak Burhan, Vio langsung menggelengkan kepala tanda menolak.

Istri Sang Antagonis  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang