22. Pernikahan Amelia

62.7K 6.5K 154
                                    

Pernikahan Amelia

'Amelia dan Deril, menikah atas dasar cinta sepihak Deril. Tapi pria itu tidak mengetahui jika cintanya tak terbalas, yang pria itu tahu. Istrinya sangat mencintai dirinya, begitu juga sebaliknya.

Pernikahan mereka terbilang harmonis dan juga romantis. Hampir tidak ada pertengkaran diantara mereka, mereka selalu menyelesaikan masalah dengan kepala dingin.

Pada dasarnya, Deril adalah orang yang bijaksana. Tidak cepat mengambil kesimpulan, serta keputusan secara terburu-buru.

Pernikahan mereka sangat bahagia, walaupun beberapa masalah muncul yang disebabkan oleh sang antagonis. Amelia tetap berada di samping Deril untuk menyemangati. Mereka adalah pasangan yang serasi, saling melengkapi kekurangan masing-masing.

Akhir cerita, Amelia dan Deril hidup bahagia. Tenang tanpa ada gangguan dari sang antagonis lagi.'

"Nah, ini baru sesuai sama novel."

"Kalau bukan gara-gara Shaka, mereka udah dari lama hidup bahagia."

"Tapi si Deril kasihan juga sih, jadi sad boy. Udah di manfaatin, di bohongin, cinta bertepuk sebelah tangan lagi."

"Kalau dulu gue gedek sama Shaka, sekarang gue lebih gedek sama Amelia!"

"Pingin gue jambak rambutnya sampai habis!"

"Dasar cewek nyebelin!"

Vio misuh-misuh di dalam kamar, seharian dia tidak dapat bergerak bebas. Karena Shaka masih berada satu atap dengannya, hanya untuk ke kamar mandi saja Vio harus menghitung berapa kali pintu kamar sebelah berbunyi.

Vio melirik ke arah jam dinding, sore ini seharusnya Shaka dan Dani kembali ke kota.
Ibu hamil itu menguap karena terlalu bosan. Hingga terdengar keributan dari luar rumah, tepatnya di luar kamar Vio. Perempuan itu membuka jendela sedikit, mengintip siapa tahu yang membuat keributan itu adalah Shaka.

Memastikan tidak ada sang tersangka, Vio membuka lebar jendela. Matanya melebar seketika, melihat kambing kecil kesayangannya sedang di kejar-kejar oleh tiga bodyguard sekaligus.

"Hei! Mau apain Nara gue?!" Teriak Vio keras, ketiga bodyguard itu berhenti mengejar kambing.

"Maaf nona, kambing ini tadi mengejar Tuan Shaka."

Vio melipat bibirnya ke dalam, menahan tawa. "Lalu apa hubungannya?"

"Kami di perintah tuan Shaka untuk menangkap kambing ini, dan membuatnya sate."

Vio menatap marah ketiganya. "Eh, nggak gue izinin. Itu kambing gue, nggak boleh ada yang nyakitin!"

"Tapi nona, Tuan Shaka sekarang tengah marah karena kambing ini."

"Terus gue pikirin?" Seru Vio galak. "Nggak cukup dia makan sate kodok tadi?"

Ketiganya diam, dan saling menatap. "Siniin kambingnya!" Vio memberi kode pada ketiganya untuk membawa kambing kecil itu ke Vio.

"Lewat mana nona?"

Vio memutar bola matanya malas. "Lewat jendela lah, kalau lewat pintu yang ada di tangkap si kodok nanti!"

""Tapi nona, jika tuan Shaka bertambah marah?"

"Gue nggak perduli, itu urusan kalian. Siniin kambingnya!"

Vio sudah siap menerima kambing kecil itu, tapi suara jendela terbuka dari kamar samping mengentikan aksi mereka.

"Itu kambing yang mengejar ku tadi."

Istri Sang Antagonis  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang