Vio membelalakkan matanya saat melihat barisan laki-laki berotot berpakaian hitam di depan rumah. Pak Burhan terlihat tengah memberi arahan pada mereka, terlihat sangat berwibawa dan juga tegas. Tadi, setelah pulang dari kota. Pak Burhan tidak hanya membawa belanjaan persediaan rumah, tapi juga dengan sepuluh bodyguard berbadan besar.
Bu Burhan terkekeh melihat ekspresi Vio yang terlihat bingung, sekaligus takjub itu. Dengan mulut terbuka, dahi mengkerut. Sangat imut, begitu pikir Bu Burhan.
"Ibu, mereka siapa?" Tanya Vio penasaran.
"Mereka itu bodyguard yang ditugaskan untuk menjaga kamu selama hamil." Vio melotot mendengar penjelasan Bu Burhan. Sebegitu pentingnya dirinya hingga harus dijaga sepuluh bodyguard.
"Bu, ini nggak berlebihan? Gimana reaksi orang desa kalau tahu banyak bodyguard di sini?"
Bu Burhan tersenyum tipis."Mereka udah nggak heran lagi sama hal kaya gini, dulu sering bodyguard datang kemari untuk berjaga." .
"Ya, tapikan Vio cuma orang biasa bu. Kenapa harus pake bodyguard gini, serasa anak mafia tahu." Bu Burhan terdiam, lalu tersenyum tipis.
"Iya, anggap aja kamu anak mafia sekarang."
Vio mengerjap, bukankah Pak Burhan hanya bekerja sebagai petani sayuran. Kenapa beliau memiliki banyak bodyguard seperti ini. Dan setelah mendengar perkataan Bu Burhan, asumsinya semakin kuat.
"Jangan-jangan pak Burhan bagian dari mafia?" Celetuk Vio, suasana menjadi hening. Pak Burhan juga menghentikan bicaranya saat Vio dengan semangat menebak pekerjaannya.
Bu Burhan menarik tangan Vio agar duduk kembali. "Kamu ini, mereka jadi lihatin kamu tuh." Vio ikut melihat ke arah bodyguard yang sekarang secara terang-terangan melihatnya.
Tiba-tiba rasa tidak sukanya muncul, padahal Vio sudah sering menjadi pusat perhatian. Namun kenapa kali ini berbeda. Dengan mulut merengut, dan mata yang dibuat garang. Vio melirik ke arah barisan itu tajam.
"Apa kalian lihat-lihat? Nggak pernah lihat cewek cantik?" Judes Vio, para bodyguard menurunkan pandangannya setelah mendapatkan sinisan dari Vio, serta tatapan tajam dari Pak Burhan.
"Kalian paham apa yang harus kalian lakukan?"
"Paham tuan!" Jawabnya serempak.
"Baik, langsung saja kalian bertugas!" Perintah pak Burhan, lima bodyguard menjaga rumah Pak Burhan. Sedangkan lima lagi menuju rumah yang sudah di sediakan oleh Pak Burhan untuk mereka beristirahat selama di desa. Letaknya tidak terlalu jauh dari rumah pak Burhan sendiri, hanya terbataskan satu halaman dengan luas tiga ratus meter. Sepuluh bodyguard itu menggunakan sistem shift dalam bekerja, maka mereka bergantian berjaga.
Pak Burhan mendekati Vio dan juga istrinya. Dengan penuh kasih sayang, Pak Burhan mengusap kepala Vio.
"Kamu nggak perlu merasa takut lagi, kamu aman sekarang." Pak Burhan menunjuk bodyguard yang tengah mengobrol, membicarakan udara yang segar di desa. "Mereka akan menjaga kamu dan calon anak kamu."
Vio tersenyum tulus, serasa di sayang oleh kedua orang tua kandung.
"Makasih pak, bapak sampai rela mengeluarkan banyak uang untuk membayar bodyguard itu."Pak Burhan terkekeh. "Siapa yang bayar nak, semua ini gratis."
Vio mengerjap. "Wah, benerkan dugaan Vio. Kalau bapak pasti bagian dari mafia." Ucap Vio bersemangat.
Pasangan suami istri itu tertawa kecil. "Iya dulu, sekarang udah tua. Pensiun."
"Bapak pemimpin mereka?" Tanya Vio bersemangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Sang Antagonis
FantasíaViona tidak tahu harus mengatakan apa setelah membaca novel 'Samudra Rindu', novel yang menceritakan tentang perjuangan cinta sepasang kekasih yang harus melewati banyak rintangan dalam perjalanannya. Apalagi dengan konflik sang antagonis, yang men...