Vio menguap beberapa kali, matanya sudah sangat mengantuk. Tapi rasanya tidak ingin tidur, tubuhnya terasa gerah. Walaupun sudah memakai kipas angin, jendela pun sudah dibuka.
"Panas banget sih malem ini." Keluh Vio, sembari mengipasi wajahnya menggunakan buku.
Wanita hamil itu keluar kamar, mengambil air minum di dapur.
"Bu, lagi apa?" Tanya Vio, yang melihat Bu Burhan tengah sibuk di dapur."Ini, lagi bikin kopi sama camilan buat orang depan." Vio mengangguk mengerti, lalu meminum air yang sudah diambilnya tadi.
"Ibu, Vio kok ngerasa aneh ya."
Bu Burhan mengalihkan perhatiannya sebentar dari pisang goreng di wajan. "Aneh gimana nduk?"
"Masa Vio cuma ngidam satu kali sih, yang pernah Vio baca. Ibu hamil itu sering ngidamnya, lah ini Vio baru sekali aja. Nggak morning sickness pula."
"Mungkin bapaknya yang ngidam nduk." Vio melotot.
"Emang bisa?" Bu Burhan mematikan kompornya setelah pisang goreng matang.
"Bisa nduk, dulu bosnya bapak juga pernah ngalamin. Pas istrinya hamil, bukan istrinya yang ngidam malah bosnya bapak yang ngidam aneh-aneh." Cerita Bu Burhan.
Vio berpikir, apakah benar jika Shaka yang mengalami ngidam. Lalu, apakah ia akan curiga jika Vio tengah hamil saat ini dan malah semakin giat mencarinya.
"Bu, biasanya kalo bapaknya yang ngidam bakal curiga nggak sih?"
"Nggak tahu juga ibu nduk, berdoa aja biar suamimu nggak nyadarin kalo dia bener-bener ngidam."
Vio mengaminkan dengan cepat ucapan Bu Burhan, ia tidak ingin Shaka curiga. Dan malah membuatnya semakin gencar mencari keberadaan Vio.
"Ibu tinggal dulu ya, ngasih ini ke depan." Ujar Bu Burhan sembari menunjukkan nampan di tangannya. "Itu, kalo kamu mau makan ibu udah sisain di piring."
Vio mengangguk, lalu mencomot satu pisang goreng dari piring. Di sela mengunyahnya, Vio terus berfikir. Jika Shaka mengalami ngidam, itu berarti dirinya bebas dari ngidamkan.
Bibir Vio tersenyum tipis. "Berati yang ngerasain morning sick Ness juga Shaka dong." Vio rasanya ingin tertawa, melihat si antagonis mual-mual. "Gue pingin si Shaka ngidam aneh-aneh tapi, pasti seru! Misalnya pingin nyebur got!"
Vio terbangun dengan suasana hati yang suram, tadi malam ia tidak bisa tidur. Baru bisa ia tertidur saat jam menunjukkan pukul empat pagi.
Setelah mencuci muka, calon ibu muda itu mencari keberadaan Bu Burhan. Perutnya terasa lapar padahal tadi malam ia paling banyak menghabiskan pisang goreng.
"Ibu mana sih?"
Matanya bergulir melihat barisan mie instan yang berjajar rapi di rak.
"Masak mie enak nih." Vio meraih satu bungkus mie instan kuah rasa kesukaannya, ayam bawang. Menunggu air matang, Vio mengiris bawang serta satu buah cabai merah.
Vio duduk sembari menghitung jarum jam yang terdengar berdetik itu.
"Tumben rumah kosong." Gumam Vio, dirinya lalu bangkit untuk memasak mie nya. Setelah semuanya siap, Vio duduk lagi di tempat semula. Air liurnya seakan menetes melihat semangkok mie yang menggunggah selera tersebut.
Vio memakan dengan lahap, namun baru akan menyuap lagi. Suara bu Burhan mengintruksi.
"Kamu makan apa nduk?"
Vio menatap mangkok yang berisi setengah mie. "Mie instan Bu."
Bu Burhan menggeleng cepat, diletakkannya tas belanja di atas meja. Lalu mengeluarkan buah-buahan dari dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Sang Antagonis
FantasíaViona tidak tahu harus mengatakan apa setelah membaca novel 'Samudra Rindu', novel yang menceritakan tentang perjuangan cinta sepasang kekasih yang harus melewati banyak rintangan dalam perjalanannya. Apalagi dengan konflik sang antagonis, yang men...