29. Akhirnya

63.2K 6.9K 333
                                    

Di dalam mobil, Vio tak henti-hentinya makan. Bahkan ia tak peduli, jalanan yang ia lewati sekarang. Dengan tangan belepotan, Vio membersihkan bibirnya dari sisa makanan dan minyak.

'Persiapan ketemu mertua.'

"Nduk, kan ada tissue." Vio meringis malu.

"Ugh, ini selama hamil gue kok jorok banget sih."

Batin Vio, lalu meraih tissue yang disodorkan Bu Burhan. Mata Vio berbinar melihat keadaan kota setelah hampir delapan bulan ia tinggalkan.

"Pak, rumah bos bapak masih jauh?" Tanya Vio pada Pak Burhan yang tengah menyetir.

"Nggak jauh lagi, sepuluh menit lagi sampe." Jawab Pak Burhan. "Kamu ngantuk?"

Vio menggeleng, tapi sebenarnya ibu hamil itu mengantuk. Sedari tadi ia makan hanya untuk menahan kantuk, agar tidak ketiduran.

"Nggak pak, cuma punggung Vio pegel."

"Kasihannya anak bapak, ini di pertigaan belok kiri langsung sampe kok. Sabar ya." Vio mengangguk sekali, lalu melihat ke arah luar jendela.

Vio menghela nafasnya pelan, jantungnya berdetak kencang.

"Kenapa nduk?"

"Nggak apa-apa Bu."

Bu Burhan yang mengerti kecemasan Vio berusaha menenangkan.

"Kamu nggak usah takut, kalo suamimu sampe Dateng. Di rumah bos bapak banyak penjaganya, yang ada suamimu itu kaya nyerahin diri ke macan."

"Iya Bu, Vio nggak takut kok."

'Gimana nggak takut Bu, yang mau kita datengin itu rumah mertua Vio. Orang tua Shaka.'

Vio semakin tegang saat mobil yang mereka tumpangi masuk ke halaman rumah yang terlihat seperti istana.  Namun mulut Vio sudah terbuka lebar melihatnya. Tangannya mengusap perut, lalu berbicara dalam hati pada anaknya.

"Sayang, besok kalo udah besar bikinin mama rumah kaya gini ya. Oke?"

Bibirnya meringis pelan saat calon anaknya menendang, seakan menjawab perkataan Vio.

"Iya, mama tahu kamu pasti ngabulin permintaan mama."

Mata Vio terpejam sebentar, saat calon anaknya menendang kembali.

Pak Burhan sudah keluar dari mobil, diikuti Bu Burhan lalu membukakan pintu mobil untuk Vio.

"Kenapa nak?"

"Anak Vio kayanya mau jadi pesepak bola pak, nendang terus." Ujar Vio, pak Burhan terkekeh pelan.

"Kamu ini, bisa aja." Vio turun dari mobil dengan hati-hati, takut menyakiti atau membuat tidak nyaman sang jabang bayi.

"Ayo masuk!"

Vio menghentikan langkahnya, membuat kedua orang tua angkatnya ikut berhenti.

"Kenapa sayang?" Tanya Bu Burhan.

"Ibu, aku pingin ke sana!" Tunjuk Vio pada kolam ikan kecil di tengah taman buatan. Bu Burhan melihat suaminya, dibalas anggukan oleh laki-laki itu.

"Boleh, tapi jangan lama-lama ya. kalau udah langsung masuk!" Vio mengangguk semangat, dirinya berjalan berlawanan arah dengan pasangan suami istri itu.

Sampai di dekat kolam ikan hias, Vio mencelupkan tangannya. Dirinya merasa damai saat ini, dapat melihat air dan juga ikan yang berwarna-warni.

Vio melirik ke arah banyaknya bodyguard, ia menghela nafasnya pelan.

Istri Sang Antagonis  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang