Nara menatap rumah mewah di hadapannya, dengan cemas. Tangannya dengan segera menekan tombol panggil untuk menyambungkan panggilan pada Vio.
"Lo dimana ege!"
'Gue ada di dalem rumah Shaka Nar, cepet tolongin gue!'
"Shaka gue lihat dia lagi pergi, di dalem kira-kira ada orang nggak?"
'Tadi pas gue masuk nggak ada sama sekali, tapi yang gue tahu ada beberapa maid di rumah.'
"Oke, gu- EH kambing!"
Nara mematikan sambungan telepon, lalu beralih mengejar kambing milik Vio yang tiba-tiba masuk ke dalam rumah.
"Ish ini kambing mau ngapain sebenarnya?" Ujar Nara frustasi, bagaimana jika mereka tertangkap. Bisa habis si kambing dan Nara juga.
Nara memperhatikan sekitar, lalu dengan cepat menyelinap menuju kambing yang berlari menaiki tangga. Gadis itu menepuk dahinya sendiri, bingung dengan tingkah kambing satu itu.
"Gue yakin ini kambing kelamaan bergaul sama Vio."
Nara mengikuti langkah kambing, yang ternyata berhenti di depan pintu salah satu ruangan.
Mbekk
Nara melotot, dan berjongkok untuk menutup mulut kambing.
"Sstt, diem mbek! Kalo ada yang denger, Lo bisa dijadiin sate!"
Kambing tidak mau diam, dan malah menubruk pintu. Nara semakin kalang kabut mendengar suara yang diciptakan antara pertemuan kepala kambing dan juga pintu.
"Tamat riwayat Lo mbek!"
Suara dari dalam ruangan membuat Nara mengerjapkan matanya, lalu menempelkan telinga ke arah pintu.
"Ada orang didalem?" Bisik Nara.
"Tolong!"
"Piona!"
"Nar! Tolong gue!"
Nara mencoba memutar kenop pintu, namun ternyata pintu terkunci.
Mbek
Nara melirik ke arah kambing yang tengah mengetuk-ngetukkan kakinya ke laci meja di samping pintu.
"Ada kunci disitu?" Nara membuka laci dan ternyata menemukan beberapa kunci di dalamnya.
"Ini yang mana kuncinya?" Nara mencoba salah satu kunci, ternyata salah.
"Aku rasa tuan sudah pergi, kenapa di sini terdengar berisik?"
"Aku kira hanya aku yang mendengarnya."
Nara semakin mempercepat mencari kunci yang tepat untuk membuka pintu, saat mendengar suara orang lain datang.
KLIK
Nara berhasil membuka pintunya dan langsung menggendong kambing untuk dibawa masuk ke dalam kamar.
"Nar Lo si-
Nara membekap mulut Vio supaya tidak bersuara.
"Tidak ada apapun disini, suara apa tadi?"
"Aku juga tidak tahu, tapi yang kudengar. Tadi tuan Shaka membawa Nyonya Violet kemari."
"Benarkah? Bukankah mereka sudah bercerai?"
"Aku tidak tahu, jika benar Nyonya Violet kembali. Berarti dia ada di dalam kamar ini."
"Bagaimana kalau dia mendengar?"
"Aku yakin dia tidak mendengar, kau tahu kan kalau ibu hamil sering mengantuk?"
"Hah? Benarkah, aku baru tahu hal itu."
"Sudahlah, ayo kembali bekerja!"
Suara langkah kaki menjauh terdengar di telinga keduanya, Nara dapat menghela nafas lega.
"Untung nggak ketahuan." Gumam Nara.
Vio menarik lengan Nara, dan memeluknya erat.
"Uhuhuhuhu, makasih bestai ku. Lo emang Ter the best!"
Nara melepaskan pelukan Vio, dan menatapnya datar.
"Baru inget kalau punya bestie? Kemarin kemana aja Lo, mana gue ditinggal lagi!"
Vio meringis pelan, mendapat amarah Nara. "Ya maap, kemarin gue lupa sama Lo gara-gara fokus akting."
"Fokus sih fokus, jangan lupain gue juga dong!"
Vio mencubit pipi Nara gemas. "Iya, maapin gue nggak lagi-lagi." Vio melirik ke arah kambing yang terlihat familiar baginya. "Wah kok Nara ada disini?"
Nara memutar bola matanya malas. "Gue emang dari tadi disini."
"Bukan Lo, tapi kambing gue."
Nara terlihat berpikir. "Maksud Lo nama kambing ini Nara?!"
Vio mengangguk dengan polos, disertai senyum manisnya. "Kok Lo gitu sih, nama gue nama aestetik tahu. Masa di kasih ke kambing?" Protes Nara.
"Ya gue kangen Lo, terus pas lihat kambing yang mgeselinnya sebelas dua belas sama Lo. Gue kasih nama Nara, biar rasa kangen gue terobati." Jelas Vio.
"Ya nggak Nara juga kali Pi, nama aestetik gue ternoda."
"Kenapa sih, orang kambingnya juga seneng kok. Protes Mulu Lo, ini sekarang gimana cara kita keluar dari rumah ini!"
Nara mengigit bibirnya gemas dengan Vio.
"Lo kan yang pernah tinggal disini, seharusnya Lo tahu gimana cara kabur!""Ada satu cara."
"Apa?"
"Lewat lubang rahasia."
"Pi, please deh jangan aneh-aneh. Kita cari jalan keluar lain, nggak perlu bahayain nyawa Lo!" Nara ketar-ketir melihat Vio yang kini tengah menyatukan kain sebagai tali.
"Dulu gue kabur pake cara ini, sekarang pasti berhasil juga."
"Pio, dulu sama sekarang tuh beda ege! Dulu badan lu masih satu, sekarang Lo lagi badan dua Pio. Eling Napa Lo!"
Vio menghentikan kegiatannya, melihat ke arah perutnya sendiri yang membuncit terisi satu nyawa.
"Gue lupa, terus gimana caranya kabur kalo gitu?"
Nara memutar otaknya untuk berpikir. "Lo inget di titik mana penjaga di rumah ini?"
"Inget."
"Nah, kalo gitu kita bisa pergi. Tadi gue masuk lumayan sepi Pi, semoga sekarang masih sepi."
"Kalo ada yang lihat?"
"Ya udah ketangkeplah, mau gimana lagi?" Pasrah Nara.
Vio dan Nara berjalan mengendap-endap keluar dari kamar Shaka. Dirasa aman, mereka berjalan dengan hati-hati agar tidak menimbulkan bunyi sedikitpun.
Tak lupa, mulut kambing yang sudah diikat dengan kain. Kambing yang sudah berganti nama menjadi NaVi itu sekarang sedang berada di gendongan Nara, agar tidak berlari dan mengacaukan acara kabur mereka.
Keadaan aman dan terkendali, sampai mereka tepat berada di depan pintu keluar yang tertutup. Pintu tiba-tiba terbuka dan menampilkan sosok yang paling dihindari.
"Ada tamu ternyata."
Yay, triple up🥳
Bubay lope yu ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Sang Antagonis
FantasiaViona tidak tahu harus mengatakan apa setelah membaca novel 'Samudra Rindu', novel yang menceritakan tentang perjuangan cinta sepasang kekasih yang harus melewati banyak rintangan dalam perjalanannya. Apalagi dengan konflik sang antagonis, yang men...