21. Ketemu

61.1K 6.3K 31
                                    

Vio bangun lebih awal, ia harus cepat-cepat ke kamar mandi lalu mengambil beberapa camilan untuk di kamar. Ia tidak bisa sembarangan keluar masuk kamar hari ini, itu akan membahayakan keberadaannya.

Setelah selesai mandi, Vio menuju dapur. Sehabis mendapat camilan yang ia inginkan, Vio dengan cepat kembali ke kamar. Saat Vio akan membuka pintu kamar, pintu sebelah terbuka.

"Nona."

Suara itu, suara milik orang yang Vio paling hindari. Untung saja ibu hamil itu sedang membelakangi sang pemilik suara. Setelah terbatuk pelan, Vio menjawab dengan suara yang ia rubah menjadi lebih berat.

"Ya?" Sungguh, jantung Vio berdetak sangat cepat kali ini. Ia sangat takut, jika Shaka tahu perempuan yang ada dihadapannya adalah dirinya.

"Aku hanya ingin bertanya dimana kamar mandi."

Vio tanpa membalikkan badan, menunjuk ke arah kamar mandi yang tadi ia gunakan.

"Lurus ke sana."

"Kau anak angkat Burhan?" Vio mengumpati Shaka yang memanggil pak Burhan tanpa embel-embel yang lebih sopan.

'Semoga anakku tidak mengikuti jejak ayahnya!'

"Ya." Vio semakin menutup wajahnya dengan handuk. "Maaf, aku sedang flu. Bisa aku pergi?"

"Ya, silahkan."

"Tunggu!" Vio mengumpat dalam hati. "Permen anda jatuh."

"Untuk anda saja, supaya anda bisa berbicara lebih manis."

Vio dengan langkah seribu langsung membuka pintu dan masuk ke dalam kamar, menutup pintu dengan cepat sehingga menimbulkan suara yang keras.

"Jantung gue!"

Vio mengatur nafasnya yang memburu, tangannya mengunci pintu agar tidak ada orang yang masuk.

Sedangkan, Shaka masih berdiam diri di tempat. Seperti mengenal sosok yang tadi berbincang dengannya.

"Aku tidak asing dengan tubuh dan rambutnya." Shaka mengedikkan bahunya memilih tak perduli.

Vio membuka bungkus pertama camilannya, dan memakan dengan nikmat.
"Lumayan buat ganjal perut."

Sedang asik menikmati makannya, pintu terketuk. Membuat perempuan itu tersedak bumbu-bumbu camilan. Vio meraih minumannya, dan meredakan rasa panas di tenggorokan.

"Siapa?"

"Ibu nduk, kamu nggak sarapan?" Ternyata Bu Burhan yang mengetuk pintu.

"Nggak Bu, Vio lagi nggak enak badan."

'Maaf Bu, Vio bohong dikit.'

"Ya udah, ibu anter makanan kamu ke sini ya."

"Ya Bu."

Setelah memastikan Bu Burhan pergi, Vio kembali duduk di ranjangnya. Bagaimana reaksi orang tua angkatnya itu jika tahu orang yang paling Vio takuti adalah tamunya sendiri.

"Nduk, ibu bawa makanan." Vio membuka pintu, sambil menutup setengah wajahnya dengan handuk. "Kamu kenapa dititipin gitu?"

"Ekhem, Vio lagi batuk sama flu bu. Takut nular." Jawab Vio dengan membuat suara serak yang meyakinkan.

"Kita ke bidan ayo!"

"Nggak Bu, nggak usah. Ini cuma flu sama batuk biasa kok, istirahat sehari juga sembuh."

"Beneran?" Vio mengangguk cepat.

"Ini makanan untuk Vio kan? Kalau gitu Vio ambil, Vio mau istirahat di kamar seharian. Makasih ibu, sayang ibu!" Vio menutup pintu, lalu menguncinya kembali.

Istri Sang Antagonis  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang