"Shaka?" Wanita yang tengah duduk di brankar rumah sakit itu tersenyum lebar, namun matanya juga tak lepas dari tatapan kecurigaan. "Apa yang membawamu kemari?"
Shaka tersenyum tipis. "Tentu aku ingin menemui sahabatku."
Amelia kembali tersenyum, seolah merasa menang karena Shaka tetap memihaknya saat tahu semua pekerjaannya.
"Aku tahu kau akan kembali padaku Shaka, mari menikah!" Ujar Amelia dengan senang.
Shaka terkekeh pelan. "Ayo, setelah ini kita menikah."
"Tapi bagaimana dengan Deril? Bukankah kau mencintainya?"
Amelia menggeleng cepat. "Aku tidak pernah mencintai Deril, dia hanya aku manfaatkan saja."
Shaka mengangguk. "Ayo, kerumahku. Kita akan menikah di sana."
"NARA!"
Dengan nafas tersengal Vio terbangun dari tidur, wanita itu melihat ke sekeliling. Ia masih berada di kamar Shaka.
"Apa hanya mimpi?"
"Akhirnya kau bangun, sayang." Vio menoleh ke sampingnya, yang ternyata Shaka tengah duduk bersandar di sampingnya. "Mimpi buruk?"
Shaka mengusap dahi Vio yang penuh dengan keringat dingin menggunakan tissue.
"Lo pembunuh?!"
Vio berteriak sembari mendorong tubuh Shaka menjauh darinya.
"Bukannya kamu sudah tahu kalau aku pembunuh? Kenapa masih terkejut?"
Vio menutup wajahnya dan mulai menangis, ia takut saat mengingat Nara yang mati karena hewan peliharaan Shaka. Apalagi sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, Nara sempat tersenyum padanya. Itu sangat menyakitkan bagi Vio.
Vio mencari keberadaan ponselnya, tapi nihil. Sepertinya ia tidak membawa ponsel saat diculik oleh Amelia.
"Mencari apa?"
"Diamlah!" Vio turun dari tempat tidur, dan membuka pintu kamar. Tidak terkunci, atau Shaka memang tidak mengekangnya karena pria itu di rumah.
Vio harus memastikan sesuatu, jika memang itu sebuah mimpi. Maka Vio akan bersyukur, tapi jika sebaliknya. Vio tidak tahu harus melakukan apa, atau mungkin menyusul Nara pilihan yang tepat.
Vio menatap pintu masuk ruang bawah tanah, di belakangnya ada Shaka yang memperhatikan gerak-gerik Vio.
"Ada apa? Kenapa kau melihat ke pintu terus, tidak ingin masuk?"
Vio menatap tajam Shaka, ia merasa takut sekarang. Bagaimana jika memang Nara dan Dani sudah tiada karena Lion, dan semua ini bukan mimpi.
"Dimana Dani?"
"Untuk apa bertanya laki-laki lain pada suamimu sayang?"
"Dimana Dani?" Tanya Vio sekali lagi.
"Di tempat yang seharusnya."
Hati Vio semakin tidak tenang, ia takut semuanya nyata. Ia takut, jika Nara meninggalkannya di dunia aneh ini.
Vio membuka pintu, pandangannya masih sama seperti di ingatannya. Wanita itu masuk dengan hati-hati, ia tidak ingin terjatuh dan membahayakan anaknya.
Shaka berjaga di belakang Vio tanpa mengatakan sepatah katapun. Sampai di dalam, semuanya sama. Ada jeruji besi dan juga di dalamnya terdapat serigala abu-abu yang tengah menikmati tulang belulang manusia.
Jantung Vio berdetak lebih kencang, air matanya meluruh seketika.
"Nara." Lirih Vio. "Kau membunuhnya!" Teriak Vio pada Shaka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Sang Antagonis
FantasiaViona tidak tahu harus mengatakan apa setelah membaca novel 'Samudra Rindu', novel yang menceritakan tentang perjuangan cinta sepasang kekasih yang harus melewati banyak rintangan dalam perjalanannya. Apalagi dengan konflik sang antagonis, yang men...