9. Mangga muda

74.9K 7.4K 199
                                    

Vio memangku satu piring mie goreng yang baru saja ia buat, Bu Burhan tadi membawa pulang enam bungkus mie instan. Vio sebagai pecinta mie goreng langsung menyerbu bawaan Bu Burhan dengan semangat.

"Nduk."

"Kenapa Bu?" Bu Burhan duduk di sebelah Vio yang tengah menghabiskan sepiring mie goreng itu.

"Nggak ada, ibu tadi nyariin kamu di dapur eh tahunya kamu disini."

"Oh, kirain ada apa." Sepiring mie goreng telah tandas. "Ibu, aku mau ngasih sesuatu sama ibu bentar ya." Vio berjalan ke arah dapur guna meletakkan piring kotor. Setelah mencuci piring bekasnya, Vio masuk ke dalam kamar. Mengambil satu kotak perhiasan yang sempat ia bawa dari rumah Shaka.

"Ibu, aku mau ngasih ini ke ibu. Tolong terima ya." Bu Burhan menatap Vio tak percaya, namun tatapan itu lebih menuju kecewa.

"Kenapa kamu ngasih ibu ini nduk?" Tanya Bu Burhan sendu.

"Vio nggak enak Bu, kalo hidup cuma numpang kaya gini." Ujar Vio sembari menunduk, selama hidup di desa. Vio sama sekali belum pernah mengeluarkan uang sepeserpun.

"Ibu nggak masalah, bapak juga nggak masalah soal itu. Justru kalo kamu kaya gini, kita yang nggak enak nduk."

"Jadi, ibu nggak mau terima?" Bu Burhan tersenyum tulus, lalu menggeleng. Membuat Vio sedih, melihat raut wajah Vio yang muram. Bu Burhan mengusap bahu Vio, sehingga gadis itu mendongakkan kepala melihat ke arah Bu Burhan. "Kalo ibu nggak mau Nerima, ibu mau aku titipin ini?"

"Anggap aja aku lagi titip sama ibu, nanti kalo ada apa-apa aku bisa minta sama ibu." Bu Burhan berfikir sejenak, lali setuju dengan perkataan Vio. Senyum manis tercetak di wajah cantiknya.

"Kamu cantik banget nduk, nggak kebayang kalo besok kamu punya anak. Pasti cakep-cakep anak kamu." Vio terkekeh ringan mendengar candaan ibu angkatnya itu.

"Ibu bisa aja, doain ya Bu." Canda Vio sembari mengusap perutnya yang rata.

"Kamu ini, ya udah sekarang kamu tidur. Udah malem, nggak baik buat kesehatan kalo tidur kemalaman."

Vio memperagakan sikap hormat.
"Siap Bunda negara!" Bu Burhan tertawa melihat sikap Vio, gadis itu berdiri dari duduknya lalu mencium pipi kanan Bu Burhan.

"Bobo dulu ya Bu." Pamit Vio.

Wanita itu sangat senang, rumahnya tidak terasa sunyi lagi sejak kehadiran Vio. Rasa sayangnya sudah melekat pada gadis itu, walaupun baru beberapa hari tinggal bersama.

"Semoga kamu selalu bahagia nduk."

Vio yang sudah berada di dalam kamar mengunci jendela, lalu merebahkan dirinya perlahan. Tubuhnya sangat lelah, padahal seharian hanya menemani kambing yang ia beri nama Nara.

"Kira-kira langkah Shaka sampai mana ya? Setelah upaya penghancuran perusahaan Deril, Shaka langsung buat rencana pembunuhan Deril." Perusahaan Deril yang berada diambang kebangkrutan, semuanya ulah Shaka. Pria itu melakukan hal nekat untuk mendapatkan cinta Amelia.

"Tapi gagal, karena Amelia menyelamatkan suaminya. Si Deril."

"Shaka malah tersandung kasus percobaan pembunuhan, tapi karna back up dia kuat. Langsung aja dibebasin, emang bener ya. Nggak di dunia novel, sama dunia nyata. Uang bisa membeli hukuman."
Cibir Vio, tangannya terulur ke atas. Seolah meraba udara, matanya tertuju pada cincin yang hendak ia jual saat pertama kali berada di raga Violet.

"Cantik banget, tapi sayang yang pasangin si antagonis burik!" Ejek Vio kelewat kesal, semua yang dimiliki Shaka sudah sempurna. Kekayaan, keluarga, istri cantik dan terpelajar, lalu apa lagi yang kurang. Kenapa Shaka nekat bertindak bodoh hanya demi Amelia.

Istri Sang Antagonis  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang