31. Pergi

65.6K 6.1K 229
                                    

"Jangan sentuh putriku!"

Semua mata menatap ke arah pintu, berdiri Adrian Requila ayah kandung Violet. Pria itu melangkah maju mendekati Shaka, lalu memberinya bogeman mentah di wajah tampannya.

"Ternyata kau tidak lebih dari seorang bajingan Shaka!" Ucap Adrian murka.

"Violet." Seorang wanita mendekat ke arah Violet dan langsung memeluknya, air matanya menetes. Karena terlalu rindu pada sang putri, dia adalah Gea ibu Violet.

"Saya sudah tahu apa yang kamu lakukan pada Violet selama ini, maka dari itu saya akan membawa putri saya pulang."

Shaka menggeram marah, menatap ayah mertuanya tajam.

"Tidak ada yang bisa bawa istri Shaka!" Ujarnya, Adrian tersenyum miring. Meremehkan sang menantu, dia sudah tak memiliki kepercayaan lagi terhadapnya.

"Tentu saya bisa, dia putri saya."

"Violet istri Shaka, tidak ada yang bisa bawa dia. Mau itu Burhan, pak tua, ataupun anda sendiri!" Shaka memperlihatkan jari manisnya yang terlingkar cincin. "Anda lihat? Benda ini tidak pernah terlepas dari jari saya, yang itu berarti Violet masih hak saya."

"Heh! Mana ada gitu, gue udah talak cerai Lo ya!" Vio yang sedari tadi diam akhirnya membuka suara, bosan terhadap perdebatan yang dilakukan dua orang itu.

Shaka menarik tangan Vio sedikit kasar, membuat tubuh ibu hamil itu mendekat ke arah Shaka.
"Anda lihat ini, putri anda saja tidak pernah melepaskan cincinnya."

Vio melihat ke arah cincin berlian di jari manisnya, benda yang pertama kali ingin ia jual semasa masuk ke dalam raga Violet. Wanita itu menghempaskan tangan Shaka, lalu melepaskan cincin pernikahan mereka. Meraih tangan Shaka, lalu meletakkan benda bulat itu ke telapak tangan Shaka dengan sedikit kasar.

"Ambil tuh cincin, sekarang gue nggak ada hubungan sama Lo lagi!"

"Tidak bisa, aku tidak akan pernah menceraikan mu!"

Vio naik darah, menghadapi keras kepala Shaka. "Lo tuh ya, mau apa lagi dari gue?"

"Seharusnya Lo kejar aja Amelia, jangan peduliin gue lagi! Gue nggak akan ganggu hubungan Lo berdua, please lepasin gue."

"Gue pingin hidup tenang." Nafas Vio sedikit memburu, dia merasa marah. Karena Shaka memperpanjang masalah, tidak ingin memceraikan Vio.

"Tuan Adrian, kita bisa bicarakan ini secara kekeluargaan." Brian akhirnya buka suara, tidak ada ujungnya jika memakai emosi.

"Tuan Brian, saya rasa tidak ada yang perlu dibicarakan lagi. Saya akan tetap membawa Violet kembali ke Jerman."

"Anda tidak kasihan melihat putri anda? Dia sedang mengandung, bagaimana jika anak Vio lahir tanpa ayah?" Brian masih berusaha membujuk, ia tidak akan membiarkan Vio dibawa. Karena, ada cucunya di dalam kandungan Vio. Ia juga ingin menjadi seorang kakek, dan menikmati masa tuanya bersama cucu.

Adrian menghela nafasnya pelan, emosinya sangat tak terkendali saat mengetahui kehidupan Vio setelah menikah.
"Baik, bagaimana sekarang?"

"Kita biarkan Vio untuk bersama Shaka selama ia hamil, setelah Vio melahirkan." Brian menghela nafasnya pasrah. "Pilihan ada di tangan Vio sendiri."

"Bagaimana jika Shaka menyakiti putri saya lagi?"

"Saya sebagai jaminan keselamatan putri anda. Saya akan mengirim Nara juga untuk tinggal di rumah Shaka. Mereka juga tidak akan tidur sekamar, Nara akan tidur bersama Vio."

Shaka hendak protes, tapi saat melihat tatapan sang ayah ia membatalkannya.

"Nggak mau, Vio nggak mau!" Tolak Vio mentah. "Kalau Papa nggak mau bawa Vio, mending Vio pulang sama Pak Burhan. Daripada harus tinggal sama Shaka!"

Istri Sang Antagonis  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang