Aku pikir masalah antara Bu Wida dan Pak Erick sudah selesai saat aku tahu bahwa Pak Seno adalah orang yang bertanggung jawab atas semua yang terjadi pada Bu Wida, tapi ternyata aku salah. Bu Wida masih tidak terima dan tidak mengakui kalau yang bersamanya waktu itu adalah Pak Seno bukan Pak Erick. Wanita itu malah menghujat pak Erick melalui sosial medianya dengan kata-kata yang tidak pantas dituliskan oleh seorang dosen seperti dirinya.
Malam itu setelah siang harinya pak Erick bicara dengan Pak Seno pak Erick memintaku untuk menemaninya tidur dikamarnya Aku yang sudah mengantuk tidak menolak ajakannya, toh kami hanya tidur bersama tidak melakukan aktifitas lainnya. Aku bergelung manja di dadanya saat dia sedang sibuk dengan ponselnya sambil mengusap-usap kepalaku. Aku sudah nyaris terlelap saat pak Erick mengumpat menyebut nama hewan, hingga aku kaget dan tidak jadi mengantuk.
"Kenapa sih bang, kok malam-malam teriak-teriak, kaget aku." Bukannya menjawab Pak Erick kembali membetulkan posisi tidurku yang sempat bergeser hingga kepalaku jatuh dibantal. Ia kembali merengkuh kepalaku dan mengusapnya sambil sesekali mencium pelipisku, sementara tangannya yang bebas kembali memainkan ponsel pintarnya. Aku yang hendak memejamkan mataku tiba-tiba mendengar banyak suara notfikasi masuk ke ponsel pak Erick yang di setel nada rendah.
"Abang masih sibukkah? aku bisa tidur sendiri dikamarku."
"Ngga, hanya menjawab pertanyaan beberapa orang."
"Kerjaan atau mahasiswa yang bimbingan?"
"Wida ngerusuh lagi. Apa maunya orang itu." Aku membuka mataku dan mendongak, Pak Erick mengecup hidungku.
"Tadi aku dan bu Wida mendengar apa yang abang dan pak Seno bicarakan. Bu Wida marah." Akhirnya aku tak tahan lagi untuk menyuarakan apa yang ada dipikiranku. Aku bisa merasakan helaan nafas Pak Erick yang berhembus didepan wajahku.
"Bu Wida terobsesi dengan abang. Dia sepertinya sudah tahu kalau yang melakukan penodaan itu Pak Seno, tetapi dia menyangkal dan memainkan trik kotor agar abang yang terjerat."
"Kamu percaya abang kan?"
"Tentu saja aku percaya abang."
"Kamu ngga bakal ninggalin abang, kan?"
"Kok Abang mikir gitu, kalau aku sampai ninggalin abang, aku rugi donk.'
"Bagus, itu yang harus kamu tanamkan diotak kamu, kalau kamu ninggalin abang kamu rugi." Pak Erick kembali mengusap keningku.
"Abang nomong apa sih, ngga jelas banget."
"Ingat-ingat ini sebelum kamu berniat meninggalkan atau minta berpisah dari abang, kamu akan kehilangan lelaki gagah dan tampan, kehilangan atm berjalan, kehilangan status dan kedudukan_"
"Abang ngaco, apa aku tipe-tipe pengejar harta? Abang menilai aku seprti itu?"
"Kamu memang bukan gadis seperti itu, abang hanya mau kamu memikirkan ulang kalau kamu sampai ninggalin abang, makan akan ada gadis lain yang beruntung mendapatkan abang."
"Sebenarnya ada apa,, abang ngomongnya muter-muter, itu juga kenapa notif abang tidak berhenti-berhenti? abang tidak sedang ditagih hutang kan?" Bukannya menjawab pak Erick memelukku dengan erat sambil terkekeh.
"kamu benar-benar cahaya hidup Abang. Abang beruntung dapetin kamu, Ayla."
"Jadi apa yang sebenarnya terjadi? Bu Wida nulis apa lagi?"