19

1.6K 152 2
                                    


Gedung Bimantara Group menjulang lima belas lantai di hadapanku. Hari pertama magang, pak Erick mengantarku dan aku bertemu dengan dua sahabatku dilobby perusahaan. Kemudian kami menghadap bagian HRD dan masing-masing dari kami ditempatkan di divisi sekretariatan,  HRD dan marketing. Magang ini akan berlangsung tiga bulan dan seperti anak-anak magang lainnya kami hanya diberi pekerjaan yang ringan-ringan saja seperti memfotocopy, mengantar arsip, membenahi arsip dan pekerjaan remeh remeh lainnya. Tidak banyak ilmu yang didapat karena tidak semua pekerjaan dipercayakan pada seorang anak magang. Hanya pengenalan dunia kerja dimana senioritas lebih terasa. Tidak semua hal diajarkan dengan alasan rahasia perusahaan, apalagi waktu kami sebagai anak magang hanya tiga bulan, waktu yang sangat singkat untuk mempelajari banyak hal tentang dunia kerja. Meski begitu aku dan teman-temanku berfikir positif saja, bahwa meski hanya tiga bulan pasti akan ada pelajaran dan hikmah yang bisa diambil. Tidak ada yang sia-sia jika kita mau belajar.

"Ay, siapkan ruang meeting dan materinya, tiga puluh menit ya." Mbak Inka supervisor di bagian kesekretariatan berteriak padaku. Ini bukan pertama kalinya aku disuruh menyiapkan ruangan untuk meeting intern dan exteren. Tugas bagian kesekretariatan adalah menyiapkan semua hal yang dibutuhkan untuk pertemuan antar departemen ataupun dengan rekanan perusahaan. Bagian kesekretariatan di Bimantara Group sama adalah bagian rumah tangga perusahaan dibawah pimpinan mbak Inka. Supervisor senior yang sudah lima belas tahun mengabdi di Bimantara Group. Dengan dibantu Pak Mogi aku mempersiapkan ruang meeting. Mulai dari proyektor, bahan-bahan meeting yang sudah diserahkan oleh divisi yang ditunjuk hingga jamuan selama meeting berlangsung.

"Tumben ada jaminannya pak? Meeting kali ini dengan pihak luar ya pak?"

"Iya Ay, tamunya kali ini dari Green Resource, katanya sih bigbossnya sendiri yang datang.

Aku sedikit terkejut dengan tamu yang akan datang ke perusahaan ku. Itu salah satu anak perusahaan pak Erick. Tapi kok pak Erick tidak bilang akan ke Bimantara. Mungkin pak Erick lupa memberi tahu atau acaranya mendadak.  Aku segera menyelesaikan tugasku, begitu ruang meeting siap aku memberi tahu mbak Inka seniorku, dia memintaku stand by diruang meeting, kalau-kalau ada yang dibutuhkan saat meeting kami bisa langsung menyediakan.

"Baterei dan spidol jangan lupa, Ay. Jangan sampai pointer atau remote tidak berfungsi saat meeting. Pastikan spidol tiga warna tersedia."

"Sudah siap semua mbak." Jawabku, mbak Inka mengangguk puas melihat semua persiapan dan perlengkapan meeting sudah siap.

Aku segera mengambil duduk disebelah pak Mogi yang kali ini menjadi operator untuk PC dan proyektor. Beberapa orang masuk yang kukenali sebagai direksi Bimantara Group dan Green Resource. Aku melihat pak Erick masuk dengan Ibu Terre, CEO Bimantara. Aku segera menundukkan wajahku melihat interaksi Bu Terre dengan pak Erick, tampak sekali wanita itu berusaha menarik perhatian pak Erick. Usia Bu Terre memang tidak muda lagi, beberapa tahun diatas pak Erick, tapi sayangnya diusianya yang matang itu ia belum memiliki pasangan. Entah apa yang dicari, karena yang kutahu dari mbak-mbak sekretariatan Bu Terre bukanlah orang yang sulit bergaul, dan lelaki yang menyukainya juga tidak sedikit. Mungkin karena banyak pilihan bagus akhirnya Bu Terre bingung memilih yang mana.

Tatapan kami bertemu dan pak Erick tersenyum tipis, aku hanya mengangguk sopan tak ingin orang curiga kalau kami saling kenal. Aku meminta pak Erick untuk merahasiakan hubungan kami dihadapan orang-orang Bimantara saat dia mengantarku ke kantor, bukan apa aku hanya tidak ingin mendapatkan perlakuan istimewa. Aku benar-benar ingin menikmati proses sebagai karyawan yang bukan siapa-siapa, bukan karyawan yang sengaja memanfaatkan koneksi yang ada hingga tidak mendapatkan ilmu selama magang karena diistimewakan.

Rupanya senyuman pak Erick padaku tertangkap oleh Bu Terre. Ia bertanya pada pak Erick apakah mengenal diriku dan dengan diplomatis pak Erick menjawab kalau aku salah satu mahasiswinya dikampus. Bu Terre terlihat menarik nafas lega, dan kembali bersikap akrab dengan pak Erick setelah sebelumnya melihatku dengan tatapan penasaran.

AYLA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang