17

1.7K 175 5
                                    

Aku merasakan pembaringan disebelahku bergerak. Aku membuka mataku perlahan dan melihat pak Erick sedang menerima telepon dengan wajah tegang. Aku bisa mendengar kalau Pak Erick sepertinya sedang bicara dengan pengacaranya karena membahas masalah Bu Wida. Tak lama kemudian telepon ditutup dan aku menatap pak Erick dengan pemasaran.

"Seno jadi tersangka kasus pemerkosaan Wida. Ini Abang lagi berusaha mengumpulkan bukti kalau Seno tidak bersalah."

"Kalau pak Seno di tahan, nama baiknya akan rusak bang. Abang yakin bisa menolong Seno. Kamu jangan khawatir sayang, suamimu ini pasti bisa menyelesaikan masalah ini."

"Aku percaya sama Abang." Pak Erick menundukkan wajahnya mencium hidungku sementara tangannya sudah bergerak mengusap belahan bokongku sebelum menelusupkan jari jemarinya diantara lipatan pahaku. pak Erick terus menggoda dan merangsang ku, dengan lidah dan jemarinya, membuatku siap untuk menerima kejantanannya yang menusuk nusuk bagian bawahku.

Aku selalu menyukai cara pak Erick yang memuja tubuhku. Membuatku melayang dan menginginkan lebih dan lebih. Pak Erick seolah tahu kapan aku menginginkannya bermain lambat, cepat, lembut dan kasar. Ia selalu bisa membuatku merasakan sensasi ledakan yang membuatku puas dan merasa bahagia disaat bersamaan. Pak Erick selalu mengutamakan kepuasanku sebelum dirinya mendapatkan kepuasannya. Beberapa hari menjadi istrinya membuatku memahami kalau dia bukan pria egois yang mementingkan kepuasannya saja. Pak Erick bahkan bisa menahan gairahnya saat kami melakukannya pertama kali. Ia melakukannya dengan penuh kelembutan hingga aku sama sekali tidak merasakan kesakitan yang berarti. Kami memadu kasih hingga matahari sudah bergeser hingga mencapai atas puncak kepala. pak Erick sama sekali tidak menyia-nyiakan kesempata untuk menggempur ku sebelum kami kembali pada rutinitas sebagai mahasiswa dan dosen.

pak Erick berguling ke samping setelah menembakkan cairan cintanya dalam rahimku. Dia sempat mengangkat kedua kakiku agar cairan cintanya masuk semakin dalam hingga bertemu dengan sel telurku. Pak Erick menarikku kedalam pelukannya dan membenamkan kepalaku di dadanya yang bidang. Bisa kurasakan detak jantungnya yang kencang bagai alunan musik yang menenangkan hati.

Ponsel pak Erick kembali berbunyi, dia segera mengangkat dan ternyata yang menelfon adalah pengacaranya. Rupanya bukti yang diminta untuk membuktikan pak Seno tidak bersalah sudah didapat lebih cepat dari perkiraan kami. Pemilik hotel dan bar tidak keberatan menyerahkan rekaman cctv dimana terlihat Bu Wida yang menggoda pak Seno sebelum keduanya masuk kekamar Bu Wida. Aku tidak menyangka semua semudah itu, padahal pak Erick mengira akan butuh waktu paling tidak tiga hari sampai satu Minggu untuk mendapatkan bukti itu. tapi ini belu sehari bukti sudah didapatkan.

"Bu Wida pasti akan menyesal dan malu ya bang. Menurut Abang apa yang akan dilakukan pihak kampus?"

"Mengeluarkan Bu Wida. Pihak rektorat menganggap masalah ini sudah mencoreng nama baik universitas."

"Lalu pak Seno?"

"Abang menawarkan Seno posisi direktur operasional di kantor. Mama bilang Pak Andi mengundurkan diri sebagai direktur operasional karena masalah kesehatan."

"Pak Seno mencintai pekerjaannya sebagai dosen."

"Abang sudah pikirkan itu, Abang kira Seno bisa menulis buku dan memberikan bimbingan untuk anak-anak magang dikantor Abang." Aku benar-benar mengagumi Pak Erick yang bisa berfikir beberapa langkah kedepan. Akhirnya aku bisa bernafas lega, dengan ditemukannya bukti-bukti kalau pak Erick dan pak Seno tidak bersalah setidaknya mereka terhindar dari dinginnya jeruji penjara.

"Abang akan menuntut balik Bu Wida?"

"Tidak. Abang kira sangsi sosial untuk Bu Wida lebih mengena daripada sangsi hukum." Aku menatap suamiku dengan penuh kekaguman. Pak Erick mencubit hidungku dengan gemas. Aku hendak beranjak dari tempat tidur ketika pak Erick menahan tubuhku.

AYLA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang