Aku baru saja turun dari lift dan hendak kelura lobby ketika aku melihat sedan hitam milikku berhenti didepan lobby. Aku melihat istriku Ayla keluar dari dalam mobil sambil membawa kotak makanan. Melihatnya membawakan ku makan siang membuat hatiku merasa bahagia. Beberapa hari terakhir istriku ini sedikit mengabaikanku, siapa lagi penyebabnya jika bukan Andre dokter anak yang kami temui saat Galaxy sakit. Pertemuan mereka setelah beberapa tahun berpisah membuat Ayla istriku sedikit sibuk berbalas pesan dengannya. Aku mencoba memaklumi keadaan ini meski kuakui aku cemburu. Ayla tidak sampai mengabaikanku, hanya saja dirinya makin sibuk dengan ponselnya. Puncaknya saat Andre datang ke rumah dengan setumpuk mainan untuk Galaxy. Aku mengagumi sifat gentle nya yang mau bermain kerumahku. Saat berpamitan aku melihat Andre memeluk istriku dan sepertinya dia mengatakan sesuatu karena Ayla diam mematung. Kesadarannya datang saat aku menutup pintu mobil dengan keras, dan Ayla kembali pada mode istri yang menyambut kedatangan suami dengan penuh cinta. Aku masih melihat banyak cinta dimatanya untukku, meski dirinya punya kegiatan lain tapi aku tahu hatinya masih untukku. Sayangnya kecemburuanku membuatku sedikit kesal pada Ayla, aku sengaja mendiamkannya dan memilih untuk menyibukkan diri dengan bekerja karena kalau tidak begitu aku pasti akan tidak tahan untuk tidak menyentuhnya. Ayla itu candu, kalau tidak menyentuhnya bisa dipastikan moodku terjun bebas, makanya aku selalu sengaja mendiamkannya, apakah dia sadar atau tidak. Ayla itu orang yang peka, dia pasti akan mencari cara untuk menarik perhatianku, tapi bukan begini caranya, aku senang melihat Ayla datang membawa makan siang, tapi aku tidak suka saat tubuhnya tergeletak dengan darah yang mengalir dibawah tubuhnya.
"Ayla!" Aku menjerit dan berlari saat tubuhnya dihantam oleh mobil yang datang dengan kecepatan tinggi, meninggalkan tubuh istriku dijalanan didepan lobby. Nyawaku seperti tercabut melihat kondisi istriku.
"Sayang, Ayla!" Aku menjerit histeris memanggil namanya dan istriku itu tetap memejamkan matanya. Aku segera mengangkat tubuh istriku dan membawanya ke mobilku. Pak Agus terkejut melihatku membawa Ayla yang berlumuran darah masuk kedalam mobil. Aku meminta Pak Agus membawa kami kerumah sakit diikuti oleh Seno dan beberapa karyawan ku.
"Sayang, Ayla!" Aku mencoba memanggil mama istriku. Pak Agus kuminta mempercepat laju mobil kami karena aku tidak ingin terlambat. sesampai di rumah sakit Ayla seger ditangani. Seno mendampingiku menghadapi dokter yang merawat Ayla.
"Kami memerlukan persetujuan dari bapak untuk melakukan tindakan pada ibu Ayla."
"Lakukan yang terbaik untuk istri saya." Aku berusaha tegar, karena aku tahu saat ini Ayla membutuhkan aku agar tetap waras. Seno memberikan segelas kopi untukku. waktu berjalan lama, aku tidak sabar menunggu apa yang terjadi pada istriku.
"Richard, kamu tidak ingin menghubungi mamamu? kurasa mamamu perlu tahu keadaan Ayla." Aku menggeleng, saat ini aku tidak mungkin memberi tahu mama kondisi Ayla karena aku perlu mama menjaga Galaxy.
"Keluarga ibu Ayla?"
"Saya suaminya."
"Mari ikut saya, pak." Aku mengikuti langkah dokter itu ke mejanya, lalu dokter itu menunjukkan sesuatu padaku.
"Ini hasil foto Rontgen dan USG ibu Ayla. Kami mohon maaf menyampaikan ini, ibu Ayla keguguran. Kehamilannya masih empat Minggu." Aku terdiam, Ayla hamil dan aku tidak tahu, jadi apakah Ayla juga tahu kalau dirinya hamil? tapi aku merasa Ayla tidak tahu dirinya hamil.
"Kabar buruk lainnya, kami harus mengangkat rahim ibu Ayla, benturannya terlalu keras dan rahim ibu Ayla tidak bisa kami selamatkan." Duniaku runtuh. Aku menahan marah, siapa, siapa orang yang sudah berani mencelakai istriku. Seno meremas bahuku, entah kapan dirinya ada disampingku, setidaknya kehadiran Seno membuatku bisa menahan emosiku yang nyaris meledak.
"Bagimana, pak?"
"Tolong selamatkan istri saya dok." Aku harus mengambil keputusan suka atau tidak suka.
