HAPPY READING!
UP UNTUK BESOK, BUT HARI INI AJA, BERARTI BESOK SAYA GAK UP LAGI YA ~♥~
- Awal manis, dan akhir pahit, dasar cinta -
Arora Berin
🌠🌠🌠
Rora mengamati Arga yang tengah meneguk air mineralnya, lalu memberikan botol air minum itu pada Rora. Rora menerimanya dengan ogah-ogahan. Bagaimana tidak? Rora dipaksa kesini untuk menemani Arga latihan basket.
"Makasih." Ucap Arga, lalu mengelus rambut Rora dan tentu saja Rora langsung menepis tangan Arga. Arga hanya meresponnya dengan senyum lebar. "Gue latihan lagi." Pamit Arga.
"Terserah lo." Balas Rora.
Arga menghela napas, "sepuluh menit. Promise."
"Ye."
Arga terkekeh singkat, dan kembalu masuk ke lapangan.
Rora memandang Arga yang mendrible bola. Rora menahan gemas saat melihat rambut Arga yang twing-twing.
"Serius amat neng." Tegur Wifa berhasil mengejutkan Rora.
Rora mengelus dadanya. "Gak tuh." Elak Rora dengan cepat sebelum Wifa beropini yang tidak-tidak.
"Masa si?" Tanya Wifa ragu, pandangan Wifa yang tadinya melihat Deril beralih ke Arga. "Gue liat-liat... Lo makin lengket aja sama Arga." Ujar Wifa dan mengalihkan pandangannya pada Rora.
"Gak tuh." Elaknya lagi.
"Gengsi amat." Cibir Wifa. Wifa menyenderkan punggungnya ke dinding. "Lo bersyukur Ra, lo dicintai sama Arga. Orang paling baik yang pernah gue lihat."
"Baik? Yakali...." Sangkal Rora.
Wifa mendorong jidat Rora ke belakang. "Yeu, mentang-mentang gak suka, jangan memutar balikin fakta dong." Cibir Wifa.
Rora memukul tangan Wifa yang lancang mendorong jidatnya. "Cot lo!" Kesal Rora. Wifa hanya terkekeh singkat.
Hening
"Andai lo sama Arga gak beda, gue yakin kalian bisa bersama." Ucap Wifa.
Rora memutar bola mata malas. "Ck." Decak Rora.
"Sia-sia gue beri pencerahan sama lo, mending dari tadi gue duduk sama doi." Sebal Wifa. Gadis itu berdiri dan berjalan meninggalkan Rora yang menahan makiannya untuk Wifa.
Rora mendengus sebal saat melihat Wifa yang duduk di samping Deril. Dari tempatnya, Rora bisa melihat Wifa yang menyapa Deril, namun diacuhkan begitu saja. Emang gak ada capenya tu anak. Batin Rora, lalu geleng-geleng kepala melihat tingkah laku Wifa.
Rora terdiam sekejap, pikirannya stuck pada opini Wifa beberapa detik yang lalu. Rora akui dirinya beruntung karena ia tidak perlu mengejar-ngejar Arga, seperti Wifa lakukan untuk Deril. Tapi sayangnya Rora tidak menyukai Arga, Rora menyukai Justin.
"Kenapa gak Justin aja sih? Kenapa harus Arga?" Sebal Rora.
"Sayang...." Panggil Arga.
KAMU SEDANG MEMBACA
AROGA (END)
Teen Fiction[ FOLLOW SEBELUM BACA! ] •• "Lo gila, Ga...." "Gue gila karena lo, Arora." Beda keyakinan. Mencintai seseorang yang berbeda keyakinan? Beribadah di tempat yang berbeda? Selalu ditentang kuat keluarga? Tidak lagi menjadi hal yang tabu bukan? Banyak y...