32 - MASINIS GANTENG

46 2 0
                                    

XIXI, SORRY UPNYA LAMA
BIASA SIBUK😾
GAK SIBUK SIH, BUNTU GIMANA GITU NENTUIN ALUR SELANJUTNYA.
ADA LIMA PART YANG SAYA BUAT (RATA-RATA 2000+ KATA) BUT TERPAKSA SAYA HAPUS😔

SEBAGAI PERMINTAAN MAAF, SAYA KASIH PART PANJANG😾

KOREKSI TYPO HEHE ≥﹏≤

HAPPY READING!

🌠🌠🌠

Arga merebahkan tubuhnya, memikirkan bagaimana keadaan Rora. Apakah pacar boongannya itu masih bernapas? Maksudnya, apakah gadis itu baik-baik saja?

Arga mengambil ponselnya, lalu langsung mengirimkan pesan pada Rora.

Anda
[Ra, udh smpai?]

Arga menyimpan kembali ponselnya di atas nakas. Cowok itu merubah posisinya menjadi duduk. Sesekali melihat ponselnya, perasaan Arga sangat tidak tenang karena belum mendapat informasi jika Rora sudah sampai di lokasi outing kelasnya.

Ceklek

"Makan." Kata Abbas dengan suara berat nan dinginnya, setelahnya pria itu menutup pintu kamar Arga dengan rapat.

Arga menghela napasnya gusar, cowok itu dengan berat hati keluar dari kamarnya.

Ting

Andre
[Justin pts sama Arabella]

 ̄へ ̄

Rora tertawa terpingkal-pingkal bersama teman-teman kelasnya, hari terakhir di outing ini begitu menyenangkan, tidak seperti hari sebelum-sebelumnya. Kesabaran Rora sangat diuji.

"Kenapa ya, cowok itu gak peka?" Tanya siswi bernama Anger.

Semuanya hening, mencoba mencari jawaban yang pas.

"Mungkin karena gak peka aja." Jawab Gio simple.

Rora mengeplak kepala Gio, dan berhasil membuat tawa kembali pecah.

"Udah-udah, sekarang kembali ke penginapan. Besok kita harus pulang jam sepuluh. Arasso?" (Mengerti/paham?)

"Neeee." Jawab semua siswa/i IIS XII-3 kecuali Gio. (Yaaaa)

Gio menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Die cakep ape tu Raju?" Tanya Gio pada Rora, dengan ekspresi dongonya.

Pletak

Setelah puas memukul kepala bagian belakang Gio, Rora langsung mengguncang-guncang kepala Gio karena begitu gemas dengan kebodohan bestinya.

"Astagfirullah, bodoh!" Hina Lia, beberapa siswa/i sedikit kaget, tapi teringat jika Lia begitu polos.

Rora menyudahi kegiatannya, dan menarik kedua bestinya untuk berjalan bersama.

"Njir, darah dikepala gue keknya udah ter mix karena lo Ra." Keluh Gio.

Rora mengabaikan keluhan Gio, ia fokus dengan jalannya. Ketiga orang itu berjalan beriringan menuju penginapan sederhana yang ada di dekat pantai, yang mereka jadikan sebagai objek observasi tugas akhir sebelum ujian.

AROGA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang