10 - KECELAKAAN

108 3 0
                                    

HAPPY READING!

🌠🌠🌠

Rora masuk kedalam kelasnya dengan wajah ditekuk, dirinya benar-benar tidak mood lagi masuk sekolah. Tentu saja karena Arga, setelah kejadian meminta putus dua hari yang lalu, Arga tidak menjemputnya! Sehingga uang Rora terkuras untuk ongkos.

Rora menghempaskan tasnya ke kursi, lalu mendudukkan pantatnya dengan kasar. Rora menarik buku absen dari lacinya, lalu melemparnya pada sekretaris yang baru masuk ke kelas.

"Anjir, Rora." Sekretaris itu memegangi dadanya, lalu memungut buku absen yang sudah ada di bawah kakinya.

"Ck." Decak Rora, lalu menjatuhkan kepalanya di atas meja. Pikirannya kini berkelana pada Arga, ia seperti ditarik lalu dilepaskan begitu saja oleh Arga, layaknya ikan busuk. Padahal cuma tidak dijemput.

Rora mengangkat kepalanya saat mendengar suara cerewet Wifa, Rora melihat Wifa tengah berjalan beriringan dengan Deril. Gadis itu melambaikan tangannya pada Rora seperti menyapa, lalu kembali mengejar Deril yang terus berjalan.

"Bucin." Cibir Rora. Rora melihat lantai bawah mejanya. "Bucin...." Gumamnya, kepala Maira langsung muncul dua nama, yaitu Arga dan Justin. Rora langsung berdiri dan berlari, teman-teman kelasnya baik yang ada di dalam kelas atau yang baru datang  hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

Dilain sisi Rora kini sudah berdiri di depan pintu kelas XII IPS 1, Rora melihat orang yang ia cari, Arga. Rora mengepalkan kedua tangannya. Ternyata Arga tengah mengobrol asik dengan seorang gadis.

"Eh, Rora. Mau cari Arga ya?" Tanya siswi yang kemarin hari juga menanyai hal yang sama. "Eh...." Damai tampak kaget saat melihat titik yang di lihat Rora dari tadi. "WOY ARGA!" Bentak Damai seperti menegur Arga.

Arga dan seorang siswi menoleh, Arga langsung membulatkan, sementara Rora menghentakkan kakinya satu dan berlalu pergi. Dirinya amat kesal pada Arga, tidak menjemputnya, lalu sekarang sibuk mengobrol dengan seorang gadis yang sama sekali Rora tidak kenal.

"RA!"

°°°°°°

Rora memukul-mukul kepalanya. Kini Rora malu, ia menggerutuki nasipnya. Rora ingat betul dengan kelakuannya, seperti orang cemburu. Walaupun yang melihat kejadian langka itu hanya sedikit, tapi tetap saja Rora malu. Roralah yang bersikap bodo amat di hubungan pura-puranya dengan Arga, lalu mengapa Rora yang cemburu? Poin pentingnya, Rora tidak mencintai Arga, tapi mengapa ia harus cemburu? Bukankah bagu jika Arga punya gadis baru?

"Mulai semester depan, kalian harus siap sedia buat menghadapi ujian dan praktek, karena kalian akan lulus dari sma ini. Terutama untuk praktek memasak bulan februari. Saya akan bagi kelompoknya lewat grub wa kelas." Jelas guru prakarya dengan tegas.

Tring

"Sampai jumpa minggu depan, selamat pagi!"

"Pagi bu...."

Rora membalikkan badannya lalu mengambil uang sepuluh ribu dari tasnya, setelahnya Rora bergerak keluar dari kelasnya. Rora mengabaikan siswa/i yang menyapanya, dirinya tidak mood untuk sekadar tersenyum.

Rora menuruni tangga dengan pelan, ia berhenti saat melihat Arga ada di bawah tangga. Rora hendak berbalik untuk kembali naik, tapi di atas sana ada Justin dan Anabel tengah bergandengan tangan. Rora berdecak, ia terpaksa turun, ia menyelipkan badannya di tengah-tengah siswi yang tidak ia kenal.

AROGA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang