PENCET BINTANGNYA😡
BTW SELAMAT MALAM MINGGU DAN MALAM NATAL BAGI YANG MERAYAKAN✨🌲🎅
KOREKSI TYPO
HAPPY READING!
🌜🌜🌜
Rora terkejut saat melihat Arga yang berjongkok sambil membersihkan kaki Rora yang tertancap pecahan gelas saat hendak menuangkan margarin ketepung. Tapi sayangnya Bulan tidak sengaja menyenggolnya, mungkin karena Bulan tidak bisa melihat akibat matanya terkena tepung.
Rora akhirnya di gendong oleh Arga ke kamar cowok itu. Rora merasa bersalah karena membuat Ekio dan Arga khawatir padanya. Rora melihat sekelilingnya, kamar Arga begitu sederhana. Tidak banyak aksesoris yang menempel di dinding atau terpajang di atas lemari. Kamar warna abu-abu didominasi dengan hitam garis. Poster di dinding ialah poster pemain basket dan bola ternama di dunia. Pajangan Arga ada beberapa piala, dan pigura-pigura foto saat Arga kecil, dan satu foto keluarga besar dan di saat Arga dan saudaranya masih kecil.
Rora memicingkan matanya melihat seorang wanita dewasa memakai hijab yang dicium oleh Ekio. Sepertinya itu adalah ibu dari Arga. Rora seperti familiar melihat wajah wanita tersebut. "Itu bukannya tante lo?" Tanya Rora menunjuk pigura yang berada di bagian tengah.
Arga mendongak pada Rora, lalu berbalik untuk melihat objek yang Rora lihat. "Itu mama." Jawab Arga dan kembali fokus untuk membersihkan darah yang mengalir dari kaki Rora.
"Mirip banget." Bisik Rora.
Arga melempar senyumnya pada Rora. "Mama sama tante saudara kandung, cantik kan?"
Rora mengangguk cepat. "Cantik. Natural gitu, sama kayak kak Asya." Jawab Rora.
Arga semakin melebarkan senyumnya. "Calon mertua lo." Setelahnya kepala Arga langsung dihadiahi pukulan dari kepalan tangan Rora. "Aduh sakit." Adu Arga dengan nada manja.
"Lebay." Ejek Rora lalu terkekeh singkat.
Arga mendengus. Cowok itu kembali duduk di atas sofa, tepatnya di samping Rora. "Sakit gak?" Tanya Arga dan Rora langsung menggelengkan kepalanya. "Bagus deh."
Rora menghela napas mengingat ekspresi Asya tadi saat melihatnya begitu ceroboh. Asya begitu menatap dirinya dengan tatapan... Entahlah. Mungkin Rora yang terlalu berlebihan menyimpulkan tatapan Asya yang begitu sinis padanya. Atau itu emang benar adanya, apalagi Asya lebih memilih membantu Bulan di banding dirinya.
"Lo jangan bantu buat kue lagi. Mending kerjain revisi. Pakai laptop gue aja." Arga bergegas berdiri untuk mengambil laptop yang ada di meja belajarnya tanpa menunggu respon Rora.
Rora hanya bisa diam memperhatikan Arga yang mengambil laptop bermerk apel digigit, dan kembali duduk di sampingnya. Arga menaruh laptop tersebut di pahanya. "Udah berapa halaman lo revisi?"
"Delapan puluh halaman." Jawab Rora.
Arga mengangguk lalu menegadahkan tangannya. "Flasdisk."
Rora menarik tas kecil yang ia bawa Gadis itu mengambil flasdisk hitam yang dikhususkan untuk skripsi. Rora takut jika memakai flasdisk lama, karena disana sangat banyak file file selama Rora kuliah. Akibat terlalu parno.
Arga dengan cekatan menancapkan flasdisk itu ke laptopnya. Setelahnya mulai masuk ke satu file yang ada di flasdisk itu. Saat terbuka file tersebut sudah berisi tulisan yang begitu panjang hingga sampai ke halaman tiga ratus sekian. Saking banyaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AROGA (END)
Teen Fiction[ FOLLOW SEBELUM BACA! ] •• "Lo gila, Ga...." "Gue gila karena lo, Arora." Beda keyakinan. Mencintai seseorang yang berbeda keyakinan? Beribadah di tempat yang berbeda? Selalu ditentang kuat keluarga? Tidak lagi menjadi hal yang tabu bukan? Banyak y...