FRIDAY UP!!
UPNYA LAMA YGY☺🔪
HAPPY READING!semuanya butuh proses, tunggu saja. Tapi gue males nunggu 😏🔪
-Arora Berin
🌠🌠🌠
Rora melihat Arga yang baru saja keluar dari lapangan, setelah upacara selesai dilaksanakan. Hampir dua minggu Arga mengabaikan Rora, dan Rora sangat senang dan merasa kehilangan, maksudnya kehilangan uang, biasanyakan Arga yang membiayainya selama berada di sekitar cowok itu.
Rora menghela napas dongkol, gadis itu berjalan meninggalkan lapangan yang masih padat dengan siswa/i. Rora melangkah masuk ke dalam toilet wanita, baru saja menutup pintu toilet, Rora malah dikejutkan dengan dua gadis.
"Akhirnya si gatel sendiri juga." Hina Anggun tertuju pada Rora.
"Kasian, dijauhin Arga ya? Makanya jadi cewek itu gak usah sok cantik, ewh!" Timpal Nabila sambil menarik pelan rambut Rora yang lepek.
Anggun melipat tangannya di depan dada. Matanya tidak henti menatap Rora penuh dengan kebencian. "Gue pengen buat lo menjauh dari Arga, but...." Anggun menjeda perkataannya beberapa detik, "semuanya udah terjadi tanpa campur tangan gue, so lo bebas dari gue. Bye bitch!" Anggun melenggang keluar dari toilet, diikuti Nabila yang sempat-sempatnya memeletkan lidahnya pada Rora.
Rora memutar bola mata malas. "Gak jelas."
(¬_¬)
Rora mencongkel harta karun di hidungnya dengan brutal, tidak peduli dengan tiga bestinya yang melihatnya dengan jijik. Terlebih Gio dan Wifa.
"Makin hari, makin menjadi stres lo." Geleng Wifa dan diangguki oleh Gio.
"Akibat ditinggalin ayang tanpa kepastian, ya... Jadi gini." Ujar Gio terang-terangan, padahal mereka sekarang ada di kantin.
Rora berdecak sebal. "Gue jorok karena kemauan gue, kalau karena kemauan kalian, udah gue tempelin upil gue ke your face!" Kesal Rora.
Gio dan Wifa bergidik ngeri. "Gak dulu." Tolak Wifa dan memperagakan gaya muntah yang dibuat-buat.
"Cih, sok bersih." Balas Rora mengejek Wifa.
Kedua manusia itu melebarkan pupil matanya, saat melihat Arga dan Andre duduk di belakang bangku Rora, tentunya berhadapan dengan Wifa, Gio, dan Lia. Hanya Rora yang tidak menyadari hal itu.
"Ra...." Tegur Gio.
Rora mengabaikan panggilan Gio, ia lebih fokus menempelkan upilnya di meja kantin yang mereka duduki, sesekali Rora terkikik geli dengan masa depan meja ini, semisal ada yang makan, lalu tangannya tidak sengaja tertempel upil kering Rora.
"Ra!" Panggil Wifa ngegas, karena muak dengan Rora yang bahkan mempermalukan dirinya sendiri.
Rora menghentikan aktivitas gabutnya, ia melihat kedua temannya yang seperti memberitahukan tanda bahaya di belakangnya.
Rora mengerutkan dahinya, gadis itu bukannya menoleh ke belakang, ia malah merampas coklat yang sedari tadi Lia makan.
"Milikmu milikku, hahaha!" Rora mengunyah coklat itu dengan brutal, tidak peduli dengan Lia yang sudah merengek pada Wifa dan Gio.
"Astagfirullah, pacar lo Ar?"
Pertanyaan dan suara Andre itu berhasil membuat Rora langsung berbalik, perlahan matanya membulat lebar, dengan cepat Rora mengelap bibirnya yang celemotan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AROGA (END)
Roman pour Adolescents[ FOLLOW SEBELUM BACA! ] •• "Lo gila, Ga...." "Gue gila karena lo, Arora." Beda keyakinan. Mencintai seseorang yang berbeda keyakinan? Beribadah di tempat yang berbeda? Selalu ditentang kuat keluarga? Tidak lagi menjadi hal yang tabu bukan? Banyak y...